Indahnya plesir di tanah kelahiranku,Tulungagung. Sebulan sebelumnya memang sudah aku persiapkan tentang trip ku hari ini, 14 april 2013. Kali ini aku bersama teman-teman baru yang sehobi dalam grup "PACIWISTU" (Paguyupan Cinta Wisata Tulungagung) mencoba menapakkan kaki di Pantai Sanggar dan Pantai Ngalur kabupaten Tulungagung. Eksotik dan kesan alami masih terlihat sejauh mata memandang di pantai ini. [caption id="attachment_254779" align="aligncenter" width="280" caption="Pantai Sanggar"][/caption] Pagi itu kami memulai perjalanan kami di sekretariat "Omah Dolan Paciwistu" yang artinya rumah jalan-jalan Paciwistu. Sekretariat yang berlokasi di jalan Ngurah Rai VIII belakang bangunan ORARI itu menjadi rumah generasi paciwistu untuk tetap menjaga dan melestarikan kekayaan wisata Tulungagung. Hmm... spekta bgt kan cita-cita mulianya. Menuju ke Pantai Sanggar kami menuju desa ngelo, tempat pemberhentian terakhir motor kami. Karena perjalanan dari ngelo menuju sanggar tidak dapat dilalui oleh kendaraan, kecuali kendaraan tracking yang memang khusus digunakan di area medan perbukitan. Perjalanan ke Pantai Sanggar menjadi penuh tantangan dengan medan naik turun bukit, cocok banget buat temen-temen yang punya jiwa petualangan dan untuk mengasah adrenalin. Angin sepoi dan sejuk bak menyambut dan menemani rasa lelah di perjalanan, ada juga rasa keingin tahuan yang membuat langkah ini terus berjalan ke depan mencoba menjawab rasa penasaran yang kian menggoda. Ragam semboyan jawa " gemah ripah loh jinawi" juga terasa kental dari sambutan para warga petani menjadi pemandu arah jalan kami. Hampir semua warga di daerah sekitar memanfaatkan lahan lahan perhutani ini untuk dijadikan perkebunan. Macam macam rupa tanaman yang dapat kita jumpai di area perbukitan ini ada jagung, kakao, pisang, alpukat dan padi. Indahnya negeriku, semoga lestari hingga kelak anak cucuku dapat menikmati alam tercinta ini. Salam rimba untuk lestari.... Mendekati bibir pantai mulai terdengarlah bisikan bisikan ombak yang memanggil, tidak tanggung tanggung kami langsung disambut hangat dengan kawasan rawa-rawa sebagai tantangan terakhir yang harus kita lalui sebelum menuntaskan rindu pada pantai. Yah air setinggi 1 meter itu menenggelamkan sebagian tubuh kami hingga basah kuyup. kami berjalan waspada takut kalau kalau ada ular pithon atau anak konda yang tiba-tiba dapat melahap kami. Hrrrrrrgg.... aku menyebutnya sebagai rawa uji nyali, cuma buat petualang sejati yang tak gentar walau jurang menghalangi langkah kaki.Karena penakhluk sejati adalah orang yang berani menakhlukkan ketakutannya sendiri. ahhh itu hanya permainan sugesti jadi " i can do it!"... [caption id="attachment_254793" align="aligncenter" width="470" caption="Melewati Jembatan Terapung seolah berjalan di atas air..."]






Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI