Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jangan Abaikan Berita Lokal

12 September 2017   16:06 Diperbarui: 12 September 2017   16:08 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman membahas peristiwa yang menurutnya menarik perhatian di wikayah kami. Sayangnya, obrolan tidak berjalan karena saya tak memahami persoalan, gara -- gara buta perkembangan berita lokal.

Lalu yang terjadi adalah tanya jawab. Tentu saja saya yang menjadi juru tanya. Karena baru tahu informasi nya, maka deret pertanyaan versi lengkap 5W 1H pun, saya luncurkan dengan semangat '45.

Tiba-tiba, si teman merubah posisi. Dia ganti bertanya dengan kalimat skak mat: "Sebenarnya, kamu penduduk sini, bukan sih ? Masak nggak ngerti berita di lingkungan sendiri?"

Wow kepala terasa bagai dipukul palu, dhuarr. Akibatnya? Kliyengan lah saya. Tetapi sesaat kemudian sadar, seolah terbangun dari kondisi terlena.

Terlena karena buaian berita skala nasional dan internasional, yang merangsek dalam rutinitas, membekap dengan segala daya tarik nya. Membuat saya pasrah menjadi konsumen industri besar bernama : pabrik berita.

Era digital sukses menjadikan berita dan informasi sebagai asupan harian, yang bersifat nagih. Selalu ingin mendapatkan (mengikuti) setiap hari. Jika dilewatkan serasa ada yang kurang. Tetapi ternyata selama ini berita yang bagai candu itu, bagi saya adalah berita nasional, bukan berita lokal. Membaca berita lokal hanya saya lakukan ketika dimuat di media nasional atau menjadi trending topik. Jarang menyimak berita lokal dari media setempat.

Apakah hanya saya yang mempunyai kebiasaan lebih tertarik kepada berita nasional? Sendiriankah saya, ketika mata, pikiran dan perhatian lebih sering tersita pada berita yang secara kompak di --head line- kan oleh media? Sehingga berita lokal luput dari perhatian meskipun secara jarak lebih dekat?

Sepertinya tidak. Meskipun belum ada survei, tetapi saya yakin ini lah trend. Masyarakat digiring dalam sebuah opini oleh media mainstream dengan mengarahkan lampu sorot ke satu atau dua peristiwa besar. Seperti ada pemandu dalam menentukan pilihan berita. Mana yang diblow up dan sebaliknya. Pengarah itu bernama nilai berita (news value) yang "menikah" dengan keinginan pasar.

Di mana sorot lampu media nasional tertuju, di situ lah masyarakat mengarahkan pandangan mata.

Pamor Berita Lokal

Mengapa berita lokal kalah pamor? Sebelum sampai kepada hasil, mari kita lihat dulu input dan prosesnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun