Mohon tunggu...
Pendidikan

Demoralisasi "Kids Zaman Now"

26 Maret 2019   04:45 Diperbarui: 26 Maret 2019   04:49 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
maulisme.wordpress.com/

Kata "kids zaman now" sudah sering kita dengar untuk saat ini, sesuai dengan artinya yakni anak-anak zaman sekarang sebutan ini dijadikan sebagai tren sehingga banyak orang yang terbawa virus ini bahkan orang tua seakan-akan menganjurkan anaknya menjadi bagian dari "kids zaman now" . 

Namun jika ditilik secara mendalam ternyata realitas yang terjadi pada "kids zaman now" sungguh sangat miris. Hal ini bisa kita lihat banyak sekali berita-berita yang membuat hati mencelos yakni banyak nya kasus amoral yang dilakukan anak salah satunya kasus penganiayaan seorang siswa terhadap gurunya yang diberitakan diberbagai media baik media cetak maupun media sosial. 

Kondisi ini disebut sebagai demoralisasi yaitu merosotnya akhlak sesorang yang tercermin pada perilaku yang bertentangan dengan norma dan nilai dalam masyarakat atau kondisi dimana moral tak lagi menjadi pegangan hidup dalam melakukan suatu tindakan. Hal ini sesuai dengan fenomena yang sekarang terjadi pada "anak zaman now", dimana mereka dalam melakukan sesuatu sesuka hati mereka.

Fenomena tersebut terjadi bisa disebut sebagai akibat adanya perubahan-perubahan diberbagai sendi kehidupan saat ini. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan akibat dari perkembangan globalisasi di era yang lebih dikenal dengan istilah era 4.0. 

Selain memang adanya perubahan sendi kehidupan didalam lingkungan masyarakat, fenomena diatas muncul juga adanya pengaruh dari berbagai pihak baik secara internal maupun eksternal yang disebut sebagai stakeholder. stakeholder sendiri adalah pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi didalam suatu organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak intenal dan eksternal. Dalam dunia pendidikan sendiri banyak sekali yang dapat disebut sebagai stakeholder pada diri anak.

Mengapa harus dunia pendidikan?

Karena untuk saat ini dunia yang dihadapi anak yang paling dekat adalah dunia pendidikan. Dalam ranah pendidikan ini, banyak pihak yang dapat menjadi stakeholder bagi anak seperti teman sebayanya, orang tua, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah bahkan pihak-pihak seperti ibu kantin, petugas kebersihan, penjaga perpustakaan ataupun  sopir antar jemput sekolah pun memiliki peran penting dalam menumbuhkan sikap anak. 

Kita ambil contoh sopir antar jemput sekolah, melalui sopir antar jemput sekolah ini sikap kedisiplinan dari seorang anak bisa tumbuh. Kok bisa? hal ini dapat kita lihat apabila seorang sopir sering menjemput anak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi anak untuk berangkat maupun pulang sekolah tepat waktu. 

Didalam ranah pendidikan sendiri, fenomena "kids zaman now" diatas dapat diselesaikan melalui pelayanan bimbingan dan konseling oleh konselor sekolah yakni guru bimbingan dan konseling. 

Seorang guru Bk juga merupakan stakeholder bagi anak dan seorang guru Bk dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling harus memahami stakeholder pada diri anak itu siapa saja agar bimbingan dan konseling dapat tepat sasaran.

Pelayanan bimbingan dan konseling agar dapat berjalan secara efektif dan efisien juga dipengaruhi oleh berbagai pihak diantaranya : kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator BK, Konselor itu sendiri, Satf Administrasi, guru mapel, wali kelas, dan pihak-pihak lainnya. Pihak-pihak tersebut memiliki peranan dan pengaruh penting dalam berjalannya layanan bimbingan dan konseling.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun