Mohon tunggu...
Nineball Pool
Nineball Pool Mohon Tunggu... -

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepercayaan Politik yang Semakin Kritis

19 Maret 2015   15:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:25 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apapun visi - misi yang diterapkan di Indonesia, tidak akan pernah bisa berjalan semestinya. Walaupun dengan mencanangkan wacana yang sangat brilian, seperti yang dilakukan para pemimpin Indonesia sebelumnya sampai dengan sekarang. Karena tingkat kepercayaan politik sangat rendah, baik di lingkup internal maupun eksternal. Disinilah letak penyakit kanker yang menggerogoti roda kemajuan di tanah air, baik di pemerintahan dan juga di parlemen. Apalagi jika berbicara tentang kepercayaan rakyat yang sudah nyaris hilang kepercayaan, kecuali hanya terus berharap dan berharap ada keajaiban suatu hari nanti.

Jika merangkum permasalahan yang ada di Indonesia, tidak akan pernah tuntas dalam 1 periode kepemimpinan. Bisa dikatakan hanya baru tahap menyelesaikan separuh analisa, belum pada tahap penyelesaian pokok inti masalahnya. Kalaupun apa yang dilakukan pemerintah sebelumnya seperti masa pak SBY dan masa sekarang yang dipimpin pak Jokowi, lebih cenderung kepada memilah dan memilih apa yang urgent ditindaklanjuti. Jauh antara apa yang dikonsepkan secara matang di saat pemilihan Presiden, dan saat telah menempati posisi jabatan. Dan mereka tidak bisa persalahkan secara penuh, karena berbenturan dengan realita politisi yang bersifat homo homini lupus dan kepentingan  kelompok yang bersifat kontemporer, jauh dari kepentingan jangka panjang bagi bangsa dan negara Indonesia kedepannya.

Bila membandingkan tingkat kemampuan politisi senayan secara intelektual, pengalaman, jam terbang, apalagi bila melihatnya dalam lingkup parpolnya. Kebanyakan dari mereka sejajar secara kualitas dengan negara-negara tetangga di ASEAN. namun beda lagi bila melihat kadar kepercayaan sesama politisi, maka Indonesia terlalu terjun bebas ke dasar tanah. Apalagi bila menelusuri produktifitas kerja dan kinerjanya dalam membangun negara? Disinilah titik utama yang harus ditemukan jalan keluarnya, bagaimana caranya agar antar kalangan politisi bisa membentuk tingkat kepercayaan, yang tentunya lebih baik dari yang terjadi selama ini.

Hentikan saling adu kepintaran, melainkan saling mengisi kelebihan pemikiran. Hentikan saling mengkadali antar sesama politisi, tapi saling membantu / kerjasama, hentikan pertikaian kelompok, tapi bahu membahu membahas permasalahan bangsa. Hentikan persaingan yang tidak sehat dalam menjatuhkan lawan, apalagi sampai menghalalkan segala cara. Semuanya itu berasal dari kumpulan penyakit hati yang bersemayam didalam benak para politisi, karena selalu merasa lebih mampu, lebih hebat, lebih pintar, dan lebih mengetahui segalanya dibandingkan yang lain. Atau singkat kalimat ialah keegoisan dan kesombongan yang akut! Kalaupun semua itu tidak bisa dihentikan, setidaknya ada upaya untuk menguranginya demi mengejar ketertinggalan Indonesia dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk membenahi Indonesia, mesti dimulai dari seluruh partai politiknya. Kebiasaan bernuansa negatif lama yang telah dan terlalu membudaya, jangan lagi dipertahankan. Harus ada sistem yang mengatur secara baik dan benar, seperti dari regenerasi kepemimpinan dan keterbukaan utamanya dalam sistem anggaran dan lain sebagainya!  Partai politik hakekatnya bukanlah milik kelompok segelintir orang, melainkan dimiliki oleh rakyat Indonesia yang menanamkan saham suara di saat pemilu. Lalu sejauh mana pertanggungjawaban parpol selama ini? Bukankah apa yang telah diamanatkan kepada mereka, harus ada timbal balik kepada rakyat?

banyak sekali suara masyarakat yang menginginkan multi partai yang terjadi selama ini, agar lebih dirampingkan. Bahkan bila diperlukan kembali lagi ke masa jaman orde baru yang terdiri dari 3 partai politik. Dengan demikian rakyat akan lebih mudah mengawasi, menaruh kepercayaan dan memberikan apresiasi atau bahkan menghukum nya jika gagal menjalankan tugas di pemerintahan dan parlemen. Toh dengan sistem multi partai sekarang, balik lagi menuju 3 bagian yaitu, partai pendukung pemerintah, partai oposisi dan terakhir partai penyeimbang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun