Mohon tunggu...
Niswah Mufidah
Niswah Mufidah Mohon Tunggu... pelajar

Tidak ada yang mustahil ketika kita terus mencoba dan berusaha dan tak lupa selalu ikhtiar dan tawakkal kepada Allah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Apa dengan Cinderella Complex Syndrom?

3 November 2019   08:45 Diperbarui: 3 November 2019   09:04 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Orang yang selalu terburu-buru tidak bisa berpikir, tidak bisa bertumbuh dan juga tidak bisa membusuk. Mereka tetap berada di fase kekanak-kanakan yang tiada berakhir." --Eric Hoffer-

Sebelumnya sudah pernah dibahasa dalam tulisan saya yang berjudul Ada Apa Dengan Peter Pan Sindrom? Nah tulisan ini ada keterkaitannya dengan artikel sebelumnya.

Masih ingatkah dengan cerita kartun Cinderella? Yaa Cinderella adalah nama tokoh kartun yang familiar dikalangan anak-anak yang mengisahkan tentang penderitaannya ditinggal meti oleh ayahnya, yang kemudian diasuh oleh ibu tirinya yang tidak adil terhadap Cinderella dan saudara tirinya. Singkat cerita suatu ketika terdapat undangan pesta malam dengan bantuan peri kecil akhirnya Cinderella pun bisa datang ke acara tersebut hingga akhirnya dia bertemu dengan sesosok pangeran yang sangat tampan dan baik hati. Mereka pun jatuh cinta lalu dengan adanya tragedi hilangnya sepatu kaca milik Cinderella akhirnya dengan bantuan para ajudan pangeran berhasil menemukan sang pemilik sepatu, yaa akhirnya Cinderella dan pangeran pun bertemu dan kemudian mereka pun menikah dan hidup bahagia.

Begitulah gambaran singkat tentang kisah hidup Cinderella yang kaya akan serat dan bumbu penyedap yang mana bila tanpa tambahan tersebut makanan akan menjadi hambar (wkwk bercanda), serial kartun yang satu ini sangatlah digemari oleh kalangan anak-anak bahkan orang dewasa. Tapi siapa yang bisa menyangka jika sebuah gangguan psikis ternyata ada kaitannya dengan kisah dari Cinderella ini yaa sebut saja namanya Cinderella Complex Syndrom. Pada kisahnya Cinderella banyak sekali mendapatkan siksaan dari ibu tirinya, kemudian setelah pertemuannya dengan pangeran tampan hidupnya pun berubah 180 derajat menjadi bahagia.

Cerita Cinderella dijadikan sebagai istilah oleh psikiater Collet Dowling dengan istilah Cinderella Complex dalam bukunya yang berjudul "The Cinderella Complex : Women's Hidden Fear Of Independence" merujuk kepada perempuan yang secara psikis memiliki ketergantungan terhadap sesuatu, biasanya ditunjukkan dengan adanya keinginan yang kuat untuk dirawat atau diperhatikan oleh orang lain terutama laki-laki, serta berkeyakinan bahwa pertolongan akan selalu mendatanginya dari luar sana.

Pada pengertiannya sendiri Cinderella Complex merupakan suatu jaringan sikap dan rasa takut yang sangat tertekan sehingga wanita tidak bisa atau tidak berani memanfaatkan sepenuhnya kemampuan otak dan kreativitasnya (Dowling). Menurut Symonds menyatakan bahwa masalah tentang Cinderella Complex adalah masalah dari hampir semua perempuan yang pernah ditemuinya.

Perempuan yang terlihat dari luar sangat berhasil justru cenderung mampu memiliki sifat ketergantungan dan tanpa sadar mereka mengabdikan sebagian besar energi mereka untuk mendapatkan cinta, pertolongan dan perlindungan terhadap apa yang terlihat sulit dan sangat menantang di dunia ini. Dowling juga berpendapat bahwasanya Cinderella Complex biasanya sangat rentan menyerang perempuan remaja kisaran usia dari umur enam belas tahun dan tujuh belas tahun akibatnya mereka yang sudah lulus dari jenjang SMA terkadang tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, hal itu juga mempercepat keadaan mereka untuk menikah muda.

Elly Risman juga mengatakan bahwasanya orang tua yang menerapkan pola asuh yang membiasakan anak hidup dalam kenyamanan, tidak pernah memberi beban kepada anak, kemudian ketika anak merasa diganggu oleh temannya orang tua langsung ikut turun tangan dalam masalah anak artinya orang tua tidak membiarkan anak untuk belajar menyelesaikan masalahnya sediri. Jika hal ini terus menerus dilakukan oleh orang tua maka bisa saja dewasa kelak anak akan tumbuh seperti seorang Cinderella yakni tokoh perempuan yang sangat cantik lagi baik hati yang konon kisahnya akhir dari perjalanan hidup seorang Cinderella berakhir bahagia setelah ia bertemu dengan seorang pangeran.

Disadari atau tidak orang tua telah menjerumuskan anak pada pola asuh yang salah pemberian bacaan atau tontonan seperti : dongeng cinderella, barbie, princess, dan masih banyak hal lain. Terkadang orang tua tidak sadar tentang apa yang dilakukannya terhadap anak, dengan membiarkan anak untuk menonton serial kartun yang menjual mimpi dan tanpa adanya pengarahan yang baik secara tidak langsung dongeng tersebut terekam jelas pada otak bahkan bisa sampai pada tahap obsesi. Cinderella Complex (CC) mampu menimbulkan ketakutan tersembunyi pada perempuan untuk hidup susah dan mandiri.

Jadi ada baiknya jika para orang tua berhati-hati dalam memilihkan tontonan atau bacaan-bacaan untuk anak karena hal itu juga mempengaruhi mental anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun