Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 31 judul, antologi berbagai genre 201 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jumat Malam

18 Oktober 2025   04:22 Diperbarui: 18 Oktober 2025   13:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jumat Malam

Sekitar setengah lima sore, aku mendapat kiriman seekor kucing ras persia warna dark grey dari pet shop langganan. Saat itu di rumah sedang ada tamu, yakni beberapa mantan siswa SMA Coryesu suami angkatan 70-an. Jadi, pengantar kucing tidak singgah terlalu lama. Maka kucing yang sudah ditawarkan sejak kemarin segera kupindah dari dalam tas, kumasukkan kandang kecil.

Sekitar pukul enam sore si kucing kuberi makan. Ia bersin dan pilek. Lanjut kuberi minum air gula merah. Tidak mau kusuapi, tetapi bisa minum sendiri lumayan banyak. Jam delapan malam si kucing, yang kuberi nama Okti itu, buang air besar dan ternyata cair. Aku sudah mulai cemas, mengingat nasib si Oyen di bulan Februari kala itu. Diare berkepanjangan hingga berpulang ke negeri baka. Untuk Okti, aku cuma bisa berpasrah saja. 

Merasa sayang akan si Jelita, maka Jelita kuambil dari kandang dan selanjutnya kandang kugunakan buat si Okti. Agar yang lain tidak terkontaminasi, kandang kumasukkan ke dalam kamarku. Sementara, si Jelita bebas di ruang tamu. Rupanya, Jelita juga stres. Ia tampak menyembunyikan diri dan sulit kudekati. Biasalah, pasti ada rasa cemburu juga, kan?

Pukul setengah dua malam, aku terbangun. Kulihat selimut di kandang sudah terkena kotoran si Okti  sehingga segera aku berinisiatif menggantinya. Selimut kubilas dulu di kamar mandi agar kotorannya hilang, kemudian kumasukkan mesin cuci. Kugunakan mode fast 15. Namun, ketika pada angka 5 mesin mendengung. Eh, ternyata selang terlepas. Segera kucari pengunci selang dan kuperbaiki sendiri. Maksudnya agar tidak membangunkan suami yang sedang nyenyak tidur.

Aku mengepel air yang melimpah di lantai tepat di depan mesin cuci. Namun, mesin cuci masih berkedip merah. Kumatikan dengan cara mencabut stop kontak agar tidak bermasalah. Setelah itu, kulanjutkan mencuci piring. Selimut akan kucuci esok pagi saja. Ketika mencuci alat dapur, seperti biasa meski telah menggunakan celemek, ternyata bajuku masih saja basah. Lalu kuanggap selesai saja, biarlah basah sedikit tak masalah dan aku menuju kamar paling depan. Si kecil Imut yang ketakutan ada kucing baru segera kugendong, tetapi dia menggeram. Aku sadar, masih ada sisa bau si Okti yang menempel di bajuku.

Merasa baju basah dan mengandung bau kucing baru, aku pun kembali ke kamar belakang dengan tujuan berganti baju. Setelah selesai, aku membuka pintu perlahan agar tidak menimbulkan suara, berniat kembali ke kamar depan. Ternyata, tiba-tiba saja ada seekor ular yang sudah menggeliat-geliat di lantai tegel di depan kamar, tidak sedang menuju kamar.

Seperti biasa, jika bertemu atau melihat ular, mulutku bisa berteriak, tetapi kakiku serasa tertancap tanpa bisa bergerak. Segera kubangunkan suami perlahan sambil kukatakan bahwa ada ular. Si ular sudah merambat, tetapi di tegel licin ia tidak bisa lancar bergerak. Segera suami mengambil tongkat azimat dan memintaku mengambilkan penjepit. Dua alat itu memang kami siapkan untuk mengatasi kalau ada ular. Maklum, sekitar sepuluh kali ular hadir, baik di luar maupun di dalam rumah. Tepatnya sejak dua puluh satu tahun kami pindah ke rumah ini. Setidaknya ada empat jenis ular, yakni ular weling, ular hijau, ular sawah, atau ular kayu.

Si ular nyaris  merambat masuk ke bawah lemari, tetapi separuh badan masih berada di luar sehingga bisa dihambat dengan tongkat bekas pengepel lantai. Suami memintaku segera membantu mengeksekusi hewan itu.

"Agar tidak beranak pinak, bunuh sajalah!" kataku.

Biasanya suami hanya menjepit dan membuangnya saja di sungai atau di seberang jalan. Akan  tetapi, risikonya kalau dibiarkan hidup masih bisa bertelur dan keluarga si ular dapat datang kembali kapan saja. Dengan digencet alat itu tubuh si ular terpotong, tetapi kepalanya masih ada di bawah lemari. Dalam beberapa menit selesailah sudah drama kehadiran ular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun