Pagi ini saya mengendarai motor Honda Beat saya ke Lapangan Kantor Gubernur Jambi. Seperti biasa setiap pagi akhir pekan saya selalu berusaha berolahraga, biasanya joging sih. Â Di tengah jalan, ada seorang nenek-nenek menghentikan saya. Dia meminta saya mengantarnya ke Terminal Alam Barajo. Saya tanya mau apa ke sana? Nenek itu menjawab mau senam pagi. Saya yang baru tahu ada senam pagi di terminal. Saya pun mengantar nenek ke sana.
Sesampai di sana ternyata senam belum di mulai. Nenek itu lalu turun dari motor dan memberikan saya uang enam ribu rupiah. Katanya untuk uang bensin. Awalnya saya menolak, tetapi ujungnya tetap saya terima karena tetangga. Setelah itu saya pergi menuju Kantor Gubernur.
Sepanjang jalan saya menemukan banyak tempat senam. Mulai dari depan klinik, lapangan dan depan kampus. Sebagian besar, kini menjadi tempat berolahraga masyarakat khususnya Ibu-ibu pada akhir pekan.
Bertumbuhnya tempat olahraga murah meriah dan merakyat khususnya di area perkantoran ini patut diapresiasi. Ketika pembangunan bertumbuh di seluruh pelosok kota Jambi, selalu ada ketakutan apakah pembangunan yang begitu masif ini akan menghilangkan atau mengurangi ruang-ruang gratis untuk masyarakat berkegiatan, salah satunya berolahraga.Â
Saya ingat ketika masih kecil, warga yang ingin berolahraga bergotong royong membuka lahan dan menjadikan itu lapangan, entah itu lapangan voli, badminton ataupun lapangan bola. Perlahan-lahan pembangunan terus bertumbuh, perumahan terus berdiri di setiap sudut kota Jambi. Lapangan yang sudah dibangun warga diatas tanah perorangan harus direlakan warga lapangannya menjadi perumahan. Masyarakat yang awalnya mengisi waktu luang dengan berolahraga, kini mencari kesibukan lain mulai dari mencari hiburan di internet melalui gawai, hingga akhirnya satu persatu terjebak di judi daring yang marak terjadi pada pemuda di Provinsi Jambi.Â
Hal ini juga terjadi dengan warga perumahan saya, dulu mereka bergotong-royong membangun lapangan voli, badminton dan sepak bola di lahan milik perorangan. Kini lahan itu dijadikan perumahan, mesjid dan septitank bersana perumahan. Warga yang dulunya berolahraga bahkan membuat turnamen setiap ulang tahun kemerdekaan, kini para prianya terjebak di dunia maya, mengharapkan kekayaan melalui judi daring. Berharap keuntungan cepat, ternyata malah rungkad dan semakin miskin. Sungguh akhir yang mengenaskan.
Apakah ada upaya Pemerintah Provinsi dan Kota Jambi untuk mengatasi warga yang gabut ini? Tentu ada, cukup banyak taman yang didirikan hingga membuka perkantoran pada akhir pekan untuk digunakan warga sebagai tempat rekreasi dan olahraga gratis seperti di Area Lapangan Kantor Gubernur, Area Lapangan Kantor Wali kota, GOR, GOS, Ex Area MTQ, Taman Jomblo, Taman Remaja dan masih banyak lagi yang juga dilengkapi fasilitas olahraga. Walaupun beberapa diantaranya memang perlu penambahan fasilitas seperti toilet yang mudah diakses untuk umum serta fasilitas olahraga yang mulai rusak. Â
Upaya ini masih perlu ditingkatkan lagi. Kita tahu untuk menuju tempat ini dibutuhkan transportasi mulai dari kendaraan pribadi seperti motor dan mobil. Serta tak semua orang mau berpergian diakhir pekan menuju tempat yang jauh dari rumah. Kita membutuhkan lebih banyak ruang terbuka hijau yang mudah dan cepat diakses oleh warga di Jambi, khususnya yang tinggal di daerah padat penduduk yakni di perumahan.Â
Dengan semakin dekatnya ruang terbuka hijau dengan rumah masyarakat, bukan tidak mungkin kebiasaan buruk masyarakat berkurang. Bisa jadi dulunya mereka suka judi daring, dengan adanya taman dekat perumahan mereka menjadi suka ke taman buat olahraga. Ya mungkin saja.
Esai ini ditulis ketika joging di Area Lapangan Kantor Gubernur Jambi.