Mohon tunggu...
Khairunnisa Rangkuti
Khairunnisa Rangkuti Mohon Tunggu... -

Economics is such a magic for me; culture, humanity, history, children and education are interested topic for me; writing is i'll learn to do. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Samberlang-Main Karet-Engklek-Gateng (permainan waktu kecil-part I)

24 April 2011   15:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:27 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Makan siang hari ini bersama seorang teman mengingatkan saya tentang beragam permainan lokal yang saya mainkan. Kenyataan tentang betapa saya bahagianya dulu saat memainkan permainan-permainan itu membuat saya sangat bersyukur karena ternyata masa kecil saya bahagia,hehe. Berbeda dengan bocah bocah sekarang yang mainnya Play Station dan aneka Game di komputer. Memainkan permainan, dimana lawan bertanding saya adalah manusia nyata alias teman sebaya, bukan program komputer. Melalui tulisan ini saya ingin sedikit mengenang masa kecil saya di pinggiran kota Medan melalui permainan apa saja yang pernah saya mainkan :) 1. Samberlang Permainan ini dulu saya mainkan berkelompok, terdiri dari dua kelompok: kelompok main dan kelompok jaga (masing-masing terdiri dari tiga orang). Kelompok jaga akan membuat pola tiga saf ke belakang dan berdiri di garis yang telah dibuat (ada tiga garis). Masing2 anak jaga boleh bergerak sepanjang garis untuk menghalangi anak dari kelompok main yang ingin menyebrang dari depan (garis pertama) hingga berhasil melewati garis ketiga. Anak jaga akan berusaha menyambar anak main yang sedang berusaha menyebrang. Jika salah seorang anak main berhasil disambar maka dia harus mengulanginya. dan jika semuanya sudah kena sambar, maka kelompok main akan kalah. 2. Main Karet Saya sudah tidak terlalu ingat urutannya. yang saya ingat adalah, dulu waktu SD saya salah seorang ratu jagoan main karet, karena didukung postur tubuh saya yang termasuk tinggi saat SD,hehe.  Dari mulai lutut, ugel-ugel (sebutan utk daerah pinggul), pinggang, bahu, kuping, kepala, jengkal (menambah satu jengkal di atas kepala), dan merdeka (tangan diacung tinggi). Seingat saya, dulu saya adalah jagoannya merdeka, alias saya selalu bisa membantu teman2 untuk melewati tali karet setinggi tangan diacung. Setelah merdeka masih ada lanjutannya lagi! masih ada lompat tujuh kali melewati tai karet setinggi lutut, kemudian ditambah lagi sejengkal di atas lutut. Tapi saya lupa permainan ini berakhir dimana. Yang pasti dulu permainan ini sangat heboh di SD saya, bahkan ada pertandingan cewek melawan cowok! luar biasa ya kalau diingat ingat.  Oh iya, lompat karet ini juga ada beberapa jenis, salah satunya karet cina. Saya juga tidak tahu kenapa disebutnya karet cina. Karet cina ini unik karena tali karet yg biasanya dipegang dengan tangan, ini malah digabungkan sehingga tidak ada ujungnya, dan diikatkan diantara dua pasang kaki. Lalu dengan teknik tertentu si pemain harus melewati tiap levelnya, yang sulit saya jelaskan dengan bahasa. Ada teman2 yang bisa menjelaskannya? :) Ada juga karet jepang, lompat tali, dll. 3. Engklek yang saya ingat adalah gambar menyerupai orang, terdiri bagian kaki (berbentuk dua persegi digabung), bagian rok (seperti segitiga dan diberi garis tengah), bagian badan (berbentuk persegi), bagian tangan (berbentuk dua persegi panjang digabungkan), bagian leher (satu persegi) lalu bagian kepala (berbentuk lingkaran). Cara kita memainkannya adalah melangkah dengan satu kaki ke bagian dimana terdapat gacok kita. Gacok biasanya kita lempar sebelum kita main, bisa berbentuk uang logam ataupun pecahan keramik. Setelah langkah kita sampai di tempat gacok kita berada, maka kita boleh meletakkan dua kaki kita disitu. Kemudian melanjutkan perjalanan sampai kepala, lalu balik lagi menyusuri satu persatu bagian hingga tiba di kaki. Kita harus hati hati melangkah, karena kaki kita tidak boleh menginjak garis dan bagian dimana terdapat gacok lawan kita. Yang saya sangat senang dari permainan ini adalah, semakin banyak lawan bermain kita, maka semakin seru. Bahkan, seingat saya dulu waktu saya bermain, diperbolehkan menambahkan bantuan yang disebut air. Air diberikan bila ternyata memang suudah sangat sulit untuk melangkah, berupa tambahan area (digambar) diluar gambar engklek utama. 4. Gateng Permainan ini saya mainkan waktu saya SD. Permainan ini dilakukan individu melawan individu dan menggunakan sistem skor. Alat yang dibutuhkan adalah kapur (bisa juga kertas dan pensil) serta batu berukuran sedang (tergantung selera si pemain) sebanyak enam buah. Giliran saya main: saya menggenggam tumpukan batu, menyerakkannya di lantai, lalu memilih sebuah batu yang akan dijadikan gacok, kemudian melembar gacok-mengambil sebanyak mungkin batu yang berserakan yang saya bisa-lalu menangkap kembali gacok yang saya lempar tadi). Kebayang ga? jadi, gacok tadi harus bisa saya tangkap lagi, ga boleh jatuh, dan harus sambil mengutip batu yang berserakan tadi. Batu yang berserakan tadi pun ada aturannya, tangan kita hanya boleh menyentuh batu yang mau kita ambil, batu lain ga boleh tersentuh, kalau tersentuh akan "mati". Bagaimana cara menghitung skornya? setiap lima batu yang berhasil kita ambil dapat nilai lima, begitu seterusnya. Saya sangat ahli bermain ini, skor tertinggi saya dulu waktu bermain bisa sampai 1000. Skor ini tentunya bisa dicapai setelah bermain lebih dari satu jam. Istilah gateng ini sepertinya hanya populer di SD saya, dan juga daerah sekitar. Ketika di Kota, saya melihat permainan sejenis yang mirip dengan gateng, disebut dengan serimbang. Namun permainan ini menggunakan bola bekel sebagai gacok dan ditangkap setelah membal satu kali. Ini beberapa permainan yang dulu pernah saya mainkan. Sebenarnya masih ada banyak lagi, tapi saya masih berusaha untuk mengingat detail permainannya. Adakah teman teman disana yang merasa pernah memainkan permainan serupa? Mungkin permainannya mirip atau bahkan serupa tapi namanya mungkin saja berbeda. Fakta yang saya alami adaah permainan serupa dalam satu provinsi saya saja namanya bisa berbeda, apalagi beda provinsi dan pulau? wah membayangkan perbedaann namanya saja saya sdah sangat bersemangat. :) nantikan tulisan selanjutnya mengenai permainan waktu kecil ini :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun