Mohon tunggu...
Nina Noer
Nina Noer Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lirih

8 Januari 2018   14:49 Diperbarui: 8 Januari 2018   14:51 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dan di sinilah aku, bermain dengan lembaran tipis kabut, merasakan angkasa berjarak begitu dekat dan bisa kurangkum dalam sekali peluk.

"Getar pada debar, kisik pada angin, aku pada kamu."

Maka puisi berhamburan ke padang-padang tempat ilalang disemai oleh rindu. Bukit-bukit saling berdesauan, merah tanah tersiram lemah sore yang jatuh di pucuk-pucuk pinus. Di sudut setentang saung riuh berbisik-bisik sepanjang waktu dari bangku kayu hingga kelok jalan dan kerumun perdu. Tercampur-campur cemburu, dendam, senyum dan gemetar yang kerap menjalari matamu. Semua ingatan itu membuatku selalu saja kembali dahaga membacamu selayak langit hendak membenam, mewarna tembaga, ngelangutkan senja.

"Temui aku disini, kembang apimu yang senantiasa memijar memerciki semesta sunyi, merindukanmu setengah mati."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun