Mohon tunggu...
Nike Andini
Nike Andini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Tulisan saya ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah yang sedang saya ambil, dan juga untuk mengasah kemampuan menulis saya untuk membuat tulisan yang lebih baik lagi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pergantian Juru Bicara Baru dalam Penanganan Covid-19

21 Juni 2020   07:00 Diperbarui: 21 Juni 2020   07:09 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sabtu (20/06) Perkembangan virus corona atau covid-19 oleh Gugus Tugas Covid-19 awalnya memilih Ahmad Yurianto sebagai juru bicara. Namun, beberapa hari terakhir Reisa Broto ditunjuk sebagai juru bicara baru penanganan covid-19. Achmad Yurianto memperkenalkan langsung kepada media melalui konferensi pers pengembangan penanganan covid-19 di Graha BNPB, Jakarta pada Senin (8/6/2020).

Achmad Yurianto memperkenalkan Reisa sebagai bagian dari tim komunikasi public Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19. Karena baginya Reisa seorang dokter yang selalu aktif terlibat dalam edukasi pencegahan covid-19. Ia juga menjelaskan bahwa Reisa akan menyampaikan informasi dan edukasi penvegahan covid-19, seperti adaptasi kebiasaan baru bagi masyarakat yang produktif.

Reisa broto mendapatkan sambutan baik dalam masyarakat, karena cara penyampaian yang dinilai baik. Reisa broto sering menanggapi masyarakat mengenai covid, salah satunya saat beberapa daerah menolak untuk menjalani rapid test. Reisa juga menjelaskan agar masyarakat tidak perlu takut untuk menjalani rapid test, karena hal ini hanya untuk screening atau deteksi dini. Dan Reisa juga berpendapat baha rapid test penting, karena dapat membantu mengidentifikasi kemungkinan seseorang terkena covid tanpa gejala.

Dengan adanya pergantian Jubir ini membuat public terkejut, karena sampai saat ini belum ada pernyataan pasti dari BNPB kenapa Reisa ditugaskan menjadi bagian dari tim covid-19. Dalam menyampaikan informasi Reisa juga tetap didampingi oleh Achmad Yurianto yang biasanya menyampaikan hal mengenai jumlah kasus terkini covid-19 seperti jumlah kasus sembuh, meninggal, positif maupun jumlah tes harian. Namun, saat ini Reisa lah yang bertugas dalam menyampaiakan hal-hal tersebut.

Publik bertanya-tanya akan kehadiran Reisa dalam tim tersebut. Kemungkinan adanya Reisa dalam tim ini adalah untuk membuat masyarakat tenang dan tidak panic, namun sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa dengan adanya pergantian jubir ini untuk membuat masyarakat keliru dalam memahami kasus covid tersebut. Masyarakat di buat tenang selama pandemi ini yang dapat membuat seseorang bisa jatuh sakit sampai kehilangan nyawa saat berada diluar rumah jika ia tidak benar-benar memahami situasi yang sedang terjadi saat ini.

Hal ini dikarenakan Pemerintah mengacu pada pendapat Anthony de Mello yaitu seorang seorang imam Yesuit dan psikoterapis yang terkenal luas karena buku-bukunya mengenai spiritualitas. Anthony de Mello pernah menginngatkan bahwa jumlah korban bisa saja menjadi lima kali lipat, kalau terjadi ketakutan di saat terjadi wabah penyakit, dalam bukunya yang berjudul The Heart of The Enlightened.

Dengan ini Pemerintah menggunakan protocol komunikasi yang melarang untuk menggunakan kata genting atau krisis, sehingga masyarakat tidak mengalami kepanikan maupun ketakutan saat wabah penyakit ini sedang mengalami peningkatan. Hal ini dituliskan pada latar belakang portal informasi Indonesia melalui website resmi Indonesia.go.id, dengan tujuan bahwa masyarakat akan lebih sehat jika tidak mengetahui berita yang menegangkan mengenai pertambahan kasus covid.

Rachmah Mahesa S.Ft, selaku fisioterapis yang sedang melanjutkan sekolah profesi beranggapan bahwa psikologis masyarakat saat ini memang harus dijaga agar tidak timbul kepanikan, namun masyarakat juga harus diberikan penjelasan mengenai bahaya keadaan saat ini agar mereka sadar dan lebih berhati-hati dalam menjalani aktivitas di luar rumah. 

"Saat ini, psikologis masyarakat memang harus dijaga agar tidak menimbulkan kepanikan dan berita-berita yang mencekam. namun, masyarakat juga harus disadarkan dengan keadaan saat pandemi saat ini agar mereka bisa lebih mengontrol diri mereka seolah-olah pandemi ini sudah berakhir"

Saat ini Pemerintah memiliki tujuan lain yaitu untuk mengubah mind set masyarakat, dan lebih memfokuskan pada psikologis masyarakat. Maka Pemerintah menggunakan strategi yang terfokus 80% pada psikologis masyarakat dan 20% medis dalam melawan covid-19. Hal ini sesuai dengan bagan yang telah dikeluarkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.  Pemerintah akan meningkatkan imunitas masyarakat agar psikologis nya tetap baik, dan menganjurkan untuk tidak panic serta gembira.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun