Mohon tunggu...
Annisa Salsabila
Annisa Salsabila Mohon Tunggu... Ilustrator - Mahasiswa dan Freelancer

Raga akan hilang, tetapi tulisan akan abadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

SPP Memang Digratiskan, tetapi Masih Ada Biaya Lain yang Membebani

2 Desember 2019   01:12 Diperbarui: 2 Desember 2019   08:59 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan memang sangat penting untuk membangun suatu bangsa dengan pendidikan kita dapat mencetak generasi penerus yang mampu untuk bersaing dengan bangsa lain di luar sana. 

Pendidikan juga memberikan suatu harapan besar dalam memajukan suatu bangsa dari keterpurukan berkelanjutan yang jika tidak dibenahi sedini mungkin dapat berakibat fatal. Kenapa fatal?

Karena jika kita mengabaikan segala permasalahan pendidikan ini bisa memberikan dampak yang besar bagi generasi harapan kita untuk masa depan Indonesia.

Seperti yang kita sudah ketahui bahwa pemerintah memiliki program wajib belajar 12 tahun gratis untuk mewujudkan "Indonesia Pintar" yang telah diberlakukan sejak Juni 2015. 

Hal ini menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan anggaran yang sangat besar untuk mewujudkan program Indonesia Pintar ini dengan memberikan SPP gratis dan fasilitas penunjang lain. 

Program ini sudah sangat bagus dikarenakan sekarang siapapun dan kalangan yang ekonominya rendah pun dapat menuntut ilmu seperti anak lainnya yang dikatakan memiliki finansial yang sangat baik dan mampu untuk membiayai sekolah.

Apakah SPP gratis ini membantu masyarakat? Ya sangat membantu jika semua orang dapat memanfaatkannya dengan baik. Tetapi masih saja anak yang tidak bisa bersekolah. Kenapa demikian? 

Saya memiliki opini bahwa stigma masyarakat yang kurang mampu ini selalu memengaruhi. Mereka mengatakan mereka tidak mampu untuk sekolah maka mereka membebankan anaknya pekerjaan untuk menopang kehidupan yang sebenarnya bukan kewajiban anak mereka.

Kita memang tidak dapat menyalahkan keadaan ekonomi tapi kita harus terjun untuk memberikan pemahaman bahwa dengan pendidikan suatu saat nanti anak mereka dapat membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik. 

Ada juga yang tidak sekolah karena tidak memiliki hal pendukung lain seperti tidak memiliki seragam, sepatu, buku, dll. Kebanyakan sekolah memiliki aturan untuk berseragam ini sedikit menyulitkan anak-anak yang kurang mampu.

Dan yang harus dibenahi dari sini adalah bagaimana caranya anak kurang mampu dapat terlihat setara dengan anak-anak lainnya dengan berpakaian normal layaknya anak sekolahan.

Pemerintah rata-rata sudah memberikan uang khusus untuk anak yang kurang mampu dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu. 

Meski, sebenarnya cara ini kurang efektif jika tidak adanya pemeriksaan lebih lanjut. Sebab, sang anak yang seharusnya tidak memiliki hak juga bisa mendapatkan dana tersebut yang diperuntukan untuk anak yang ekonomi lemah.

Hal ini juga berlaku untuk anak yang bersekolah di swasta. Saya pernah mengetahui bahwa mereka mendapatkan dana tersebut juga jika melampirkan berkas-berkas yang memang harus dikumpulkan. Lalu mendapatkan juga sejumlah uang 500 ribu hingga 1 juta rupiah.

Kata orang tersebut, dia tidak tahu menahu kapan dana itu seharusnya keluar apakah untuk per bulan atau per semester. 

Yang diketahui bahwa ia mendapatkannya di bangku akhir yaitu pas kelas 12 SMA. Mereka mendapatkan info bahwa pemerintah seharusnya memberikan dana 1 juta. Namun yang diberikan hanya 500 ribu. 

Hal ini cukup mengherankan karena ketidaksesuaian dana yang didapat ini. Entah untuk apa juga tidak tahu, menurut sumber yang penulis samarkan.

Sekolah tempat teman saya juga menekankan biaya yang cukup tinggi. Dan jika ada yang belum membayar tidak akan diberikan kesempatan untuk mengikuti ulangan yang nantinya berimbas pada nilai rapor.

Belum lagi jika sekolah mengharuskan membeli buku yang harganya semakin hari kian mahal. Bahkan, harus membeli buku semua mata pelajaran. Dan yang terakhir adanya biaya study tour, yang kadang tidak masuk di akal. 

Biasanya setiap sekolah mengadakan study tour ke luar kota dan adanya tugas yang diberikan sesuai dengan tempat yang dikunjungi. Namun bagaimana jika yang tidak memiliki biaya? 

Mereka diharuskan untuk study tour sendiri di museum-museum kota yang dikunjungi, misalnya. Biasanya juga uang yang mesti dibayar jika dikalkulasikan tidak sesuai dengan biaya seharusnya dan lebih mahal. Ini diisukan untuk patungan uang guru yang ikut study tour. 

Dengan hal ini saya hanya berharap tiap sekolah adanya transparansi dana yang seharusnya dibayarkan secara detail. Agar kita dapat mengetahui ke mana uang tersebut pergi. 

Karena bagi sebagian orang mencari uang dengan jumlah yang dikira wajar pun dapat membebani karena perbedaan pendapat penghasilan yang dimiliki. Dan lebih baiknya sekolah/pemerintah menyediakan dana khusus untuk guru-guru jadi biaya tersebut tidak dibebani kepada orangtua siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun