Di tengah persaingan dunia kerja yang semakin ketat, banyak orang berlomba mempercantik CV mereka. Dimulai dari desain yang profesional, hingga deretan pengalaman yang mengesankan. Namun, tak sedikit pula yang akhirnya merasa kecewa saat CV yang sudah dibuat dengan sepenuh hati tak juga mendatangkan peluang. Di sinilah pentingnya memahami bahwa branding diri adalah modal tak kalah berharga dibanding selembar daftar riwayat hidup.
Personal branding bukan soal menjadi populer atau viral. Ini tentang bagaimana seseorang membentuk citra dan nilai yang melekat dalam dirinya, sehingga mampu dikenali, dipercaya, dan dipilih di antara banyak kandidat lainnya. Dalam artikel ini, saya akan membagikan pandangan dan pengalaman pribadi saya tentang bagaimana membangun branding diri bukan hanya mendukung karier, tapi juga menjadi investasi jangka panjang untuk masa depan
Apa itu Branding Diri?
Setiap orang pasti punya cara sendiri dalam menunjukkan dirinya ke orang lain. Nah, itulah yang disebut sebagai branding diri. Sederhananya, branding diri adalah bagaimana kita ingin dikenal. Bukan soal pura-pura jadi orang lain, tapi lebih ke menunjukkan sisi terbaik dari diri kita.Â
Contohnya, seorang pelaku usaha kecil yang selalu memperlakukan pelanggan dengan ramah, menjelaskan produknya dengan jujur, dan aktif berbagi tips bermanfaat di media sosial, akan dikenal sebagai penjual yang profesional dan bisa dipercaya. Tanpa disadari, itulah branding diri yang muncul dari tindakan nyata dan terus diulang.
Bahkan dalam kehidupan kampus atau dunia kerja, branding diri sangat penting. Mahasiswa yang aktif, suka membantu teman, dan sering terlibat dalam kegiatan positif biasanya akan dikenal sebagai sosok yang bisa diandalkan. Begitu juga di tempat kerja, seseorang yang dikenal bertanggung jawab dan bisa dipercaya sering mendapat kepercayaan lebih besar dari atasan maupun rekan kerja.
Maka dari itu, mengenal dan membangun branding diri bukan hanya penting untuk hari ini, tapi juga menjadi modal besar untuk masa depan, baik saat melamar kerja, menjalankan usaha, maupun menjalin relasi profesional. Branding diri yang kuat bisa membuka lebih banyak peluang, bahkan sebelum orang membaca isi CV kita.
Langkah Awal Membangun Branding Diri?
Sebagai mahasiswa, saya dulu lebih banyak menghabiskan waktu hanya untuk kuliah, mengerjakan tugas, lalu pulang. Tidak banyak bersosialisasi, tidak aktif di organisasi, dan belum terlalu memikirkan bagaimana cara membangun citra diri. Saat itu, saya merasa cukup menjalani rutinitas akademik tanpa mempertimbangkan kesan yang ditinggalkan di mata orang lain.
Titik balik mulai muncul ketika saya menyadari bahwa dunia setelah kuliah menuntut lebih dari sekadar nilai di ijazah. Jika ingin terlihat profesional, saya harus mulai membentuk identitas yang bisa dikenali secara positif. Saya pun memberanikan diri untuk mengikuti berbagai pelatihan dan bootcamp online. Sertifikat dari pelatihan tersebut bukan hanya menjadi pelengkap CV, tetapi juga bukti bahwa saya sedang membangun kompetensi dan arah yang lebih jelas.
Saya juga mulai mencoba mengikuti lomba menulis dan desain, menulis artikel, serta membagikan hasil karya di media sosial untuk mengisi waktu sekaligus memperkuat branding diri. Awalnya ada rasa ragu, bahkan takut terlambat. Tapi lambat laun, kepercayaan diri mulai tumbuh. Melihat teman-teman yang sudah memiliki banyak pencapaian justru membuat saya terinspirasi untuk mengejar, bukan merasa minder.
Lingkungan memang berpengaruh besar terhadap semangat dan cara pandang seseorang. Seandainya saya memulai lebih awal, mungkin hasilnya akan berbeda. Tapi saya juga belajar untuk tidak menyalahkan diri sendiri. Setidaknya, saya berani memulai hari ini. Dan itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.