Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Pergi Haji (Bila Niat)", Saatnya Pergi Haji Usia Muda

3 September 2020   21:30 Diperbarui: 3 September 2020   21:28 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/masjidilharam_

Dapat menunaikan ibadah haji merupakan impian setiap umat islam. Selain ketenangan karena telah menunaikan rukun Islam yang lima secara utuh, pergi haji akan menuntun kita menjadi umat yang lebih baik karena telah mendapatkan keuntungan dari hikmah melaksanakan ibadah wajib yang menantang ini.

Cukup tepat dikatakan menantang, karena sebagaimana bunyi rukun islam yang ke-lima adalah "pergi haji (bila mampu), yang artinya, umat islam yang dikenakan hukum wajib untuk menunaikan ibadah haji adalah bagi  mereka yang mampu memenuhi segala aspek penting sehingga pelaksanaan  ibadah haji dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dan sebaliknya, apabila aspek penting tersebut tidak terpenuhi, kita bisa gagal melaksanakan ibadah haji.

Setidaknya terdapat 2 aspek penting yang harus dipenuhi oleh umat muslim untuk melaksanakan ibadah haji, yaitu aspek finansial dan aspek fisik. Seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah haji, harus mampu secara finansial. Ia harus mampu membiayai segala kebutuhan yang harus dibayarkan untuk keperluan haji sedari berangkat sampai kembali pulang ke rumah. 

Ia juga harus mampu secara fisik. Tidak sedang sakit sehingga mengalami kesulitan menjalankan rukun haji. Muslim yang mampu memenuhi dua aspek, maka ia dihukumi wajib melaksanakan ibadah haji. Namun bila sebaliknya, seorang muslim menemui kesulitan memenuhi aspek mampu tersebut, maka hukum wajib akan gugur dari padanya.

Dijelaskan dalam laman ihram.co.id (11/12/2017) tentang makna mampu dalam berhaji, bahwa aspek kemampuan finansial adalah yang paling utama. Sebab, dengan ini seseorang akan mampu melakukan perjalanannya. Memiliki bekal yang cukup dalam perjalanan, terdapat kendaraan yang mengantarkannya, terdapat nafkah yang ditinggalkan untuk keluarganya, sampai ia kembali lagi kerumah setelah terpenuhinya segala rangkaian ibadah haji. 

Sedangkan yang terkait aspek kemampuan fisik, apabila seseorang lemah secara fisik, misalnya fisik tua atau sakit, namun mampu secara finansial, tetap wajib baginya mencari orang lain untuk menghajikan dirinya. Begitu pula bila seseorang yang mampu secara harta, namun ia tidak sempat menunaikan ibadah haji selagi hidup, maka ia dapat dihajikan oleh orang lain dengan harta peninggalannya.

Saya meyakini bahwa setiap muslim pasti memiliki impian dan keinginan untuk dapat menunaikan ibadah haji. Minimal 1 kali seumur hidup, yang entah itu kapan akan dilaksanakan. Mereka yang memiliki keinginan kuat, pasti akan membuat perencanaan matang, yang dimulai dari niat, dan dilanjutkan dengan melakukan suatu usaha untuk merealisasikannya.

Sekali lagi, bahwa muslim yang memiliki impian untuk menunaikan ibadah haji, pasti akan menyusun tahapan perencanaan yang matang, dimulai dari ingin-niat-menyusun rencana-usaha-dan diakhiri  tawakal. Sambil waktu akan terus berjalan, maka si pemilik keinginan ini tidak akan berhenti sampai apa yang dimaksudkan tersebut terwujud. Sehingga dapat dikatakan, bila seseorang tidak menjalankan urutan keinginannya ini dengan benar dan serius, maka ia akan mudah tergoda dengan iming-iming lain yang dapat mengganggu keinginan berhajinya.

Ada kisah 4 orang bersaudara yang sama-sama memiliki impian menunaikan ibadah haji. Karena sudah berkeluarga, dengan harta warisan orang tua, dan telah memiliki usaha hidup masing-masing, mereka berusaha mencapai keinginan besar ini dengan cara masing-masing pula. 

Namun pada akhirnya, dari keempatnya, hanya 1 yang dapat bergelar haji, 1 dapat menunaikan ibadah umroh, dan 2 lainnya takdirullah sampai saat ini belum dapat melaksanakan ibadah haji, padahal usia mereka sudah terlampau senja.

Lalu apa yang menyebabkan tujuan akhir ini berbeda diraih oleh masing-masing mereka? Agaknya telalu cepat kita mengatakan takdirullah sebelum kita mencari tahu sebab dari keberhasilan dan belumnya ibadah ini dapat ditunaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun