Mohon tunggu...
Nidaul Haq
Nidaul Haq Mohon Tunggu... Me

Suka baca novel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Ujung Jalan Perjalanan Pustakawan

25 September 2025   21:51 Diperbarui: 25 September 2025   21:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Meskipun beberapa minggu belakangan ini koran Kompas mengupas tuntas mengenai nasib Pustakawan yang mungkin saja tidak menarik bagi masyarakat pada umumnya, karena saya sendiri pun, tidak melihat antusias orang-orang yang membahas nasib pustakawan, juga saya tidak melihat gejolak yang ramai para pustakawan dengan nasib mereka yang seperti diujung tanduk. Beberapa memang bereaksi mulai dari yang semangat bahwa nasibnya bisa berubah hingga yang sudah seolah pasrah pada keadaan, apatis dan memang begitulah nasib pustakawan, memaklumi diri bila mereka memiliki gaji dibawah standar, terutama di perpustakaan sekolah, pustakawan memiliki pekerjaan yang lebih, tidak hanya mengurusi perpustakaan  melainkan melakukan pekerjaan lain di luar perpustakaan  seperti kegiatan administrasi sekolah.

Namun apakah masalah pustakawan itu hanya gaji yang tidak sesuai. Tentu saja tidak hanya itu, jika ditelaah permasalahan di perpustakaan sangat kompleks. Mulai dari sumber daya manusia itu sendiri, dari yang kompeten hingga tidak kompeten, sehingga stigma perpustakaan hingga kini, ada yang menyebut perpustakaan adalah tempat buangan bagi pegawai yang tidak kompeten, karena di perpustakaan bukan hanya ada pustakawan, ada yang tidak memiliki skill atau keterampilan dalam bidang ini, ditempatkan di perpustakaan. Bahkan seharusnya kita harus mengakui bahwa dulunya perpustakaan di isi oleh staff yang tidak memiliki keahlian/kompetensi di bidang perpustakaan sehingga kualitas dari sumber daya manusia di perpustakaan sangat dipertanyakan, apakah mumpuni atau tidak dalam mengelola perpustakaan.

Selain itu, banyak pustakawan yang hanya berkutat dengan kegiatan teknis di perpustakaan, namun tidak ada pengembangan keahlian atau keterampilan berkelanjutan agar pustakawan dapat memperbarui keahlian atau menambah keahlian yang baru yang sesuai dengan kebutuhan pengguna yang dilayani. Masalah sumber daya manusia di perpustakaan yang seperti ini, merupakan permasalahan yang harus diatasi. Jika tidak, maka akan mempengaruhi kualitas dan citra perpustakaan.

Apakah masalah perpustakaan hanya itu saja? Tentu tidak, ditengah gempuran teknologi yang begitu pesat, pustakawan dituntut untuk memperbarui keahliannya, jika tidak dia akan ketinggalan atau lambat dalam melayani kebutuhan pengguna perpustakaan. Selain itu, pustakawan harus beretika, tidak melakukan tindakan yang merugikan atau tidak terpuji. Kita harus melihat hati nurani, agar tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, menerapkan sikap sopan salam dan sapa dalam melayani pengguna perpustakaan. Selain itu, jadilah pustakawan yang bermartabat, menjaga etika profesi, tidak melakukan kegiatan yang melanggar norma sosial maupun agama.

Banyak pustakawan yang mendedikasikan dirinya dalam mengabdi pada instansi dimana dia bekerja. Namun tak banyak pimpinan institusi yang menghargai dedikasi pustakawan yang menjadi garda ilmu pengetahuan. Profesi pustakawan masih dianggap remeh dan kurang perhatian, namun akan sangat dicari saat lembaga/institusi akan melakukan akreditasi institusi/lembaga. Dari sana keberadaan pustakawan dicari dan dianggap penting karena untuk keberlangsungan institusi/lembaga.

Jenjang karir yang tak pasti juga menjadi sebuah momok menakutkan bagi pustakawan. Mungkin pustakawan fungsional yang menjadi ASN akan merasa sedikit lega, gaji yang diterima lebih besar daripada gaji pustakawan di lembaga/instansi swasta dan jenjang karir lebih terarah bagi pustakawan ASN. Selain menjadi pustakawan yang kompeten, pustakawan harus ideal dan sempurna dalam melayani pengguna perpustakaan. Namun tidak semua pustakawan itu ideal secara fisik, namun ada juga pustakawan yang mengalami keterbatasan kesehatan namun tak mengurangi produktifitas dan kualitas pustakawan dalam melayani pengguna perpustakaan. Misalnya, pustakawan yang sakit jantung, diabetes, stroke ringan, atau penyakit kronis (autoimun) lainnya, yang membutuhkan kontrol ke dokter, tentu saja instansi/lembaga harus memberikan kesempatan kepada pustakawan dalam menyembuhkan kesehatannya dengan berobat ke Rumah Sakit.

Permasalahan lain di perpustakaan adalah ketidak kompakan antar rekan sejawat cenderung menimbulkan konflik. Konflik yang terjadi seperti alur cerita yang tidak habis. Namun, apakah kita akan terus begini? Jawabnya jika kita ingin nasib berubah, maka berusahalah dengan menjadi baik, menjadikan pribadi dengan melakukan usaha dan tindakan dalam mengubah keadaan hidupnya. Jadilah pribadi yang baik, maka kebaikan akan selalu menyertaimu. Meskipun gaji pustakawan jauh dibawah UMR, maka niatkan pekerjaanmu untuk ibadah. Ingatlah, surat al-Qur'an yang pertama turun adalah al-Alaq, kita di perintah Allah untuk iqro' (bacalah). Membaca yang tak hanya dalam teks, kita juga harus dapat membaca kehidupan. Kita menelaah, mendalami meneliti, dan memahami segala hal yang ada, termasuk alam semesta, diri sendiri. Jadi kehidupan yang dijalani, seyogyanya harus memiliki makna mendalam. Tidak mengapa gaji dibawah UMR, diremehkan, dikucilkan dan tidak dianggap penting oleh orang lain atau masyarakat, namun ingatlah bahwa pustakawan adalah garda ilmu pengetahuan, menjadi penjaga informasi dari kemusnahan, pustakawan menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi pengguna perpustakaan. Hal yang patut kita syukuri, secara tidak langsung kita melanggengkan ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun