Mohon tunggu...
nikolas pasaribu
nikolas pasaribu Mohon Tunggu... Mahasiswa

Geodesi UGM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Berbagai Teori Pembentukan Alam Semesta

2 September 2025   19:13 Diperbarui: 2 September 2025   19:12 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Alam Semesta. Foto: Pngtree

Jika kita melihat ke langit malam, akan tampak ribuan bintang yang bertebaran di angkasa. Di balik pemandangan itu sesungguhnya terbentang ruang yang amat luas, tempat galaksi, planet, dan segala benda langit berada. Alam semesta bukan sekadar ruang kosong, melainkan tempat yang menyimpan begitu banyak misteri. Namun, dari manakah semua ini bermula? Bagaimana jagat raya yang luas ini bisa tercipta? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang sejak lama mendorong manusia untuk mencari jawaban. Dari cerita tradisional hingga penjelasan ilmiah modern, berbagai pandangan muncul untuk menjelaskan awal mula alam semesta. Artikel ini akan membahas beberapa teori ilmiah yang mencoba menjawab misteri besar tersebut.

Teori Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (The Big Bang Theory)

Ilustrasi Ledakan Besar saat Terbentuknya Alam Semesta. Foto: Suara.com
Ilustrasi Ledakan Besar saat Terbentuknya Alam Semesta. Foto: Suara.com

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh ahli fisika Rusia bernama Alexandra Friedman pada 1922. Menurut teori ini, alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan yang sangat besar. 

Awalnya, alam semesta terdiri dari massa yang sangat besar dan massa jenis yang sangat besar juga. Kemudian, adanya reaksi inti mengakibatkan massa tersebut meledak dan mengembang sangat cepat hingga menjauhi pusat ledakan. Ledakan dahsyat itu terjadi sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Setelah ledakan tersebut, terjadi banjir materi dan radiasi yang kemudian mengisi alam semesta kita dengan hal-hal yang kita kenal sekarang seperti partikel dan atom. Peristiwa ini terjadi hanya sepersekian detik setelah ledakan. Seiring berjalannya waktu, partikel dan atom tersebut saling bergabung satu sama lain dan akhirnya terbentuk menjadi benda benda langit lainnya. 

Teori Keadaan Tetap (The Steady State Theory)

Ilustrasi Galaksi. Foto: Kumparan
Ilustrasi Galaksi. Foto: Kumparan

Teori ini dicetuskan oleh tiga ilmuwan asal Inggris bernama  Sir Fred Hoyle, Thomas Gold, dan Hermann Bondi pada tahun 1948. Teori ini meyakini bahwa alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir, melainkan merupakan suatu keadaan yang selalu sama seiring berjalannya waktu. 

Mereka juga berpendapat bahwa alam semesta selalu berkembang dengan laju yang tetap dan materi-materi baru akan terus tercipta untuk menjaga struktur alam semesta yang selalu konstan. Namun, teori ini akhirnya dibantah oleh sebagian besar kosmolog profesional dan ilmuwan lainnya. Hal ini diakibatkan dalam alam semesta yang teramati sekarang, jumlah hidrogen lebih berlimpah daripada helium. Sedangkan dalam keadaan tetap, seharusnya jumlahnya sama. Selain itu, teori ini tidak bisa menjelaskan di mana materi terbentuk dan bagaimana prosesnya.

Teori Osilasi (The Oscillating Theory)

Ilustasi Teori Osilasi. Foto: Siswapedia
Ilustasi Teori Osilasi. Foto: Siswapedia

Teori ini dicetuskan oleh seorang astrofisikawan Inggris bernama Fred Hoyle pada tahun 1948. Teori ini mengemukakan pemikiran bahwa alam semesta mengalami dua siklus yaitu keadaan mengembang dan memampat. Satu siklusnya diperkirakan akan berlangsung selama 30 miliar tahun. 

Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa awalnya alam semesta bermula dari sebuah ledakan besar seperti pada Teori Big Bang. Setelah terjadinya ledakan besar, alam semesta mengalami siklus mengembang yang disebabkan adanya reaksi inti hidrogen. Pada siklus inilah galaksi terbentuk. Setelah 30 miliar tahun, Segala galaksi dan bintang kemudian akan memampat sehingga menimbulkan tenaga panas yang sangat tinggi. Pada saat siklus ini berakhir, maka akan terjadi ledakan besar lagi seperti di awal. Siklus yang berulang-ulang inilah yang ditegaskan pada teori osilasi.

Teori Lubang Hitam (Black Hole Genesis)

Ilustrasi Lubang Hitam. Foto: OIF UMSU
Ilustrasi Lubang Hitam. Foto: OIF UMSU
Teori ini bukanlah satu ide tunggal dari satu orang, melainkan hasil perkembangan panjang dari relativitas umum Einstein, kemudian diperkaya oleh pemikiran Wheeler, Hawking, Penrose, dan fisikawan kontemporer lain yang mencoba menjelaskan bagaimana lubang hitam bisa menjadi bagian dari cerita kosmik. 

Teori ini didasari dari pengamatan para ilmuwan bahwa hampir semua galaksi memiliki lubang hitam supermasif di pusatnya. Hal ini akhirnya memberikan pandangan bahwa lubang hitam justru mungkin ada lebih dulu, dan gaya gravitasi menarik berbagai materi di sekitarnya yang membentuk benda langit lainnya. Oleh karena itu, bisa jadi galaksi yang kita kenal sekarang tumbuh mengelilingi sebuah lubang hitam lainnya bahkan alam semesta kita ini mungkin berasal dari lubang hitam pada alam semesta lainnya. Dalam hal ini, lubang hitam tidak hanya akhir dari sebuah siklus, melainkan juga awal bagi kosmos baru. 

Teori Nebula ( The Nebular Theory)

Ilustrasi Teori Nebula. Foto: IlmuGeografi.com
Ilustrasi Teori Nebula. Foto: IlmuGeografi.com

Berbeda dengan beberapa teori sebelumnya, teori ini lebih mengarah kepada pembentukan tata surya kita. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 dan disempurnakan oleh Pierre de Laplace pada tahun 1796. "Nebula" merupakan sebuah kata dari bahasa latin yang berarti "awan".  Teori ini menjelaskan bahwa Tata surya kita awalnya terbentuk dari awan gas panas yang luas dan tipis.

Awalnya, awan gas ini menyusut dan berputar ke arah tertentu yang disebabkan oleh gaya gravitasi. Lama-kelamaan massa jenis awan gas tersebut menjadi semakin tinggi sehingga terbentuk inti massa di beberapa tempat. Inti massa yang di tengah memiliki suhu yang tinggi dan berpijar membentuk matahari. Sedangkan inti massa di tepinya mengalami pendinginan dan menjadi planet. Matahari merupakan benda paling besar di tata surya karna 99 persen nebula memadat dan menjadi Matahari dan 1 persen sisanya menjadi nebula-nebula yang lebih kecil.





Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun