Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saya Butuh Bimbingan, Ma, Bukan Pemukulan

16 September 2020   17:10 Diperbarui: 16 September 2020   17:08 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/sumber: thinkstock via kompas.com

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah memasuki bulan yang ke 6. Sebuah berita pilu datang dari Lebak, Banten. 

Seorang Ibu (LH) tega menghabisi nyawa anak perempuannya yang berusia 8 tahun di rumah kontrakannya di Tangerang dikarenakan adanya kendala dalam memahami pembelajaran yang terselenggara secara online tersebut.

Menurut beberapa sumber informasi yang diberitakan oleh media, peristiwa ini terungkap karena laporan masyarakat sekitar seperti yang dilansir dalam laman Kompas.com (13/09/2020).

Anak perempuan ini mengalami kekerasan secara fisik, dicubit hingga dipukul dengan tangan kosong sampai dengan menggunakan gagang sapu.

Sang Ibu ditengarai mengalami kemarahan dan kejengkelan karena anaknya tidak kunjung mengerti dengan materi pembelajaran online yang telah dijelaskannya berulang kali.

Sebegitu parahnya kah kondisi emosi  sang Ibu sehingga dia tega memperlakukan darah dagingnya sendiri dengan kejam?

Emosi menurut Daniel Goleman  merujuk pada sebuah perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Ada beberapa state emosi pada manusia diantaranya marah, bahagia, kecewa, sedih. Emosi pada sebuah kadar tertentu adalah hal yang wajar.

Marah atau kondisi kejengkelan yang dialami oleh LH ini telah melampaui batas-batas kewajaran sehingga tega menghabisi nyawa anaknya perempuannya sendiri.

Ada sebuah penyebab yang saya analisa menjadi sebuah pemicu lahirnya peristiwa yang memilukan ini, yaitu kegagalan mengembangkan kematangan emosi yang seharusnya merupakan sebuah aset manusia dewasa dalam perannya sebagai orang tua.

Bagian penting dari sebuah kedewasaan ditandai dengan kematangan emosi dimana salah satu cirinya adalah mampu merespon secara peka terhadap orang lain. Hal ini melibatkan sebuah kesadaran penuh bahwa setiap individu adalah unik. Nah, ciri yang kedua dari kematangan emosi adalah mampu menerima sebuah kenyataan bahwa dirinya tidak selalu sama dengan orang lain.

Ibu dari korban) nampaknya belum bisa merespon dengan tepat ketika anak seusia korban mengalami kesulitan-kesulitan dalam memahami materi pembelajaran online-nya. Nampaknya LH mengalami kesulitan untuk memahami kesulitan-kesulitan yang dialami oleh korban dan memposisikan diri korban seusia dengan dirinya sehingga hal ini memicu kejengkelan yang berujung maut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun