Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Magang Literasi 2020 sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Penggiat Literasi

24 Oktober 2020   13:45 Diperbarui: 28 Oktober 2020   15:18 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Magang literasi Aceh/Dokpri

Taman Baca masyarakat yang lahir secara menjamur beberapa dekade terakhir dengan modal donasi buku dan akhirnya hanya bertahan beberapa saat karena tidak diiringi oleh peningkatan kapasitas pengurusnya. Magang Literasi hadir sebagai pemenuhan terhadap kualitas perbaikan penggiat literasi di Indonesia salah satu kegiatannya diadakan di TBM Arrasyid, Aceh. Melalui pendekatan ini, diharapkan adanya hal baik yang terus bertumbuh di Aceh terutama dalam hal kualitas bukan hanya kuantitas.

Kegiatan  magang literasi yang sudah berlangsung sejak tanggal 13 Oktober 2020 melalui aplikasi zoom. Sesi pertama yang dipaparkan oleh bapak Dr. Cecep Suryana, MM (Pak CeVi) -- Direktorat PMPK, Kemendikbud RI berkaitan dengan tantangan dan program literasi setelah itu diikuti oleh berbagai macam permateri dari berbagai profesi sehingga memperkaya keilmuan penggerak literasi di daerah yang mengikuti magang literasi.

Bapak Dr. Cecep Suryana, MM (Pak CeVi) -- Direktorat PMPK dalam presentasinya menyebutkan bahwa ada 11 provinsi di Indonesia yang masih tinggi tingkat kebutaaan aksaraannya.  Namun hal itu mengembirakan karena upaya semua pihak telah membuat buta aksara di Indonesia menurun selama periode 2005-2018 hingga 1.78%. kekuatan bangsa indonesia yang saling bergotong royong nyatanya membuat Kolaborasi, Kerjasama dan Kemitraan, sangat prospektif sehingga angka tersebut diharapkan terus mengalami penurunan setiap tahunnya dan 10 tahun ke depan Indonesia bisa bebas dari buta aksara ini. Oleh sebab itu, magang literasi sebanyak 200 orang ini diharapkan menjadi pemantik untuk mengerakkan literasi secara nasional dan berdasarkan kebutuhan abad 21.

Presentasi Bu Melvi yang berkaitan tentang peran dan fungsi TBM di era kenormalan baru ini memaparkan bahwa TBM haruslah tangguh, berdedikasi dan mandiri. Covid-19 yang datang tiba-tiba dan tidak diinginkan oleh semua orang sudah membuat TBM harus memikirkan untuk tetap eksis, sebab berpandangan pada "Makhluk yang bisa bertahan bukan yang paling besar/kuat/kaya, tapi yang paling bisa beradaptasi". Maka TBM diharapkan harus bisa membangun ekosistem, memanfaatkan teknologi dan menjadi problem solver di masyarakat.

Pak Vudu menambahkan gairah berliterasi dengan tema TBM rekreatif. Sejak beberapa tahun terakhir setiap peringatan hari aksara internasional, akan ada TBM yang menerima anugerah TBM kreatif-Rekreatif. Menurut presentasi pak Vudu hal ini mengacu pada kualitas SDM, kemampuan membaca sekitar dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini yang akan mengantarkan pada kualitas penggiat literasi.

Hari ke-2, bapak Karyono, S.Pd., M.Hum (Balai Bahasa Provinsi Aceh) mengisi kegiatan Magang Literasi untuk rayon Aceh. Menarik sekali ketika beliau memaparkan bahwa balai bahasa berkomitmen untuk terus mengembangkan literasi di daerah. Balai bahasa mempunyai beberapa program yang berpayung hukum dan diharapkan menjadi mitra TBM untuk terus bergerak saling berkolaborasi untuk menjadikan literasi di Aceh lebih baik lagi.

Ibu  Alfiatunnur. M, Ed selaku ketua FTBM Aceh terus mengupayakan agar TBM mandiri dengan usaha yang dibangun dan untuk magang literasi kali ini berfokus pada TBM sebagai tempat altenatif untuk penyebaran informasi yang baik agar tidak terjadi kekerasan  terhadap anak dan perempuan. Ibu Dedek juga menceritakan bagaimana TBM Arrasyid membangun jejaring dan tidak pernah menyerah dengan apapun selama pendiriannya. TBM Arrasyid terus bekerjasama dengan banyak pihak. Ibu Dedek juga menyarankan agar semua TBM di Aceh mulai memperbaiki administrasi agar bisa bekerjasama dengan pemerintah karena ada sisi yang beririsan antara TBM dan pemerintah.

Veni Fitriyanti, S.Sos (Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Tamiang) dalam presentasinya tentang Strategi Berjejaring ( Jaringan Komunikasi Sinergitas dan Kemitraan) mengatakan bahwa mengumpulkan buku lalu membuka TBM itu gampang sekali namun harus diperhatikan selalu minimal menguasai hal-hal yang bisa membuat TBM menjadi kualitas baik untuk dirujuk masyarakat. TBM harus mulai berkegiatan yang tidak berkutat pada buku saja, tapi juga tentang bagaimana mengajari anak-anak untuk peduli pada penyediaan pangan secara mandiri seperti tehnik hidroponik, mengajak pertanian, mengundang narasumber di kegiatan hari-hari Nasional. TBM mempunyai tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa maka sudah seharunya memulai komunikasi dengan instansi terkait, memanfaatkan digital dan mencatat hal-hal baik dengan mengoptimalkan media sosial. Pengurus TBM juga harus jago loby dan peningkatan kapasitas diri terus menerus agar TBM menjadi berkualitas.

15 Oktober 2020 materi diisi oleh bu Nurhayati tentang Sinergitas TBM dalam Membangun Budaya Baca Masyarakat. Tahun 2015, Forum Ekonomi Dunia, menyebutkan setiap bangsa wajib menguasai keterampilan abad 21. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar, kompetensi dan karakter. Literasi dasar meliputi hal komponen yaitu, literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. Dengan menguasai keterampilan abad 21, masyarakat diharapkan mampu mengimbangi laju perubahan jaman.  Nah, dengan konsep pembelajaran seumur hidup maka diperlukan adanya inovasi baru dalam berbagai aspek termaksud dalam literasi dan aktivitas TBM. Pada kesimpulannya ibu Nurhayati Ali Hasan menegaskan bahwa TBM sebagai aspek yang cukup dekat dengan masyarakat harus mampu menciptakan ruang kreatif agar segala info dan fungsinya bisa tersampaikan dengan baik.

Konsep belajar seumur hidup, juga dibahas oleh pak Wien pada tanggal 16 oktober 2020 tentang materinya yang berjudul MENGUATKAN KERELAWANAN MEMBANGUN DAYA BACA DALAM GERAKAN LITERASI LOKAL. Pak Win menyebutkan bahwa bonus Demografi sebagai modal di Indonesia yang diperkirakan tahun 2030 akan mempunyai SDM usia produktif melimpah. Hal ini diharapkan kompeten sebagai modal pembangunan jika tidak akan menjadi beban pembangunan. Maka dalam pemaparan pak Wien mengajak semua orang untuk bekerja cerdas dan keras. Selain itu perbandingan antara 2015 dan 2020 banyak sekali softskill yang harus dipelajari termaksud multiliterasi dibarengi dengan karakter dan kompetisi.

Belajar seumur hidup adalah saatnya membagi apa yang kita pelajari kepada orang lain bukan saja belajar dan mencerdaskan diri sendiri atau memperkaya diri sendiri. Saat ini, penggerak literasi harus mulai memikirkan keberlanjutan dari kegiatan literasi bukan hanya membuat kegiatan lalu selesai. Buku bisa menjadi salah satu gerbang untuk mengembangkan kecakapan softskill berbahasa, mulai dari berbicara, menulis, menyimak dan membaca tentu saja. Budaya baca bisa dikembangkan dengan adanya minat baca, kebiasaan membaca, kemampuan membaca yang menghasilkan daya literat juga.

Taman baca masyarakat yang menjadi intervensi tidak langsung dengan adanya pertumbuhan daya literat bisa memaksimalkan fungsinya. Pembelajaran literat bisa menggunakan pembuatan makna, penggunaan gambar, penggunaan teks dan menganalisa teks. Membangun gerakan berbudaya literasi bisa menggunakan cara menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan akademik yang berbudaya literasi. Selain itu terpenting adalah apa yang dilakukan kontekstual.

KONTEN/PROGRAM/KOLEKSI PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL dapat dilakukan dengan cara  Penguatan program           membaca (reading programs) yang terintegrasi dengan modul dan           perangkat pembelajaran daring,         semi daring, dan luring. Mendukung praktik baik fasilitator mengembangkan inovasi PJJ dan menfasilitasi kegiatan berbagi praktik baik dan inspirasi. Melakukan pelatihan dan pendampingan daring implementasi program         membaca di            sekolah,  keluarga dan masyarakat.   

Kutipan diakhir slide pak Wien menuliskan : Jika Semangat sudah Tergalang. Tiada Hutan jadi Perintang. Tiada Lautan jadi Penghalang. Betapa pun Jalan itu Panjang.

            Salah satu agenda seru adalah ketika mendapati sharing tentang relawan dan kepemimpinan TBM. Mendengar kisah dari balai baca yang di bireun dan sudah berdiri sejak tahun 2015, mendengar cerita perjuangan dan suka dukanya serta sempat vakum, jadi energi tersendiri bagi penggerak literasi seperti kami. Farhan, salah satu relawan TBM Arrasyid yang sering membawa motor pustaka ke CFD Banda Aceh ternyata pernah terjatuh dari motor dan kisah mengajak kawan-kawan lain untuk melapak buku. Nuriana dari Aceh Jaya juga menceritakan tentang dia bergerak sendiri hingga saat ini, pengalaman syahrial yang menggerakkan literasi di Tamiang dan Rio dari cinta baca yang menjadi tempat rujukan hiburan karena berada di tengah kota. Perjuangan TPM Tanyo yang sudah berdiri 9 tahun diceritakan bagaimana kak Husnul membentuk tim untuk keberlajutan melalui anak muda. Rumah relawan remaja yang terus membuka cabang di berbagai tempat di Aceh dengan program pustaka kampung impian. Ibu Nurmala di Pidie yang nama TBM terinspirasi dari atap bocor dan jika siang hari bisa menjadi bintang-bintang bertebaran dari cahaya matahari yang masuk dan program sosial yang dikerjakannya.

            Hari berikutnya kembali dijejali dengan fakta bahwa Aceh sedang darurat kekerasan terhadap anak. Amrina Habibie, SH (P2TP2A) mengatakan bahwa setiap hari ada satu atau dua anak yang menjadi korban kekerasan seksual, angka yang membutuhkan perhatian semua pihak. Selama pandemi terdapat 90 kasus. Materi ini sebetulnya menimbulkan kegelisahan dan meminta semua yang gelisah untuk mengambil peran yang bisa dilakukan. Selain itu, ada materi dari Profesor Yusni Sabi dalam pemaparannya  tentang perempuan dan anak dalam perspektif budaya mengatakan bahwa ada agama islam, adat istihadat, keserasian adat dan agama, tujuan ibu sebagai pengatur keluarga  yang mengatur tentang bagaimana harusnya tanggung jawab masyarakat secara bersama. Materi tersebut juga ada kaitannya dengan yang dipaparkan oleh bu Nahriah tentang TBM yang ramah terhadap anak dan perempuan. Bapak Mussa menambahkan bahwa TBM bisa juga menjadi tempat penguatan ekonomi terhadap perempuan.

            Inti dari kegiatan Magang ini adalah adanya sebuah karya berupa buku yang dihasilkan oleh penggiat literasi yang terlibat serta rencana tindak lanjut setelah mengikuti magang ini. Beberapa materi tentang menulis kreatif, editing essay dan motivasi tentang menulis dipaparkan oleh pemateri yang cukup kompeten dibidangnya. Setelah menyusun RTL diharapkan apa yang sudah didapatkan bisa diterapkan di taman baca masyarakat masing-masing agar menjadi kebangkitan literasi di Indonesia yang dimulai dari daerah. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun