Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest 2022 - People Choice 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

[Catatan Reflektif] Sekolah? Untuk Apa dan Siapa?

15 Juni 2021   04:47 Diperbarui: 15 Juni 2021   08:09 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Artikel/Sumber : Unsplash.com (Ben White)

Jawaban yang terlontar pun beragam, mulai dari yang disuruh orang tualah, kalo gak sekolah bodohlah, gak taulah, yang agak lumayan 'bertanggung jawab' untuk bekal kehidupan masa depan kelak, lalu ada juga yang menjawab untuk meningkatkan derajat keluargalah, dan sebagainya.

Mengapa penting bertanya mengenai hal ini? Karena jawaban tersebut, kurang lebih akan memengaruhi proses sekolah itu sendiri bagi si pelaku.

Beberapa siswa yang saya temui bahkan tidak memiliki motivasi yang jelas dan benar mengenai sekolah, sehingga output yang diberikan pun tidak terlalu menggembirakan dan cenderung mengecewakan bagi pihak orang tua dan guru (pihak sekolah dan keluarga).

Tulisan ini bersifat reflektif saja. Jawaban tentu berpulang pada tiap individu. Tak bermaksud menghakimi pihak manapun. Kegalauan dalam menyikapi peran sekolah pun pernah saya alami.

Banyak pendapat tak harus sekolah untuk menjadi berhasil. Sebut saja Steve Job, Einstein yang tidak menempuh sekolah formal. Bos jamu terkenal di negeri ini, Irwan Hidayat pun sama, tidak menempuh pendidikan tinggi, dan tetap berhasil hidupnya. Lalu apakah dengan kenyataan ini peran sekolah (formal) bisa dipinggirkan? Tentu saja tidak sedangkal itu pertanyaannya.

Ki Hajar Dewantara dalam artikel terkenalnya yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was, memberikan sindiran satir nan pedas pada pemerintah Hindia Belanda saat itu yang akan merayakan pesta besar di tengah penderitaan rakyat jajahannya. 

Hal ini meneguhkan fungsi sekolah (untuk saya) dalam arti luas yaitu pendidikan manusia seutuhnya yang sangat dirindukan oleh sebagian besar rakyat Indonesia yang masih dalam kondisi tak bebas, belum merdeka. 

Kerinduan Ki Hajar dan sahabat-sahabatnya dalam kelompok Tiga Serangkai saat itu memberikan pesan yang penting dan urgent mengenai peran sekolah (pendidikan) untuk kelangsungan hidup sebuah bangsa yang dalam kondisi belum merdeka.

Saat era yang lebih bebas seperti sekarang ini, menjangkau akses sekolah (pendidikan dalam arti luas) tentu tidak terlalu sulit (jika dibandingkan 70 tahun lalu). 

Apakah greget untuk mendapatkan layanan sekolah masih seperti masa-masa suram penjajahan dulu? Saya koq ragu... Motivasi yang besar untuk mendapatkan layanan sekolah apakah masih berkobar?

Justru ketika masa-masa bebas, lepas ini, mungkin banyak sekali kasus-kasus putus sekolah terjadi. Uang lebih memikat ketimbang sekolah itu sendiri. Bangku sekolah ditinggalkan untuk mengejar keinginan sesaat seputar hobi dan kenikmatan. Setidaknya beberapa kasus ini terjadi di lingkaran relasi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun