Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

'Pulau Hantu' dan Ekspor Pasir Laut

8 Juni 2023   14:20 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:26 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gosong yang sering disebut 'pulau hantu' (sumber: https://pulauseributraveling.com)

Ketika masih jadi pekerja di bidang pemetaan laut, tentu menginap di kapal berminggu-minggu bukan menjadi hal yang aneh. Baik di kapal yang fasilitasnya lengkap, maupun kapal sederhana milik nelayan, yang fasilitasnya seadanya. Kalaupun tidak menginap, seringkali perjalanan dengan menggunakan kapal untuk mengunjungi pulau di seberang memberikan pengalaman tersendiri. Apalagi kalau berbincang dengan awak kapal yang sudah sehari-hari mengarungi laut, kita bisa mendapatkan banyak informasi tentang kondisi laut yang sedang kita lintasi.

Seringkali cerita yang muncul bisa berbalut dengan pengalaman yang dianggap mistis. Ini bisa terjadi karena kondisi dinamika laut yang terjadi belum tentu dipahami oleh orang awam ataupun awak kapal pun nelayan yang sudah bertahun-tahun hidup mengarungi laut. Ini yang terjadi ketika dalam perjalanan untuk survei di pesisir laut (nearshore), sang kapten kapal ikan yang kami gunakan dan awaknya berkomunikasi sambil menunjuk sebuah gundukan pasir di tengah laut yang mereka sebut sebagai 'pulau hantu'.

Penasaran, saya pun bertanya kenapa disebut sebagai pulau hantu. Mereka menjawab dengan tegas bahwa gundukan pasir itu merupakan pulau hantu karena muncul di saat-saat tertentu. Layaknya makhluk halus, kadang timbul, kadang tenggelam. Begitu mereka menyebut gundukan pasir sebagai pulau hantu.

Dengan diam dan tanpa menyela, saya coba mengangguk untuk menanggapi penjelasan mereka. Baru kemudian, setelah waktu santai, ketika jangkar sudah dibuang, mesin kapal sudah berhenti meraung, saya mencoba menjelaskan tentang gundukan pasir, yang memang timbul tenggelam, dan kelihatan seperti pulau tersebut merupakan sebuah gosong pasir, atau lebih sering dikenal sebagai gosong.

Dalam kajian oseanografi maupun ilmu kebumian lainnya, gosong (sandbar/shoal) adalah sebuah area yang terbentuk menjadi daratan di laut, sungai, danau, maupun perairan lainnya yang dipengaruhi proses sedimentasi. Proses sedimentasi di perairan tersebut dapat terjadi karena pengaruh arus yang bertemu di satu titik dan membawa material sedimen, bisa berupa pasir, kerikil, karang, maupun material lainnya.

Area daratan yang terbentuk tersebut dapat timbul dan tenggelam tergantung dari dinamika pasang surut air laut di daerah tersebut. Pengaruh pasang surut tersebut yang membuat seolah-olah gundukan pasir tersebut seperti 'pulau hantu'. Apalagi bila terjadi di zona laut dalam/laut lepas, fenomena pasang surut tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Bandingkan bila ketika berada di tepi pantai, atau di sekitar pelabuhan, yang pasang surutnya airnya bisa kita lihat secara visual.

Nah, gosong ini, bila berada di lokasi yang tepat, bisa menjadi objek wisata yang menarik. Contohnya, bagi warga Jakarta, bisa berangkat langsung ke Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, untuk mengunjungi Gosong Patrick yang cukup banyak dikunjungi wisatawan. Dan daerah lain, seperti Pasir Timbul (Raja Ampat), Gosong Taka Makassar (Flores), dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, bila ternyata gosong ini berada di lokasi yang kurang tepat, bisa menjadi masalah. Misalnya, gosong yang terbentuk di alur lintas kapal, tentu akan berbahaya bagi kapal yang melintas. Ataupun gosong yang terbentuk di area pelabuhan (besar maupun kecil), akan mengganggu jalur keluar masuk kapal. Bahkan seringkali harus dilakukan pengerukan (dredging) secara rutin untuk menghindari proses sedimentasi yang kemungkinan akan membentuk gosong. Tentu bukan biaya yang sedikit untuk melakukan pengerukan sedimen (umumnya pasir laut, karang, maupun material halus).

Ilustrasi kapal keruk (dredger) (sumber: https://www.dredgingtoday.com/2021/08/26/boskalis-trio-rainbowing-at-texel-photo)
Ilustrasi kapal keruk (dredger) (sumber: https://www.dredgingtoday.com/2021/08/26/boskalis-trio-rainbowing-at-texel-photo)

Hal ini yang mungkin menjadi perhatian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia. Potensi laut yang luas dengan dinamika yang terjadi membuat faktor-faktor sedimentasi pasir laut menjadi masalah tersendiri. Bila terkait dengan kebutuhan lalu lintas kapal (Alur Laut Kepulauan Indonesia-ALKI), pelabuhan, dan bahkan zona pemanfaatan untuk perikanan, dan lain-lain, proses sedimentasi menjadi sebuah beban untuk harus ditanggulangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun