Mohon tunggu...
Nikeisha Anindita
Nikeisha Anindita Mohon Tunggu... pelajar

Labscib

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Curhat kepada AI? Solusi Remaja yang Tanpa Disadari Sangat Berbahaya

2 Oktober 2025   15:35 Diperbarui: 2 Oktober 2025   15:35 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kalian menggunakan media yang menyediakan bantuan dan layanan dari AI? Pada era ketika AI sudah mendunia dan berbagai aktivitas dapat digantikan olehnya tidak mengherankan jika kita melihat lingkungan sekitar kita kini dipenuhi dengan kehadiran AI. Kemampuan AI yang luar biasa dalam berbagai kategori layanan menghasilkan salah satu fenomena di kalangan generasi remaja, yaitu curhat  kepada AI. Dengan begitu banyaknya layanan yang diberikan AI, wajar saja jika orang-orang berpikir untuk menceritakan masalah dan kekhawatiran pribadi mereka kepada AI. Namun dibalik ramah dan suportifnya respon AI terdapat resiko berbahaya dari menceritakan masalah pribadi kalian kepada AI. 

Dikutip dari Common Sense Media, bahwa sebanyak 72% remaja berusia 13 hingga 17 tahun pernah menggunakan AI untuk berbagai macam masalah, baik itu masalah pribadi, atau sekadar ingin punya teman untuk diajak bicara, atau bahkan yang lebih serius, yaitu membantu mereka mengatasi masalah kesehatan mental. Survei ini menyatakan bahwa mereka menggunakan AI untuk percakapan dan aktivitas sosial (18%), dukungan emosional atau kesehatan mental (12%), dan sebagai teman atau sahabat (9%). Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa memang benar banyak sekali remaja sekarang yang cenderung menyampaikan masalah pribadinya kepada AI. 

Salah satu dampak paling serius jika remaja terus-menerus memberikan informasi pribadi mereka ke forum AI adalah tingginya risiko kebocoran data. Meskipun AI merupakan platform besar yang mungkin membuat banyak dari kita berpikir bahwa keamanan platform yang disediakan ini aman tetapi kenyataannya adalah ada beberapa kasus platform AI yang diretas yang mengakibatkan kebocoran informasi pribadi. Pada tahun 2024, terdapat kasus di mana seorang hacker mengklaim telah meretas platform omnigpt, sebuah platform AI populer yang telah digunakan banyak orang. Ia mengklaim telah mengakses sekitar 30.000 informasi pribadi pengguna yang berisi: email, nomor telepon, dan 34.000.000 obrolan berisi berbagai informasi pribadi yang jika bocor dapat menyebabkan banyak masalah. Dari kasus ini, kita dapat menyimpulkan bahwa sangat berisiko untuk membagikan kehidupan kita secara berlebihan kepada platform AI. Siapa yang tahu di masa mendatang jika seorang peretas berhasil mengakses platform AI populer lainnya.

Jika Anda berpikir bahwa satu-satunya risiko melampiaskan masalah Anda kepada AI adalah kebocoran informasi, Anda salah. Dampak kedua yang sama berbahayanya, bahkan dianggap lebih serius, adalah risiko terganggunya kondisi mental. Kita cenderung lebih banyak berbicara dengan AI karena dibandingkan manusia, AI lebih memahami kita dan akan selalu mendukung apa pun yang kita katakan. Namun, tahukah Anda bahwa AI dirancang untuk memuaskan penggunanya? Presiden Asosiasi Psikolog Australia, Sahra O'Doherty, mengatakan bahwa AI dirancang seperti cermin yang memantulkan kembali apa yang dikatakan pengguna. Dan itulah alasan mengapa AI dianggap lebih suportif dan pengertian karena dirancang seperti itu untuk hanya memantulkan kembali apa yang kita katakan. AI adalah platform subjektif yang diprogram hanya dengan satu tujuan: memuaskan penggunanya. Namun jika Anda menganggap hal itu saja buruk, maka ada kasus di Belgia ini, lebih khusus lagi kasus bunuh diri setelah korban curhat dengan AI. Dan itu belum semuanya. Di Florida, ada seorang pria yang menyerang kantor polisi karena entah bagaimana ia percaya bahwa "orang sungguhan" yang mengobrol dengannya melalui media AI  ini, terjebak di penjara. Dari kedua kasus tersebut, jelas terlihat dampak curhat terhadap AI, yaitu membuat penggunanya menjadi gila. Apapun yang dikatakan AI kepada penggunanya untuk merusak cara berpikir mereka, harus kita waspadai.

 Di generasi yang dipenuhi AI di seluruh hidup kita ini, penting untuk diingat bahwa mereka hanyalah robot, mesin, program yang diciptakan hanya untuk membantu kita, bukan untuk menggantikan manusia. Jadi, jika Anda merasa kesepian, bicaralah dengan teman, keluarga, siapa pun itu. Mereka akan selalu lebih baik daripada AI. Selalu ingat, tidak peduli seberapa realistisnya apa yang dikatakan oleh AI, ia bukanlah manusia dan tidak akan pernah menjadi manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun