Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Prinsip Dasar Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus

7 Desember 2022   05:23 Diperbarui: 7 Desember 2022   07:47 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membersamai anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan energi yang besar. Kesabaran merupakan kunci penting yang tidak bisa ketinggalan. Dari para orangtua hebat itulah kita bisa belajar. Banyak kondisi tidak ideal yang mereka hadapi. Memaksakan pola pikir kita bisa berabe dan ancur berantakan.

Ada pada suatu masa saya pun mengalaminya. Ingin memasangkan 'sepatu' saya ke kondisi mereka, hingga saya 'babak-belur'. Ekspektasi berlebihan tanpa mau melongok realita yang ada. Tidak proporsional, dan akhirnya kecewa.

Seorang kawan pun memberikan penguatan, ".. boleh 'istirahat' dan berjarak sebentar, tapi jangan berhenti!", saat nglokro dulu. 

Akal dan hati seolah berlomba untuk dulu-duluan nyampe di garis finish. Ternyata gak bisa, dia harus bergandengan tangan sambil mengatakan, lakukan saja yang terbaik sisanya serahkan pada t(T)angan yang lebih kuat. 

Hal ini memungkinkan kita membuka gembok gerbang kita untuk kemudian membuka pintu kolaborasi dan sinergi dengan p(P)ihak lain.

Kesalahan-kesalahan fatal saat melakukan pendampingan pada anak berkebutuhan khusus begitu sering saya alami. Saya sering mengabaikan PROSES, ingin cepat 'matang' layaknya semangkuk ramen instant yang kita beli dari warung tetangga. 

Menutup mata dan telinga, ketika bertubi-tubi saran datang dan memaksakan 'idealisme' sempit dan dangkal saya. Tapi ya akhirnya hal itu bisa memertemukan pada jalan kokoh yang memantapkan untuk lebih baik lagi.

Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Justru ruang kreatif itu nampaknya makin dekat. Makin terjepit makin leluasa rasanya otak ini 'bermain-main' dengan solusi. Begitu banyak hal yang didapatkan dari pengalaman kala bertemu 'kesalahan'. 

Seorang sahabat di K selalu menyemangati, ".. ya lakukan saja, fokus pada anak-anak dan orangtua mereka.." Jangan fokus pada kesulitannya!

Akhirnya berpulang pada hati, komitmen, dan skill yang harus disiram, dipupuk, dan dirawat hingga menunggu saat 'panen' tiba. Lima prinsip ini harus dimiliki dalam mendampingi mereka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun