Setiap manusia memiliki kepercayaan yang menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan. Keyakinan itu memberikan arah, memberi penghiburan, dan menuntun setiap langkah agar tidak tersesat. Bagi saya, kebanggaan terbesar adalah terlahir dan dibesarkan sebagai umat Hindu. Hindu bukan sekadar agama yang penuh dengan ritual, melainkan jalan hidup yang mengajarkan keseimbangan, kedamaian, dan kebijaksanaan. Sejak kecil saya sudah diperkenalkan dengan doa, sembahyang, cerita pewayangan, serta nilai-nilai luhur seperti dharma, satya, ahimsa, daya, dan santhosa. Semua itu membentuk pandangan saya tentang arti kehidupan dan mengajarkan bahwa beragama Hindu adalah anugerah yang harus saya syukuri sekaligus tanggung jawab yang harus saya jalani dengan sepenuh hati.
   Bagi saya, arti beragama Hindu adalah hidup berdasarkan dharma atau kebenaran. Dharma bukan hanya tentang kata yang indah, tetapi juga pedoman yang menuntun setiap tindakan. Saat saya berkata jujur, membantu orang lain, menjaga lingkungan agar tetap bersih, atau menepati janji, itu semua bagian dari menjalankan dharma. Beragama Hindu berarti percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam tradisi Hindu disebut dengan banyak nama dan wujud, tetapi hakikatnya tetap satu. Beragama Hindu juga berarti menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan. Saya merasa dekat dengan Tuhan tidak hanya ketika sembahyang di pura atau di merajan, tetapi juga saat saya melakukan hal-hal kecil dengan tulus. Di situlah saya menemukan makna bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk mengabdi, belajar, dan pada akhirnya mencapai moksha, yaitu kebebasan sejati.
   Salah satu ajaran yang sangat membekas dalam diri saya adalah Tat Twam Asi, yang berarti "Aku adalah kamu, kamu adalah aku." Ajaran ini mengingatkan saya bahwa setiap orang memiliki jiwa yang sama-sama suci, sehingga menyakiti orang lain sama saja dengan menyakiti diri sendiri. Dengan memahami ajaran ini, saya berusaha memperlakukan orang lain sebagaimana saya ingin diperlakukan. Ketika teman saya kesulitan belajar, saya membantu karena saya membayangkan jika saya berada di posisi mereka. Ketika ada orang yang sedang mengalami kesedihan, saya mencoba menghibur karena suatu saat saya pun bisa merasakan hal yang sama. Bahkan ketika ada konflik kecil, saya berusaha mengalah, bukan karena kalah, tetapi karena saya tahu menjaga hati orang lain sama pentingnya dengan menjaga hati sendiri. Ajaran Tat Twam Asi membentuk sikap empati, mengurangi ego, dan menumbuhkan kasih sayang dalam hubungan sosial.
   Kehidupan modern yang penuh tantangan justru membuat saya semakin menyadari betapa relevannya ajaran Hindu. Di tengah maraknya kasus demo yang sering berujung ricuh, saya teringat pada nilai ahimsa yang menekankan untuk tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun. Demo bisa menjadi cara menyampaikan aspirasi, tetapi jika dilakukan dengan kekerasan, maka nilai dharma akan hilang. Satya atau kejujuran juga sangat penting ketika informasi yang beredar sering dipenuhi kebohongan. Daya atau kasih sayang menjadi penyejuk di tengah gaya hidup yang cenderung individualis, mengingatkan kita untuk tetap peduli pada sesama. Santhosa mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan damai, meskipun dunia modern seperti saat ini sering mendorong orang lain untuk terus merasa haus dan tidak pernah merasa puas. Dharma sebagai pedoman utama menuntun saya untuk tetap berada di jalan benar meskipun kadang sulit. Semua nilai ini membuktikan bahwa Hindu tidak hanya bicara tentang masa lalu, tetapi juga memberi jawaban bagi masalah dunia masa kini.
   Tradisi dan budaya Hindu juga merupakan sumber kebanggaan yang sangat besar. Perayaan seperti Galungan dan Kuningan menghadirkan suasana sakral sekaligus penuh kebersamaan. Jalan-jalan dihiasi penjor yang indah, pura ramai oleh masyarakat yang  sembahyang bersama, dan keluarga besar berkumpul dalam suasana damai. Semua itu menumbuhkan rasa syukur sekaligus mengingatkan bahwa dharma selalu menang melawan adharma. Nyepi pun memberikan makna mendalam, ketika semua aktivitas berhenti, lampu dipadamkan, dan dunia seolah hening. Saat itu, saya bisa merenung, mengintrospeksi diri, dan merasakan kedekatan dengan alam semesta. Tradisi ini bahkan diakui dunia internasional sebagai hari tanpa polusi dan refleksi global. Saya bangga karena tradisi Hindu tidak hanya bermanfaat bagi umatnya, tetapi juga memberi teladan bagi umat manusia di seluruh dunia. Seni dan budaya Hindu seperti gamelan, tari, ukiran, dan arsitektur pura juga sarat makna spiritual. Setiap detail ukiran di pura bukan sekadar hiasan, tetapi doa yang diwujudkan dalam bentuk seni. Saya merasa istimewa menjadi bagian dari warisan budaya yang begitu indah dan mendalam.
   Kebanggaan saya menjadi umat Hindu semakin bertambah ketika saya mengikuti hari raya Saraswati. Hari suci ini diperingati untuk menghormati Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Dulu setiap kali Saraswati tiba, sekolah saya mengadakan persembahyangan bersama. Kami membawa buku-buku, menatanya di meja, lalu memberikan canang dan dupa sebagai simbol rasa hormat terhadap ilmu pengetahuan. Saat sembahyang, saya merasa bahwa belajar bukan hanya kewajiban, tetapi juga bagian dari dharma. Ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk mencari pekerjaan atau meraih prestasi, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Setiap kali saya belajar dengan sungguh-sungguh, saya merasa sedang mengamalkan ajaran Saraswati, dan itu menambah kebanggaan saya sebagai umat Hindu.
   Identitas saya sebagai umat Hindu saya tunjukkan tidak hanya melalui ritual, tetapi juga melalui perilaku sehari-hari. Rajin bersembahyang dan menghaturkan canang, ikut serta dalam upacara, serta hidup berdasarkan dharma adalah cara sederhana saya menjaga identitas. Tetapi lebih dari itu, identitas Hindu terlihat dari sikap saya dalam kehidupan sosial. Saya berusaha jujur, ramah, dan peduli pada lingkungan. Saya juga selalu menghormati perbedaan agama di sekitar saya. Ketika teman saya yang beragama lain bertanya tentang canang atau upacara di pura, saya dengan bangga menjelaskan maknanya. Saya tidak merasa malu, tetapi justru senang karena bisa memperkenalkan ajaran Hindu dengan cara yang sederhana. Identitas Hindu bagi saya bukanlah sekat yang memisahkan, tetapi jembatan untuk hidup rukun dengan semua orang. Selain pengalaman tradisi, ajaran Hindu juga banyak memberi pengaruh dalam pendidikan dan pergaulan saya. Di sekolah, saya sering berhadapan dengan teman-teman dari agama yang berbeda. Ada kalanya muncul perbedaan pendapat atau perbedaan cara beribadah. Namun, ajaran Tat Twam Asi membuat saya lebih mudah menghormati mereka. Saya sadar bahwa meskipun agama berbeda, pada dasarnya kita semua memiliki jiwa yang sama-sama suci. Saya bangga karena Hindu mengajarkan toleransi yang begitu dalam, sehingga saya bisa berteman dengan siapa saja tanpa membedakan agama, suku, atau latar belakang.
   Ada banyak pengalaman pribadi yang membuat saya semakin bangga menjadi umat Hindu. Salah satunya adalah ketika ikut ngayah di pura. Walaupun pekerjaan saya sederhana seperti membersihkan halaman, membantu menata banten, atau menyiapkan sarana upacara, saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Saya sadar bahwa inti dari ajaran Hindu adalah pengabdian tanpa pamrih. Saya juga bangga ketika melihat umat Hindu bersama-sama menjaga alam, seperti saat upacara melasti di pantai. Itu menunjukkan betapa besar rasa hormat umat Hindu kepada alam semesta sebagai sumber kehidupan. Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa kebanggaan menjadi umat Hindu bukan hanya saya rasakan sendiri, tetapi juga saya jalani dalam tindakan nyata.
   Refleksi lebih dalam juga membuat saya semakin yakin dengan kebanggaan ini. Ajaran karma, misalnya, memberi pemahaman bahwa setiap perbuatan memiliki akibat. Ketika saya melakukan kebaikan, hasilnya mungkin tidak langsung terlihat, tetapi saya percaya suatu saat kebaikan itu akan kembali kepada saya. Sebaliknya, jika saya berbuat buruk, saya juga akan menerima akibatnya. Pemahaman ini membuat saya berhati-hati dalam bersikap. Saya tidak ingin menyakiti orang lain, karena saya tahu itu hanya akan kembali kepada saya sendiri. Ajaran ini membuat hidup saya lebih tenang, karena saya percaya bahwa keadilan selalu ada, meskipun tidak selalu tampak segera. Tujuan akhir dalam ajaran Hindu adalah moksha, yaitu kebebasan sejati dari siklus kelahiran dan kematian. Meskipun saya masih muda, saya merasa penting untuk memahami tujuan ini. Moksha mengajarkan bahwa hidup ini bukan sekadar mencari harta atau kenikmatan duniawi, tetapi perjalanan menuju penyatuan dengan Tuhan. Pemahaman ini membuat saya lebih bisa mengendalikan keinginan. Saya tidak ingin hidup hanya mengejar hal-hal duniawi, tetapi juga mencari makna spiritual. Inilah salah satu alasan mengapa saya sangat bangga menjadi umat Hindu, karena agama saya memberikan arah yang jelas tentang makna hidup.
   Kebanggaan ini juga membuat saya memiliki tanggung jawab. Saya sadar bahwa menjadi umat Hindu berarti saya harus menjaga ajaran ini agar tidak hilang. Saya ingin melestarikan budaya Hindu, seperti tarian, gamelan, dan seni ukir, agar generasi mendatang bisa merasakannya. Saya juga ingin menjalankan nilai-nilai Hindu dalam kehidupan sehari-hari, agar orang lain bisa melihat keindahan ajaran ini melalui tindakan saya. Dengan cara ini, saya tidak hanya merasakan kebanggaan, tetapi juga membagikan kebanggaan itu kepada orang lain. Pada akhirnya, kebanggaan saya menjadi umat Hindu adalah kebanggaan yang mendalam dan menyeluruh. Ajaran Hindu memberi saya arah, tradisinya memberi saya makna, nilainya relevan dengan kehidupan modern, dan identitasnya menumbuhkan sikap toleransi. Saya merasa hidup saya lebih tenang, lebih bermakna, dan lebih penuh kasih sayang karena saya menjalani ajaran ini. Saya percaya bahwa dengan terus berpegang pada dharma, saya bisa menjalani hidup dengan baik, bermanfaat bagi sesama, dan pada akhirnya mencapai kebebasan sejati.
   Untuk mencerminkan kebanggaan saya, saya membuat semboyan pribadi: "Hidup dengan Dharma, damai dengan sesama, dan selaras dengan alam." Semboyan ini menjadi pegangan saya sehari-hari. Dharma mengingatkan saya untuk selalu berada di jalan benar. Damai dengan sesama mengingatkan saya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selaras dengan alam mengajarkan saya untuk selalu menjaga lingkungan dan menghormati sumber kehidupan. Dengan semboyan ini, saya merasa lebih nyaman menjalani hidup sebagai umat Hindu.