Mohon tunggu...
Nina Indriyani
Nina Indriyani Mohon Tunggu... karyawan dan Mahasiswa

saya merupakan seorang karyawan dan Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Body Dysmorphobic Disorder: Ketika Minder Berubah Menjadi Gangguan Mental

30 Juni 2025   21:42 Diperbarui: 30 Juni 2025   21:49 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah saat kamu bercermin kamu merasa insecure melihat bagian tubuhmu sendiri, meskipun orang lain tidak melihatnya aneh? Banyak orang yang mengalami ini sebagai bentuk dari kurangnya rasa percaya pada diri sendiri atau sekedar minder, nyatanya ini merupakan sebuah ganguan mental yang serius bernama Body Dysmorphic Disorder.

Body Dysmorphic Disorder (BDD) merupakan kondisi kesehatan mental dimana seseorang terobsesi pada kekurangan fisik atau ketidaksempurnaan fisik yang dimilikinya yang sebenarnya kecil atau bahkan tidak tampak bagi orang lain. Pikiran negative ini secara terus menerus muncul dan menguasai pikiran seseorang setiap hari sehingga menggrogoti kepercayaan diri dan menggangu kehidupan sosialnya.

Istilah Gangguan Dismorphic Tubuh (Body Dysmorphic Disorder) pertama kali digunakan secara resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ketiga revisi (DSM-III-R) pada tahun 1987. Istilah ini dipilih karena kondisi tersebut tidak melibatkan penghindaran fobia terhadap cacat fisik, melainkan obsesi dan ketidakpuasan mendalam yang menetap (American Psychiatric Association, 1987).

Di era digitalisasi ini banyak platform media sosial menampilkan gaya hidup dan standar kecantikan. Tidak sedikit remaja, khususnya perempuan yang sering kali terpapar dan terpengaruh oleh standar kecantikan yang di tampilkan oleh para influencer. Akibatnya, mereka sering membandingkan diri sendiri dan merasa memiliki tuntutan untuk tampil menarik serta sempurna.

Berdasarkan riset yang dikutip Detik.com, sekitar 70% remaja perempuan (usia 11-20 tahun) di Kabupaten Ciamis merasa kurang puas dengan penampilan fisik mereka, sedangkan 60% merasa tidak percaya diri saat mengunggah foto atau video. Penelitian ini juga menyebut bahwa media sosial menjadi sumber kecemasan dan ketidakamanan.(detik,2024)

Salah satu ciri utama Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah obsesi berlebihan terhadap kekurangan fisik tertentu. Individu yang mengalami gangguan ini dapat menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari hanya untuk memikirkan kekurangan fisik yang sebenarnya sepele atau bahkan tidak disadari oleh orang lain. Pikiran negative ini dapat menimbulkan rasa cemas, malu, atau benci terhadap diri sendiri.

Sebagai bentuk pelampiasan, mereka sering melakukan perilaku kompulsif , seperti bercermin berkali-kali, atau justru menghindari cermin sama sekali karena tidak tahan dengan penampilannya sendiri. Beberapa orang memilih untuk menutupi wajah dengan masker, topi, atau aksesoris lainnya meskipun tidak ada alasan kesehatan. Tak jarang, mereka juga menjauh dari interaksi sosial, karena yakin orang lain akan menertawakan dan menghakimi penampilannya.

Perasaan yang muncul bukan sekadar tidak percaya diri. Mereka bisa mengalami rasa malu mendalam, jijik, bahkan kebencian terhadap diri sendiri, yang akhirnya memengaruhi aktivitas sehari-hari, hubungan dengan orang lain, dan kesehatan mental secara keseluruhan.

Lalu apakah perbedaannya dengan rasa minder?

Perasaan minder pada umumnya muncul sesekali, misalnya saat menghadiri acara penting atau ketika mendapat komentar negatif. Namun, pada BDD, pikiran negatif tentang penampilan hadir setiap hari dan berlangsung dalam waktu lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun