Mohon tunggu...
Nisbi Indonesia
Nisbi Indonesia Mohon Tunggu... Direktur

Pengelola Lembaga Training & Konsultan Nisbi Indonesia. Nisbi berlokasi di D.I.Yogyakarta, menyediakan kebutuhan pelatihan untuk perusahaan nasional maupun internasional, dalam bidang Manajemen (Strategik, Keuangan, SDM, Pemasaran), Konstruksi dan IT. Hobi olahraga : Lari, Sepakbola dan Badminton.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Membangun Budaya Keselamatan Pertambangan Melalui SMKP

21 Agustus 2025   14:22 Diperbarui: 21 Agustus 2025   14:22 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya menerapkan SMKP demi keselamatan di tempat kerja pertambangan (Sumber: Pixabay)

Industri pertambangan memiliki risiko inheren yang tidak bisa diabaikan. Namun, insiden keselamatan seringkali bukan hanya disebabkan oleh kegagalan sistem atau peralatan, tetapi juga oleh faktor manusia. Inilah sebabnya mengapa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) tidak hanya berhenti pada dokumen dan prosedur, melainkan harus bertransformasi menjadi sebuah budaya keselamatan yang mengakar di setiap lapisan perusahaan.

Budaya keselamatan adalah nilai, keyakinan, dan perilaku kolektif yang menempatkan keselamatan sebagai prioritas tertinggi. Ia adalah "bagaimana kita bekerja di sini," bahkan ketika tidak ada yang mengawasi. SMKP menyediakan kerangka kerja yang solid, tetapi budaya keselamatan adalah jiwa yang menghidupkannya. Tanpa budaya yang kuat, sistem terbaik pun bisa gagal.

Perbedaan Kunci: Sistem vs. Budaya

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) dan budaya keselamatan sering dianggap sama, padahal keduanya memiliki peran yang berbeda namun saling melengkapi.

Sistem (SMKP) adalah kerangka kerja formal yang terdiri dari kebijakan, prosedur, dan aturan tertulis. Ia memberikan panduan tentang apa yang harus dilakukan untuk bekerja dengan aman. SMKP dapat diukur, diaudit, dan dievaluasi.

Budaya adalah perilaku dan sikap informal yang memengaruhi cara orang berpikir dan bertindak terkait keselamatan. Budaya tidak bisa diunduh atau dibeli, melainkan harus dibangun secara konsisten. Ia tercermin dari seberapa sering pekerja melaporkan bahaya, seberapa proaktif mereka mengambil tindakan pencegahan, dan seberapa tulus komitmen manajemen.

Dengan kata lain, SMKP memberikan "aturan," sedangkan budaya keselamatan memastikan "aturan" tersebut benar-benar dihayati dan dijalankan oleh semua orang.

Tiga Pilar Membangun Budaya Keselamatan

Bagaimana sebuah perusahaan pertambangan dapat mengubah sekadar kepatuhan terhadap SMKP menjadi budaya keselamatan yang kuat? Jawabannya terletak pada tiga pilar utama.

1. Komitmen Kepemimpinan

Budaya keselamatan harus dimulai dari puncak. Para pemimpin perusahaan tidak bisa hanya menunjuk dan memerintahkan, mereka harus menjadi teladan. Ketika CEO, manajer, dan supervisor secara konsisten memprioritaskan keselamatan di setiap rapat, mengambil tindakan terhadap praktik tidak aman, dan bahkan ikut serta dalam inspeksi lapangan, pesan yang disampaikan sangatlah jelas: "Keselamatan adalah nilai inti kami." Komitmen ini menciptakan iklim kepercayaan di mana setiap karyawan merasa bahwa manajemen benar-benar peduli.

2. Partisipasi Aktif Seluruh Karyawan

Keselamatan bukanlah tanggung jawab eksklusif tim HSE (Health, Safety, and Environment). Setiap individu, mulai dari operator alat berat hingga staf administrasi, harus merasa memiliki dan terlibat. SMKP memfasilitasi partisipasi ini melalui:

  • Pelaporan Bahaya: Mendorong karyawan untuk melaporkan kondisi atau perilaku tidak aman tanpa rasa takut akan hukuman (blame culture). Laporan ini harus ditindaklanjuti secara transparan.
  • Sesi Diskusi Keselamatan (Safety Talk): Dialog rutin di mana pekerja dapat berbagi pengalaman dan saran untuk perbaikan.
  • Inisiatif Keselamatan: Memberi ruang bagi karyawan untuk berinisiatif dalam mengusulkan solusi atau perbaikan di area kerja mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun