Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Ecoprint Ternyata Bukan Batik

5 Agustus 2020   21:46 Diperbarui: 6 Agustus 2020   06:52 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oooo, ..." serentak para guru SDK Sang Timur Pasuruan pun bersuara. Menandai kesalahan yang selama ini terjadi. Kami seringkali menyebutnya BATIK ECOPRINT, ternyata salah. Batik itu menggunakan bahan malam panas sebagai perintang warna.

Ecoprint adalah salah satu seni ragam hias pada kain dengan ciri khas yang sangat ramah lingkungan karena menggunakan bahan-bahan alam saat pemrosesan. Ada 3 macam teknik dalam pembuatan ecoprint yaitu:

  • Teknik pounding (pukul)
  • Teknik steaming (kukus)
  • Teknik Fermentasi (hampir sama dengan pounding tetapi melalui proses fermentasi terlebih dahulu)

Kami sengaja memasukkan kegiatan pelatihan ecoprint sebelum mengawali Tahun pelajaran 2020-2021. Sebuah rumah sederhana yang asri sudah siap menerima kami. Dengan protokol kesehatan ketat, menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker, kami tetap bisa melakukan pelatihan dengan lancar.

Sapaan penuh kekeluargaan menyambut kedatangan suster, guru dan karyawan SDK Sang Timur Pasuruan. Keramahan yang diekspresikan pula dengan hidangan camilan hangat kerinduan kami. Khas Indonesia yang nikmatnya luar biasa. Kacang rebus dan pisang kukus. Yummy, tak ada duanya.

Semua bahan sudah disiapkan Pawiro Batik dan Handycraft, yaitu:

  • Kain katun,
  • Dedaunan dengan berbagai bentuk yang akan dicetak pada kain
  • Tawas atau soda abu untuk pengolahan kain sebelum di ecoprit dan untuk proses fiksasi
  • Palu kayu atau alat pukul terbuat dari kayu
  • Plastik

Menurut  Ibu Titik Nur Fajriyah, sebelum dilakukan proses ecoprint kain harus direndam dahulu selama 24 jam dengan larutan yang sudah diberi TRO atau kalau tidak ada bisa diganti dengan detergen. Kain lantas dibilas dan dikeringkan. Proses ini disebut scouring. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kain saat pembuatan di pabrik.

Setelah itu kain direbus dalam air yang telah dicampur tawas dan soda abu. Perebusan ini membutuhkan waktu 1 jam. Kemudian kain biarkan saja terendam semalaman. Proses ini dinamakan Mordant. Tujuan proses ini adalah membersihkan dari lemak-lemak yang masih menempel pada kain.

Barulah kita bisa melakukan ecoprint. Bagaimana caranya? Sangat mudah namun membutuhkan kehati-hatian dan rasa seni yang unik. Daun yang sudah kita pilih diletakkan di atas kain dengan posisi tulang daun menempel pada kain. Kemudian di atas daun dilapisi plastik sehingga ketika memukul yang terkena adalah plastiknya. Setelah selesai daun diangkat perlahan, akan terlihat bentuk daun yang kita pilih telah menempel pada kain.

Setelah proses ecoprit selesai, kain kembali dibilas dalam air yang telah dicampur tawas. Kemudian dijemur atau diangin=anginkan sampai kering. Proses Fiksasi ini dilakukan agar warna daun yang telah menempel tidak mudah luntur.

Istri Bapak Muhamad Syarif itu membimbing kami dengan sabar. Pak Syarif pun ikut mengarahkan jika kami salah memukul juga ketika kami kebingungan menentukan pola gambarnya.Proses demi proses kami ikuti. Beberapa teman yang memilki rasa seni yang tinggi mampu menciptakan motif yang indah. Namun yang tidak memiliki bakat dalam hal rasa seni pun bisa menghasilkan pola acak yang justru unik dan menarik.

Kendala-kendala kecil sempat muncul dalam proses pengerjaan ecoprint tersebut. Ada beberapa jenis daun yang sudah kering karena terlalu lama dipetik sehingga bentuknya yang unik tidak bisa 100% menempel pada kain. Ada daun yang terlalu tinggi kadar airnya sehingga tidak tampak pola tulangnya. Kadang kami juga terlalu keras memukul sehingga daun menjadi hancur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun