Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adiguna Sutowo Menguak Poligami dan Poliandri Politikus dan Artis

21 November 2013   10:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:52 7997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adiguna Sutowo - keturunan Ibnu Sutowo yang nyaris membangkrutkan Pertamina - adalah pengusaha dan dekat dengan kalangan politikus di jajaran elite Indonesia. Adiguna menguak sesuatu yang selama ini hanya menjadi isu belaka. Kasus Adiguna menguak tabir tentang hobi baru - bukan hanya poligami namun ada yang baru: poliandri terselubung. Berbagai kasus poligami di kalangan politikus menjadi hal yang lumrah. PP 10 untuk pegawai negeri telah kehilangan rohnya sejak Reformasi 1998. Kini perceraian dan pernikahan menjadi semacam pertukaran kertas belaka. Bagaimana fenomena poligami dan poliandri di kalangan politikus dan artis?

Istilah poligami sudah jelas. Pelaku dan penganutnya pun jelas. Contohnya Adiguna Sutowo, Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah, Tifatul Sembiring, Anis Matta adalah pengusaha dan politikus ternama yang menggeber poligami sebagai gaya hidup. Bangga. Poligami dilakukan dengan menikah secara sah atau tak sah - siri dan diam-diam. Poligami adalah gaya hidup. Makin banyak istri makin berkibar dan hebat. Demikian pikiran para penganut poligami. Bagaimana dengan poliandri bentuk baru?

Sementara untuk poliandri dipraktekkan dalam bentuk baru - bukan dalam pernikahan resmi karena memang tak diakui oleh hukum - namun dalam wujud ‘perselingkuhan'. Istilah berselingkuh bagi perempuan menikah sekarang telah bergeser: perempuan cenderung memiliki ‘suami' lebih dari satu. Dalam ‘perselingkuhan poliandri' berbeda dengan perselingkuhan biasa. Dalam ‘perselingkuhan poliandri' ada komitmen kesetiaan dan tugas dan tanggung jawab. Dan, muara poliandri - tidak seperti poligami yang hanya mengumbar nafsu seks belaka seperti yang tergambar dalam pernikahan poligami politikus - adalah hubungan yang kuat dan terjaga.

Kasus Adiguna Sutowo menunjukkan bagaimana Adiguna Sutowo membela mati-matian Flo sampai memberikan pernyataan jumpa pers yang isinya bohong belaka. Bahkan Piyu pun seperti kerbau dicucuk hidungnya berbohong menyampaikan bahwa istrinya ada di rumah bersama dirinya ketika Flo menabrakkan mobil ke rumah istri kedua Adiguna Sutowo. Kenapa? Ya tadi adanya komitmen dan kesetiaan antar pasangan. Sungguh aneh kan? Kenapa karena secara psikologi ada kenikmatan ‘menyeberang jalan yang bukan jalan benar', istilahnya ‘off road' di kalangan para pecinta poligami dan poliandri.

Ribut soal politisi PAN di Jawa Timur yang melakukan poliandri berakhir damai dan di politikus itu dipecat. Perempuan itu tak mengakui. Perselingkuhan Hakim Vica Natali di Jombang adalah bukti lain adanya sikap kesukaan poliandri oleh perempuan. Natali dipecat karena terbukti berpoliandri. Dalam DPR ada paling kurang empat orang istri selevel lembaga negara seperti DPR perempuan berinisial (saya hapus belakangan) yang menjalani kehidupan poliandri karena suaminya poligami - namun pembuktiannya akan sangat susah. Poliandri di kalangan artis dan politikus sangat rapi karena selalu dibumbui dengan poligami dari pihak lelakinya. Masing-masing menjaga privasinya.

Seperti kasus yang terjadi antara Adiguna Sutowo-Flo-Piyu, Adiguna Sutowo adalah pelaku poligami. Adiguna sudah memiliki istri Vika Dewayani dan istri yang lainnya. Piyu sebagai pemilik yang sah Flo pun diam seribu bahasa dan hanya mengakui bahwa Adiguna dan Flo berteman. Bahkan Piyu pun diajak berbohong dalam jumpa pers dan Piyu menurut saja. Kenapa? Karena Piyu, Adiguna, Flo merasakan sensasi psikologi yang hebat dengan adanya hubungan tersebut.

Secara psikologi - semua wanita dan pria - merasa tersanjung dan bangga dengan kemenarikan pasangannya. Kehidupan yang sedemikian hedonis terkadang menimbulkan ‘ketertarikan untuk mencoba' yang di luar pagar. Tindakan melakukan pelacuran dengan gigolo dan perek - perempuan eksperimen - sudah menyusut. Di Surabaya Dolly dan Jarak semakin berkurang pelanggannya. Kramat Tunggak sudah lama ditutup.

Nah, yang menjadi masalah ketika ‘penyimpangan psikologi seksual' muncul. Pria menginginkan istri orang dan wanita menginginkan suami orang. Secara psikologi benar bahwa ‘rumput tetangga selalu tampak lebih hijau'. Penyimpangan poligami tak resmi yang berwujud seperti Adiguna-Flo-Piyu adalah fenomena umum di Jakarta di kalangan politikus dan artis. Jika bermasalah akibatnya adalah perceraian. Jika tidak - artinya ada pihak yang menerima entah istri atau suami, seperti kasus Adiguna-Flo-Piyu - maka hal tersebut menjadi ‘suatu pengalaman baru poligami-poliandri'.

Fenomena Adiguna-Flo-Piyu ini rupanya menguak kembali kisah lama adanya fenomena ‘berganti dan bertukar pasangan' di Indonesia yang pada tahun 1980-90-an marak. Pergantian dan pertukaran pasangan seksual - yang tak lain adalah praktik poligami dan poliandri terselubung - menjadi hal yang unik dan maju sekarang dengan adanya teknologi media sosial: Facebook, Kompasiana, Twitter, apapun namanya.

Nah, suami atau istri Anda punya kecenderungan poligami dan poliandri tidak?

Salam bahagia ala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun