Mohon tunggu...
Niken Anggraini
Niken Anggraini Mohon Tunggu... Wiraswasta - podcast: anchor.fm/saya-niken

Novel : Suweng Mbah Tukah (gratis di Fizzo), Numa Dan Benda Bertuah (gratis di Fizzo), Pangeran Gelatik (gratis di Fizzo), Dita dan Sena: Sang Penakluk (gratis di Fizzo), Berlabuh Di Sisimu (Kwikku), Oh My Beebu (Hinovel, Sago, Bakisah, Ceriaca), Diary Cinta Naelsa:Macaca (Hinovel, Bakisah, Ceriaca)

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menyantap Lezatnya Sate Karak Suroboyo

10 April 2020   17:49 Diperbarui: 10 April 2020   17:49 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Dulu saya pernah mendengar tentang  Sate Karak. Semula saya mengira ini adalah Sate yang dimakan dengan Karak. Pemahaman saya, Karak itu adalah nasi yang telah dikeringkan/ di jemur, lantas di tanak lagi. Ternyata di sate ini  bukan Karak yang itu.

Karak yang dimaksud di sini adalah ketan hitam. Sedikit kagetlah sewaktu tahu ada ketan yang dipadukan dengan sate untuk disantap. Agak sulit membayangkan bagaimana kira-kira rasanya. Soalnya saya terbiasa makan sate dengan nasi atau lontong.  

Beberapa waktu lalu, sebelum ada larangan dari pemerintah untuk menghindari penyebaran COVID-19, saya sempat Googling untuk mencari tahu tentang keberadaan Sate Karak ini. Saya ingin memakannya.  Saya cari tahu di Surabaya tepatnya ada di daerah mana? Ternyata adanya di daerah Ampel. Konon sate ini pernah menjadi makanan populer dulu. Tapi sayangnya, seiring berjalannya waktu keberadaan sate ini sulit ditemukan. Pedagang yang berjualan pun jarang sekali. Entah kenapa sampai bisa  seperti itu.  

Dari hasil pencarian itu, Sate Karak ini bahan satenya terbuat dari jerohan sapi atau daging sapi. Setelah dibumbui dan dibakar, kemudian dimakan dengan ketan hitam yang diberi kelapa parut dan serundeng. Dan diberi bubuk kedelai pula. 

Nah, di pasar Kebalen juga ada Sate Karak. Di seberang masjid Nur di Kebalen Barat no 49, ada pedagang Sate Karak yang selalu mangkal berjualan di sana. Nama pedagangnya Bu Suriyah. Bedanya, satenya bukan dari jerohan atau daging sapi. Tapi daging ayam. 

Dokpri
Dokpri
Pedagangnya sebenarnya sepasang suami istri. Yang suaminya ada di bagian belakang, ia kebagian tugas membakar sate di belakang gerobak. Sedangkan istrinya ada di bagian depan untuk melayani pembeli Sate Karak ini. 

"Dari jam 05.00-09.00 wib jualan di sini,"kata sang pedagang saat saya tanya jualan dari jam berapa sampai jam berapa.

Dokpri
Dokpri
Saya sempat tanya juga dia dari Madura mana, ia menyahut dari Bangkalan. Di Surabaya ini mereka mengontrak di daerah Kalimas. 

"Sepuluh ribu,"jawab Bu Suriyah saat saya tanya berapa harga satu bungkus Sate Karak yang saya beli tersebut.  

Sebungkus Sate Karak ini isinya 4 tusuk sate, ditambah sekepal ketan hitam seukuran tangan orang dewasa. Di atasnya diberi parutan kelapa. Juga serundengnya tak lupa. Untuk orang berusus pendek seperti saya, makanan seukuran ini sudah cukup mengenyangkan.

Soal rasa, meski sudah memakannya saya masih agak sulit menggambarkannya. Ini pertama kalinya makan sate ayam dengan ketan. Jadi saya bingung menggambarkannya. Saya makan sambil mikir. Sibuk mikirin kata yang tepat untuk menjelaskan seperti apa rasanya. Tapi ujung-ujungnya nggak nemu-nemu juga. Hahaha. Maaf ya Sate Karak. Saat ini aku belum menyukaimu. Entah, kalau sudah makan satu atau dua kali lagi. Jadi tunggu saja. Hehehe. Edisi Dilan nih. Bingung.

Dokpri
Dokpri
Meski asing di lidah tapi pada dasarnya enak kok. Bumbu sate ayamnya terasa banget. Gurihnya kelapa plus serundeng dan bumbu sate itu bisa berpadu dengan rasa ketan hitam yang agak kenyil lengket itu. Enak kok.[]    
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun