Mohon tunggu...
Nuni Saraswati
Nuni Saraswati Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah UPI Bandung. Angkatan 2022

Saya hanyalah seorang awam yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Publik: Tantangan dalam Pelestarian Kawasan Braga sebagai Heritage Kota Bandung

12 September 2025   09:10 Diperbarui: 12 September 2025   00:37 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Braga  (Sumber: Regional.Kompas/Kredit Foto)

Kawasan Braga sebagai Heritage di Kota Bandung

Heritage yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai warisan merupakan segala sesuatu yang berasal dari masa lalu dan memiliki nilai. UNESCO (2009) mendefinisikan warisan budaya (Heritage) sebagai warisan yang mencakup artefak, monumen, arsitektur bangunan, situs dan museum. 

Indonesia sebagai salah satu negara yang pernah diduduki oleh bangsa Belanda selama berabad-abad lamanya, tentu mendapat pengaruh cukup besar dalam bidang arsitektur dan tata kota, termasuk Kota Bandung. Hutagalung (dalam Larasati, Nurhajarini dan Purwaningsih, 2017) juga berpendapat bahwa citra Parijs Van Java yang disematkan kepada Kota Bandung diidentikan dengan semarak pertokoan dan aktivitas orang-orang Eropa di Jalan Braga (Braga Weg).

Dalam menjaga kawasan Braga sebagai warisan dan bentuk identitas budaya, dibutuhkan upaya konkret yang berdasarkan pada prinsip pelestarian. Namun, muncul berbagai macam tantangan  seperti pembangunan kota yang tidak diprioritaskan pada upaya pengelolaan warisan budaya, komersialisasi,  hingga ancaman terhadap dan nilai-nilai histori dari bangunan bersejarah di sepanjang kawasan Braga.

Tantangan Pelestarian Kawasan Braga 

1. Tantangan Pembangunan dan Komersialisasi

Kawasan Braga sebagai bagian dari pusat Kota Bandung menghadapi tekanan pembangunan yang sangat tinggi. Nilai tanah yang terus meningkat menciptakan insentif ekonomi untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan, seringkali dengan mengabaikan aspek pelestarian warisan budaya.

Densifikasi dan Perubahan Skala Tekanan untuk meningkatkan kepadatan bangunan seringkali berbenturan dengan karakter historis kawasan yang memiliki skala yang lebih intim dan manusiawi. Rencana pembangunan gedung-gedung tinggi di sekitar Braga berpotensi mengubah skyline dan karakter visual kawasan secara drastis.

Gentrification dan Displacement Proses revitalisasi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan gentrification yang berdampak pada displacement komunitas lokal. Peningkatan nilai sewa dan biaya hidup dapat mendorong keluar pelaku usaha kecil dan menengah yang selama ini menjadi bagian integral dari kehidupan kawasan (Chen & Thwaites, 2021).

Konflik Kepentingan Stakeholder Berbagai stakeholder yang terlibat dalam pengembangan kawasan memiliki kepentingan yang tidak selalu sejalan. Pemilik properti menginginkan maksimalisasi keuntungan, pemerintah fokus pada peningkatan PAD, sementara pegiat pelestarian mengutamakan keaslian historis. Harmonisasi kepentingan ini memerlukan governance yang baik dan dialog yang berkelanjutan.

2. Degradasi Fisik dan Pemeliharaan

Bangunan-bangunan bersejarah di Braga menghadapi tantangan degradasi fisik yang serius akibat usia, cuaca, dan kurangnya pemeliharaan yang tepat.

Kerusakan Struktural Banyak bangunan kolonial di Braga yang mengalami kerusakan struktural akibat usia dan kurangnya pemeliharaan preventif. Kerusakan pada pondasi, dinding, dan atap memerlukan penanganan khusus yang tidak selalu tersedia atau terjangkau bagi pemilik bangunan.

Material dan Teknik Konservasi Keterbatasan ketersediaan material asli dan keahlian dalam teknik konservasi tradisional menjadi hambatan dalam upaya pemeliharaan bangunan bersejarah. Penggunaan material modern seringkali tidak kompatibel dengan struktur asli dan dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang.

Biaya Pemeliharaan yang Tinggi Biaya pemeliharaan bangunan bersejarah umumnya lebih tinggi dibandingkan bangunan modern karena memerlukan keahlian khusus dan material yang tidak umum. Hal ini menjadi beban bagi pemilik bangunan, terutama mereka yang memiliki keterbatasan finansial.

3. Perubahan Fungsi dan Aktivitas

Perubahan pola hidup masyarakat dan perkembangan teknologi telah mengubah fungsi dan aktivitas di Kawasan Braga, yang tidak selalu selaras dengan karakter historis kawasan.

Dominasi Kendaraan Bermotor Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor telah mengubah karakter Braga dari pedestrian-friendly street menjadi koridor yang didominasi kendaraan. Hal ini tidak hanya mengurangi kualitas lingkungan tetapi juga mengubah cara orang berinteraksi dengan ruang kawasan.

Perubahan Pola Konsumsi Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat modern seringkali tidak sesuai dengan skala dan karakter ruang-ruang tradisional di Braga. Kebutuhan akan ruang parkir, fasilitas modern, dan aksesibilitas untuk penyandang disabilitas memerlukan adaptasi yang tidak selalu mudah dilakukan pada bangunan bersejarah.

Kompetisi dengan Mal Modern Persaingan dengan pusat perbelanjaan modern yang menawarkan kenyamanan dan fasilitas lengkap menjadi tantangan bagi revitalisasi kawasan bersejarah. Kawasan tradisional seperti Braga harus menemukan unique value proposition yang tidak dapat ditawarkan oleh mal modern.


REFERENSI

  • Akbar, R., & Surjandari, 1. (2018). Heritage conservation and urban development: A case study of Braga Street, Bandung. Journal of Indonesian Urban Studies,, 15(2), 234-251. https://doi.org/10.15408/jius.v15i2.8934
  • Chen, L., & Thwaites, K. (2021). Resilience of historic urban landscapes: A comparative study of pedestrianization programs in Southeast Asian cities. Cities, 108, 102-115. https://doi.org/10.1016/j.cities.2020.102985
  • Larasati, T. A., Nurhajarini, D. R., & Purwaningsih, E. (Eds.). (2017). Merajut kebhinekaan, Membangun Indonesia : Perspektif Sejarah dan Budaya [Prosiding Seminar Nasional]. BNPB D.I Yogyakarta. Yogyakarta
  • Firmansyah, A., Rosyid, M., & Widodo, P. (2021). Community participation in heritage conservation: Lessons from Braga Street revitalization program. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 32(1), 67-84. https://doi.org/10.5614/jrpwk.2021.32.1.5
  • UNESCO Institute for Statistics. (2009). Cultural heritage | UNESCO UIS. UNESCO Institute for Statistics (UIS). https://uis.unesco.org/en/glossary-term/cultural-heritage
  • UNESCO. (2019). Culture for the 2030 Agenda. UNESCO Publishing
  • Regional.Kompas

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun