Ada suasana yang berbeda di Aula Setditjen Gedung C PAUD Kemendikdasmen Jakarta, pada Jumat, 17 Oktober 2025 lalu. Siang itu, suasana tampak lebih hidup dari biasanya. Beberapa panitia dari Kompasiana dan Kemendikdasmen tampak sibuk menyambut peserta yang datang satu per satu. Di meja registrasi, senyum ramah panitia menjadi sapaan pertama yang menyenangkan, seolah mengawali hari dengan energi positif.
Hari itu, berlangsung gelar wicara 'Sekolah Ramah untuk Semua: Lingkungan Aman, Nyaman, Menggembirakan', hasil kolaborasi antara Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kompasiana. Acara ini menjadi penutup dari rangkaian kegiatan bertema serupa yang sebelumnya telah berlangsung di Yogyakarta dan Surabaya.
Sekitar 40 Kompasianer hadir secara langsung di aula, sementara puluhan lainnya bergabung secara daring melalui Zoom dari berbagai wilayah di Indonesia. Suasananya hangat dan cair seperti reuni kecil yang mempertemukan para penulis, pendidik, murid, dan pemerhati dunia anak dalam satu ruang yang sama. Ruang berbagi gagasan tentang Sekolah Ramah untuk Semua. Tentang bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga bahagia secara emosional.
Alunan Pembukaan yang Menyentuh
Acara dibuka oleh Anang Ristanto, Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Setjen Kemendikdasmen yang hadir secara daring untuk memberikan kata pengantar. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kolaboratif antara kementerian, media, sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan pendidikan masa kini.
Beliau juga menekankan peran penting media sebagai sarana penyebaran informasi dan inspirasi mengenai penguatan karakter siswa di Indonesia, terutama dalam mendukung gerakan 7 Kebiasaan Indonesia Hebat (KAHI). Program ini, katanya, menjadi panduan penting dalam membentuk generasi yang berkarakter kuat, berakhlak baik, serta siap menghadapi dinamika dunia pendidikan di era digital.
"Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu,tetapi juga tentang menumbuhkan nilai-nilai, membentuk karakter, dan menciptakan lingkungan belajar yang sehat serta menyenangkan bagi anak-anak," ujar Anang dalam sambutannya.
Setelah itu ada satu penampilan yang menyentuh dan langsung menarik perhatian semua orang. Seorang pelajar SMA bernama Sekti Prana tampil memainkan alat musik flute dengan indah. Nada-nada lembutnya mengalun memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Rasanya pas sekali dengan tema acara: sekolah yang aman, nyaman, dan menggembirakan.
Mulai Ruang Kelas Hingga Suara dari Rumah
Moderator dan para narasumber dalam gelar wicara 'Sekolah Ramah untuk Semua' (Foto: Dok.Pribadi)

Sesi utama gelar wicara siang itu terasa hidup dan hangat. Heru Margianto, COO Kompasiana, memandu jalannya diskusi dengan gaya khasnya, santai, cair, tapi tetap padat makna. Ia tidak sekadar menjadi moderator, melainkan jembatan yang membuat gagasan-gagasan besar para narasumber mengalir tanpa jeda. Tema yang diangkat kali ini terdengar sederhana, namun menyimpan banyak lapisan makna ketika dibedah dari berbagai sudut pandang. Empat narasumber hadir, masing-masing membawa pengalaman dan refleksi yang saling melengkapi.
Agus Muhammad Solihin, Kabid Fasilitasi dan Advokasi Penguatan Karakter Kemendikdasmen, membuka pembicaraan dengan tenang namun tegas. Ia menegaskan bahwa sekolah ramah anak bukan sekadar label atau program, melainkan komitmen moral seluruh warga sekolah. "Sekolah yang ramah anak harus menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan menggembirakan," ujarnya.