Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amien Rais Vs. Jokowi-Ahok: Analisis Psikologi Post-Power Syndrome

30 September 2012   15:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:27 5899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Sayang, apa makna pernyataan Amien Rais mengenai Jokowi-Ahok yang katanya kemenangan mereka merusak demokrasi?" tanya kekasihku sambil menyandarkan tubuh indahnya padaku.

"Oh, itu pernyataan orang bingung yang tak tahu diri..he he he," sahutku sekenanya.

Kami berdua tengah menikmati alunan music lewat radio di mobil yang aku kemudikan. Lagu We are young, so we set the world on fire mengalun menghentak. Aku sendiri tak tahu siapa penyanyinya. Rasanya lagu itu khusus anak muda. Anak-anak mudalah yang dianggap bisa mengubah dunia. Bukan para renta yang tidak bermoral. Rasanya lagu itu kontras dengan pertanyaan kekasihku tentang kekuasaan. Tentang Amien Rais yang semakin tua semakin galau.

"Lalu kenapa Amien Rais tetap saja mengeluarkan pernyataan negatif?" tanya kekasihku lebih jauh.

"Oh itu ada hubungannya dengan aspek psikologis orang tua galau..." sahutku sambil menerangkan lebih jauh.

Pernyataan dan tingkah laku Prof. DR. H. Muhammad Amien Rais, MSi alias Amien Rais semakin membabi buta. Kritikan pedas di media sosial terhadap dirinya tak mempan. Pernyataan negatifnya yang memojokkan Jokowi dalam kampanye Pilkada DKI gagal membendung Jokowi-Ahok menjadi Gubernur dan Wagub DKI. Gandengan tangannya bersama Hidayat Nur Wahid dan Marzuki Alie serta Rhoma Irama gagal menjadi pendorong rakyat mendukung Foke-Nara.

Pernyataan di Solo yang memojokkan Ahok sekarang dan menyatakan demokrasi akan mati adalah pernyataan yang berlebihan. Tidak penting sekarang ini yang menguasai ekonomi; China, India, Amerika, Jawa, Batak, Ambon sudah tidak penting dibesar-besarkan. Kalau Amien Rais ingin bicara ekonomi yang dikuasai oleh etnik tertentu silakan. Memang faktanya demikian.

Bank-bank plat merah alias bank BUMN hanya mengucurkan uang pinjaman kepada mereka yang mau diajak berkolusi alias korupsi. Akses itu dimanfaatkan betul oleh para pengusaha. Salah sendiri para pejabat bank dan kalangan pemerintah berkolusi dengan pengusaha.

"Jadi kebangkrutan dan korupsi besar-besaran karena kolusi antara pejabat dan kalangan penguasaha ya?" tanya kekasihku sambil mencium keningku.

"Oh iya. Banyak contoh. Hartati Murdaya. Djoko S Tjandra. Nazaruddin. Hadi. Nunun Nurbaeti. Nazaruddin. Gayus Tambunan. Ayin. Semuanya dekat dengan penguasa dan pengusaha," jawabku pendek.

"Khusus untuk Amien Rais?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun