Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Cinta Aisya Memeluk Agama (5)

23 April 2013   23:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:43 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Faiz, itulah kegiatan aku dan Lisbon. Di Lisbon aku merasa kesepian. Namun suratmu terdahulu aku selalu baca berulang-ulang. Itu mampu membunuh rasa sepiku dan rinduku padamu.
Aku mencintai kamu sepenuhnya. Aku berjanji seperti yang pernah aku ucapkan di Pantai Dili. Pantai yang membentang panjang, sebagai lambang cintaku padamu yang akan membentang panjang sampai hembusan napasku berakhir nanti.

Faiz sayang, aku sebenarnya mau menuliskan banyak tentang banyak hal. Namun, semuanya tersekat dalam kerinduanku padamu. Itu indah karena setiap saat rasa itu memberikanku energi luar biasa. Energi lautan Atlantik Lisboa yang hangat. Sehangat cinta kita, sehangat acara perpisahan di sekolah kita.

Faiz, jangan lupa makan buah dan sayur ya agar kau segar dan sehat!

De Mario Con Amor

Fairuz menerawang jauh ke dalam foto dan latar belakang Universidade de Lisboa dengan gedungnya yang megah berwarna putih dan pepohonan yang asri. Dia membayangkan hadir di sana bersama Mario. Dalam keindahan bayang itu, Fairuz tertidur pulas.

"Faiz, sudah sholat isya belum?" tanya Alkatiry mengetuk pintu.

"Sudah, Abah!" sahut Faiz sambil bergegas bangun.

Faiz membuka pintu yang terkunci. Berjalan dia keluar ruang makan keluarga dan ia mengambil tempat duduk di depan meja makan. Jam besar Juenghun buatan Jerman menghiasi ruangan itu. Jarum pendek menunjuk angka 7 dan jarum panjang menunjuk angka 4, artinya jam telah menunjukkan pukul 19:20. Itu waktu Keluarga Alkatiry makan malam selepas sholat isya.

Makan malam adalah waktu untuk saling bercerita. Adik Fairuz, Maysarah dan kakak Fairuz, Muhammad Abduh Alkatiry. Nama Abduh diambil dari nama Muhammad Abduh, seorang reformer Universitas Al Azhar. Ibu Fairuz, Ashmalia adalah perempuan tegar yang sangat menyayangi keluarganya.

Tampak Ashmalia tengah memeriksa makanan yang dihidangkan. Semua anggota keluarga Alkatiry telah duduk di meja makan. Fairuz yang datang mengambil tempat duduk paling terakhir, persis di dekat ayahnya, menghadap berseberangan dengan ibunya.

Di meja makan itu ada kalkun panggang, ada soup asparagus. Juga terhidang sambal, empal goreng dan sayur buncis. Juga ada krupuk udang yang diimpor dari Hindia Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun