Mohon tunggu...
Ni Made Sri Andani
Ni Made Sri Andani Mohon Tunggu... Marketing Consultant dengan 34 tahun pengalaman lintas Industri

Dokter hewan dengan hobby gardening, menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Seni

"Mindset", Karya Irwan Somantri (Epot), Cermin Pikiran Manusia Modern

15 Mei 2025   08:56 Diperbarui: 15 Mei 2025   08:56 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelukis Irwan Somantri (Epot) di depan karyanya "Mindset" di Contemporary Art Exhibition Beyond Imagination, di JDC

Catatan dari Pameran Seni Rupa Kontemporer "Beyond Imagination" di Jakarta Design Center

Di ruang pameran Beyond Imagination, ada sebuah lukisan besar yang langsung mencuri perhatian sejak dari kejauhan. Sebuah karya berukuran 170 x 150 cm berjudul "Mindset" karya pelukis Irwan Somantri yang akrab dipanggil Epot.  Lukisan ini mencolok. Bukan karena warnanya yang mencolok mata, tapi karena maknanya yang mencolok pikiran.

Satu sosok tunggal memenuhi kanvas. Seorang perempuan cantik berbalut kemben tradisional. Namun alih-alih tampil sebagai citra masa lalu, ia mengenakan sesuatu yang membuat kita berpikir ulang  yaitu google, atau mungkin kacamata las, atau bahkan augmented reality headset. Dari pantulan kacamata itu, tergambar siluet kota metropolitan dengan pencakar langit yang menyentuh awan. Sebuah benturan visual yang seolah memadukan dua dunia, tradisi dan modernitas.

Namun ada yang lebih mengejutkan. Lengan sang perempuan terputus, dan terlihat kabel-kabel yang menggantung.  Seketika saya berpikir, "Ini robot." Atau mungkin, ini kita, manusia modern yang masih menyimpan sisa-sisa tradisi, namun sudah setengah menjadi mesin. Hmmm.

Latar langit biru cerah bertabur awan membawa kontras yang unik terhadap bagian di atas kepala perempuan itu, yang dihiasi tabung-tabung dan pipa-pipa menyerupai instalasi industri. Kita seolah sedang melihat isi pikirannya: sebuah sistem produksi yang dingin, kaku,  terstandarisasi dan terotomatisasi. Hidup yang berjalan lurus dalam alur SOP. Bangun, kerja, tidur. Ulangi. Tanpa variasi. Terasa nyeri memikirkannya.

Namun... masih ada harapan.
Jika kita melihat ke bagian bawah lukisan, tergambar lanskap kota industri. Tapi jika kita lihat lebih dekat, kelihatan pipa-pipa itu bukan dari baja, melainkan pipa dari  bambu kuning. Indikasi halus tapi kuat dari harapan akan industri yang lebih manusiawi, lebih alami dan lebih lestari.

"Mindset" karya Irwan Somantri (Epot)

Kebetulan saat itu,  sang seniman sedang berada di lokasi. Saya pun berkesempatan berdialog langsung dengannya. Menurutnya, mindset seseorang terbentuk dari apa yang dikonsumsi pikirannya. Jika sumber informasi baik, maka pikirannya sehat. Jika buruk, maka pikirannya bisa menyimpang.

Dunia modern saat ini, katanya, telah menstandarisasi pikiran kita. Kita tumbuh dengan template hidup seperti ini : lahir -- sekolah -- kerja -- mati. Sederhana, seragam, dan... membosankan.

Jika pikiran kita template-nya seperti itu, tidak ada ruang untuk mengeksplorasi ide, gagasan dan fikiran kita secara utuh. Karena semua harus diseragamkan dan diautomatisasi dan  harus diikuti. Tanpa kita sadar, kita telah kehilangan identitas kita sendiri yang mungkin jauh lebih indah ketimbang identitas masal hasil dari standardisasi.

"Banyak dari kita yang tidak sadar akan penghilangan identitas kita sebagai manusia, dan sebagai warga negara yang berbudaya dan berpancasila" ucapnya.
Ah! Sebuah pemikiran yang bagus.

Saya jadi ikut berpikir. Berarti inti pesan yang ingin ia sampaikan adalah , jangan sampai identitas diri kita sebagai manusia dan bangsa tergerus oleh standardisasi kolektif masa atau perubahan yang terjadi.

Lukisan "Mindset" adalah sebuah refleksi, bahkan kritik halus atas dunia yang terus bergerak maju tapi pelan-pelan bisa menghilangkan identitas. Kita, tanpa sadar, bisa kehilangan jati diri sebagai manusia dan sebagai bangsa. Di tengah derasnya arus perubahan, seharusnya kita tetap punya ruang untuk berpikir bebas, nyeni, bahkan nyeleneh dan tetap dalam koridor kita sebagai bangsa.

Pameran Beyond Imagination di Jakarta Design Center (JDC) menghadirkan banyak karya yang menggugah seperti ini. Bagi yang haus akan seni, makna, dan refleksi diri, pameran ini sangat direkomendasikan untuk dikunjungi. Yuk kita ke sana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun