Dan di sinilah aku, bermain dengan lembaran tipis kabut, merasakan angkasa berjarak begitu dekat dan bisa kurangkum dalam sekali peluk.
"Getar pada debar, kisik pada angin, aku pada kamu."
Maka puisi berhamburan ke padang-padang tempat ilalang disemai oleh rindu. Bukit-bukit saling berdesauan, merah tanah tersiram lemah sore yang jatuh di pucuk-pucuk pinus. Di sudut setentang saung riuh berbisik-bisik sepanjang waktu dari bangku kayu hingga kelok jalan dan kerumun perdu. Tercampur-campur cemburu, dendam, senyum dan gemetar yang kerap menjalari matamu. Semua ingatan itu membuatku selalu saja kembali dahaga membacamu selayak langit hendak membenam, mewarna tembaga, ngelangutkan senja.
"Temui aku disini, kembang apimu yang senantiasa memijar memerciki semesta sunyi, merindukanmu setengah mati."