Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Senang menulis, pembelajar.

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Penulis kumpulan cerpen "Asa Di Balik Duka Wanodya", 1. ,Novel “Serpihan Atma”, Kumpulan puisi”Kulangitkan Asa dan Rasa, 27 buku antologi Bersama dengan berbagai genre di beberapa komunitas. Motto: Belajar dan Berkarya Sepanjang Masa tanpa Terbatas Usia. Fb Nina Sulistiati IG: nsulistiati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlukah Shadow Teacher di Sekolah Inklusif?

24 Juni 2025   23:11 Diperbarui: 25 Juni 2025   09:51 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Dok. Sekolah Cikal/KOMPAS

Di sudut kelas yang riuh oleh suara anak-anak membaca, seorang bocah tampak gelisah menatap buku di hadapannya. Tangannya berulang kali membolak-balik halaman, namun matanya tak pernah benar-benar menangkap makna. Huruf-huruf seolah menari-nari, saling bertukar tempat, membentuk labirin yang tak kunjung bisa ia pecahkan.

Mungkin beginilah kondisi murid yang menyandang disleksia. Disleksia adalah gangguan belajar yang paling sering ditemukan. Disleksia disebabkan karena masalah neurologis di otak. Ciri-ciri anak disleksia ditandai dengan anak kesulitan membaca, melafalkan kata, menulis, ataupun menghafalkan huruf.

Otak anak disleksia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menerima, mengatur, menghafal, dan menggunakan informasi baru yang diterima. Hal ini bukan berarti anak disleksia tidak bisa melakukannya hingga dewasa. Dengan latihan yang khusus dan intens, anak disleksia akan mampu membaca dengan lancar.

Sayangnya anak-anak disleksia yang bersekolah di sekolah inklusi kurang mendapat bimbingan yang maksimal karena berbagai faktor, antara lain kurangnya tenaga pendidik yang ahli. Masalah yang sama pun ditemukan pada murid berkebutuhan khusus dengan kasus yang lain, misalnya: tuli, tuna daksa, dan tuna netra.

Dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan inklusif telah menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semangat inklusif membuka kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk belajar bersama dengan teman-teman sebaya mereka di sekolah umum. Namun, pelaksanaan pendidikan inklusif tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam memberikan dukungan yang sesuai bagi setiap anak. Salah satu solusi yang kini sering dibicarakan adalah kehadiran shadow teacher. Tapi, seberapa perlu sebenarnya peran shadow teacher ini di sekolah inklusif?

Shadow teacher atau dikenal juga dengan sebutan guru pembimbing khusus adalah tenaga pendidik yang memiliki kemampuan dalam mendampingi, dan membimbing murid berkebutuhan khusus di sekolah regular. Guru ini tidak berperan sebagai guru kelas atau guru mata pelajaran utama, tetapi guru yang memantau, dan membimbing murid berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran. Mereka memahami kebutuhan khusus dan memberikan intervensi individual selama prose belajar mengajar berlangsung.

Mengapa Shadow Teacher Dibutuhkan?

Peran guru pendamping ini sangat dibutuhkan bagi murid berkebutuhan khusus, dengan alasan;

  1. Jumlah Guru Belum Ideal
    Banyak sekolah yang belum memiliki cukup guru pendamping atau guru pembimbing khusus yang kompeten dalam menangani ABK. Shadow teacher bisa menjadi solusi jangka pendek untuk mengisi kekosongan ini.
  2. Meningkatkan Kualitas Layanan Pendidikan
    Dengan adanya shadow teacher, pembelajaran bagi ABK menjadi lebih bermakna karena didampingi secara intensif dan personal.
  3. Mengurangi Beban Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran
    Guru di kelas reguler sudah menangani banyak siswa dengan beragam karakteristik. Kehadiran shadow teacher membantu mengurangi beban guru dan menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan menyeluruh.

Apa Peran Shadow Teacher Bagi Pendidikan Inklusif?

Sekolah inklusif memiliki tantangan yang kompleks. Setiap anak memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda, terutama anak dengan hambatan belajar, autisme, tunanetra, tunarungu, atau gangguan perkembangan lainnya. Dalam situasi ini, shadow teacher memainkan beberapa peran penting, antara lain:

  1. Pendamping Belajar Individual
    Shadow teacher membantu anak dalam memahami materi, menjembatani komunikasi dengan guru dan teman, serta mengulang instruksi yang tidak dimengerti.
  2. Penguatan Sosial dan Emosional
    Anak berkebutuhan khusus sering kali kesulitan berinteraksi sosial. Shadow teacher menjadi penghubung yang menumbuhkan keberanian, kepercayaan diri, dan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
  3. Kolaborasi dengan Guru Kelas
    Shadow teacher membantu guru utama memahami karakter anak dan merancang strategi pengajaran yang tepat, termasuk penyesuaian tugas dan penilaian.
  4. Observer dan Evaluator Perkembangan Anak
    Mereka mencatat perkembangan harian anak, mendeteksi masalah sedini mungkin, dan melaporkannya kepada orang tua serta tim layanan khusus di sekolah.?

Agar peran shadow teacher optimal dan tidak menciptakan ketergantungan, mereka harus dilibatkan dalam perencanaan pendidikan individual (PPI), bekerja sama dengan guru, psikolog, dan orang tua. Perlu juga dilakukan evaluasi berkala dan pelatihan khusus agar mereka paham etika, teknik intervensi, dan prinsip-prinsip inklusif.

tugas pemerintahlah yang harus menyiapkan guru pendamping dengan keahlian khusus agar ditempatkan di sekolah-sekolah inklusif. Hal itu perlu dilakukan agar para murid berkebutuhan khusus itu dapat digali semaksimal mungkin kompetensi yang dimilikinya. 

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun