Mohon tunggu...
Ni Putu Ika Sulistyawati
Ni Putu Ika Sulistyawati Mohon Tunggu... Mahasiswa

seorang mahasiswa jurusan kimia di undiksha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catur Marga dan Peran Tempat Suci dalam Kehidupan Umat Hindu

24 September 2025   21:43 Diperbarui: 24 September 2025   21:43 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

      Agama Hindu dikenal sebagai salah satu agama tertua di dunia yang memiliki ajaran sangat luas dan mendalam. Dalam kehidupan umat Hindu, terdapat banyak pedoman hidup yang mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan tertinggi, yaitu Moksa atau kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Salah satu ajaran penting yang membimbing umat Hindu dalam mengarungi kehidupan adalah Catur Marga. Catur Marga merupakan empat jalan utama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Brahman), sesuai dengan kecenderungan, watak, dan kemampuan masing-masing individu. Selain itu, dalam praktik beragama, umat Hindu juga memiliki tempat suci sebagai pusat kegiatan spiritual. Tempat suci tidak hanya berfungsi sebagai lokasi sembahyang, tetapi juga sebagai sarana untuk menyucikan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Hubungan antara Catur Marga dan tempat suci sangat erat, karena melalui tempat suci, umat Hindu dapat mengaktualisasikan ajaran Catur Marga dalam kehidupan nyata.


Pengertian Catur Marga

     Secara etimologis, kata Catur berarti empat, sedangkan Marga berarti jalan atau cara. Dengan demikian, Catur Marga dapat diartikan sebagai empat jalan utama yang dapat ditempuh oleh umat Hindu untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kedekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Catur Marga juga sering disebut dengan Catur Yoga Marga. Catur Marga atau Catur Yoga disebutkan adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan mendekatkan diripada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida SangHyang Widhi Wasa. Sumber ajaran Catur Marga diajarkan dalampustaka suci Bhagavad Gita, terutama padatrayodhyaya tentang karma yoga/marga yakni sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha karma (perbuatan baik) dengan ajaran asubha karma (perbuatan yang tidak baik)yang dibedakan menjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan yang keliru). 


Keempat jalan tersebut adalah:

1. Bhakti Marga  
      Bhakti Marga adalah jalan pengabdian yang penuh dengan rasa cinta kasih dan ketulusan hati kepada Tuhan. Dalam ajaran Hindu, Bhakti bukan sekadar ritual lahiriah, melainkan suatu sikap batin yang tulus ikhlas. Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti marga) dengan sujud dancinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yadnya kepada Sang Hyang Widhi. Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam yang disebut maitri. Semangat tat twam asi sangat subur dalam hati sanubarinya. Cinta bhaktinya kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam, itu juga dipancarkan kepada semua makhluk baik manusia binatang juga tumbuh-tumbuhan. Pada umumnya kita mengenal dua bentuk bhakti yaitu bentuk Aparabhakti dan parabhakti. Apara bhakti artinya tidak utama; jadi apara bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang tidak utama. Apara bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya kurang atau sedang-sedang saja. Aparabhakti, yaitu pemujaan atau persembahan dan kebaktian dengan berbagai permohonan dan permohonan itu adalah
wajar mengingat keterbatasan pengetahuan kita tentang hakekat bhakti. Sedangkan, Para artinya utama; jadi para bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang utama. Para bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya tinggi. Parabhakti adalah bhakti berupa penyerahan diri yang setulusnya.

Wujud nyata Bhakti Marga antara lain:

  • Melakukan sembahyang di pura atau tempat suci dengan hati penuh ketulusan.
  • Melantunkan kidung suci dan doa sebagai bentuk pujian kepada Tuhan.
  • Menghaturkan sesajen/canang/banten sebagai simbol pengabdian.
  • Menolong sesama makhluk hidup dengan dasar kasih sayang.

2. Karma Marga

      Karma Marga adalah jalan pengabdian melalui tindakan atau kerja yang dilakukan tanpa pamrih. Kata "Karma" berarti perbuatan. Dalam konsep Karma Marga, setiap tindakan hendaknya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan tidak terikat pada hasil. Pada jalan Karma Marga (Karma Yoga), prinsip yang ditekankan adalah bekerja sebagai yadnya, melaksanakan kewajiban (swadharma), dan tidak melekat pada hasil (niskama karma). Segala aktivitas manusia, mulai dari pekerjaan sederhana di rumah hingga profesi besar dalam masyarakat, semuanya dapat menjadi jalan spiritual jika dilakukan dengan ikhlas dan benar. Seorang ibu rumah tangga yang memasak untuk keluarganya dengan penuh cinta, seorang guru yang mengajar muridnya dengan sabar, seorang petani yang merawat sawahnya demi kehidupan banyak orang, hingga seorang relawan yang membantu korban bencana tanpa mengharap imbalan, semuanya merupakan perwujudan nyata dari Karma Yoga.

Praktik Karma Marga dapat berupa:

  • Bekerja dengan tulus demi kesejahteraan keluarga, masyarakat, dan alam.
  • Ngayah di pura tanpa mengharapkan imbalan.
  • Membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
  • Menjalankan profesi dengan jujur dan penuh dedikasi.

3. Jnana Marga

      Jnana Marga adalah jalan menuju kesadaran tertinggi melalui pengetahuan suci. Jnana Marga, atau lebih dikenal dengan istilah Jnana Yoga, adalah jalan menuju Tuhan melalui pengetahuan sejati. Kata jnana dalam bahasa Sanskerta berarti "pengetahuan" atau "kebijaksanaan". Jalan ini dianggap sebagai salah satu jalan paling mendalam dan filosofis dalam Catur Marga, karena menuntun manusia untuk memahami hakikat kehidupan, alam semesta, dan dirinya sendiri. Jika Karma Yoga lebih menekankan pada kerja nyata tanpa pamrih, maka Jnana Yoga lebih menekankan pada pencarian kebenaran yang hakiki. Jalan ini mengajarkan bahwa kebodohan rohani (avidya) adalah akar penderitaan manusia. Dengan menyingkirkan kebodohan melalui pengetahuan sejati, manusia dapat mencapai kebebasan (moksa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun