Mohon tunggu...
NIKI 55
NIKI 55 Mohon Tunggu... -

Menulis yuukk

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengintip Pemula Bersastra Ria

12 Januari 2012   20:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:58 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13264002362054901691

Bila ada ulasan mengenai perkembangan sastra dikatakan bahwa sastra dibagi dalam beberapa periode, yakni : Angkatan Pujangga Lama Angkatan Sastra Melayu Lama Angkatan Balai Pustaka Angkatan Pujangga Baru Angkatan 1945 Angkatan 1950 - 1960-an Angkatan 1966 - 1970-an Angkatan 1980 - 1990-an Angkatan Reformasi Angkatan 2000-an (wikipedia.org) dengan karya-karya yang membius penikmat sastra indonesia. Sedangkan di masa sekarang atau angkatan 2000-an berikut ini : Ayu Utami Seno Gumira Ajidarma Dewi Lestari Raudal Tanjung Banua Habiburrahman El Shirazy Andrea Hirata Ahmad Fuadi Tosa (wikipedia.org) Tahukah bagaimana proses penulis-penulis besar di atas bermetamorfosa? Bisa kita ikuti di jurnal online mengenai biografi yang merekam jejak karier mereka sebagai penulis. Namun saya tidak sedang fokus membahas masalah di atas. Saya hanya ingin berbagi mengenai sastra Indonesia di masa sekarang, di tangan generasi penerus-penerusnya yang belum terendus banyak penikmat sastra. Di era globalisasi ini, sangat terasa teknologi membantu kemudahan sebuah informasi tersebar. Inilah yang dimanfaatkan banyak penulis pemula menuangkan karya mereka. Sudah banyak pula tempat mereka berbagi, mengkritik guna membangun, hingga memfasilitasi antar penulis pemula untuk menerbitkan karya mereka. Coba search saja di akun facebook, ketikkan kata kunci yang berhubungan dengan sastra. Akan banyak sekali grup maupun fanpage yang menjadi tempat 'nongkrong' penulis-penulis yang saling berbagi dan memberikan masukan terhadap karya teman mereka. Di sinilah bisa kita tengok semangat bersastra tidak sesurut yang kita pikir. Hanya mereka belum memiliki tempat yang 'ramah' untuk 'berumah' bagi karya mereka. Akhirnya dipilihlah self-publishing atau jalur penerbitan indie sebagai wadah bagi mereka untuk mengenalkan karya mereka dan siapa mereka. Walau masih ada kekurangan tersendiri dibanding melalui penerbit besar. Tidak apa, yang terpenting adalah mereka mempunyai kesempatan sebelum datang kesempatan besar yang dinanti. Karena mereka sadar ini adalah bagian dari proses. Maka sudilah sekiranya pembaca maupun penikmat sastra mengenal mereka lebih jauh. Dengan membawa pulang buku-buku yang mereka hasilkan. Bilapun ada kekurangan, bantulah mereka meningkatkan kualitas karya mereka. Jangan pernah memberikan stempel buruk bahkan stempel sastra instan yang hangat menjadi perdebatan. Sebab, penjualan karya mereka melalui self-publishing juga tidak semulus yang dikira. Untuk bisa diterima masyarakat luas juga membutuhkan usaha amat keras. Itulah cerita singkat saya mengenai saya dan teman-teman lainnya yang baru belajar dan berkembang di dunia sastra Indonesia. Salam sastra.. Menulis, menulis, ayo terus menulis...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun