Mohon tunggu...
Nida Nabila
Nida Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UNIVERSITAS JEMBER

Mahasiswi Teknik Prodi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi Ekonomi kreatif dan Pariwisata dalam Konsepsi Pembangunan Kabupaten Bojonegoro

30 Oktober 2022   10:02 Diperbarui: 30 Oktober 2022   10:07 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada awal pemikiran tentang pembnagunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentifikasi pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pikiran ide-ide tersebut didasarkan pada aspek pembangunan yang dimana pada intinya mengandung suatu hal yang menciptakan perubahan. Dalam segi teori konsep pembangunan meliputi 3 hal pengertian dinamis pembangunan itu mengandung orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir. Konsep pembangunan merupakan sebuah perubahan sosial budaya, dalam adanya pembangunan di suatu wilayang berarti menunjukkan terjadinya suatu perubahan suatu proses kemajuan. 

Dalam proses pembangunan juga disertakaan peran partisipasi aktif dan kreatif, adapun teori pembangunan dalam ilmu sosial budaya yaitu teori paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial, teori-teori mikro tentang pertumbuhan nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan, paradigma ketergantungan mencakup teori keterbelakangan (under development), ketergantungan (dependent development) dan sistem yang ada di dunia yaitu (world system theory).

Dengan adanya kemajuan dari suatu wilayah di dalamnya masyarakat ikut serta berpartisipasi seluruh anggota masyarakat ikut serta dalam memecahkan berbagai permasalahn yang ada di dalam masyarakat tersebut, misalnya partisipasi masyarakat di bidang kemajuan suatu wilayah yang dimana ingin membuat suatu wilayah dapat menghasilkan uang serta menyejahterakan masyakat dapat dengan cara memanfatkan lingkungan alam sekitar dengan cara membuat suatu hal perubahan di daerah yang ditinggali dengan ekonomi kreatif atau pariwisata. 

Membahas tentang Ekonomi Kreatif adalah salah satu sektor ekonomi yang berkonsep kepada kreativitas dari sumber daya manusia. Mengingat di masa lampau pada tahun 1958 Bojonegoro dikenal dengan daerah berpenghasilan tembakau dan kayu jati yang berkualitas, dibawah kepemimpinan Raden Baruno Djojoadikususmo Bojonegoro merupakan daerah karesidenan yang terbagi menjadi tiga wilayah kabupaten yaitu Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. 

Kabupaten Bojonegoro terbagi menjadi 5 Kawedanan dengan 20 Kecamatan dan 430 Desa, jika dilihat dari sisi geografis diselah utara Bojonegoro berbatasan dengan Kabupaten Tuban, di sebelah timur Bojonegoro berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, Bojonegoro juga di lingkari oleh Bengawan solo yang dimanfaatkan masyarakat  untuk mencari sumber daya alam (ikan,udang,kijing,pasir,), digunakan juga untuk mandi dan mencuci baju dan sebagai lainnya. 

Pada aspek pertanian pada tahun 1958 karesidenan Bojonegoro menghasilkan tembakau, dari hasil panen tembakau merupakan satu-satunya hasil yang dibanggakan dengan hasil panen selalu melimpah, selain tembakau adapun padi gogo rendengan, rancah dan tegalan yang menghasilkan jagung, ketela dan umbi-umbian lain sebagainya, namun hal ini masih belum cukup untuk menghidupi lumbung sendiri Bojonegoro masih harus mengimpor padi gabah dari daerah lain seperti Banyuwangi, hal ini dikarenakan pengaruh dari culture tanah Hitam yang mendominasi daerah bojonegoro, selain itu tanah berkapur dan kricak.


Melihat Kondisi Perekonomian di bojonegoro pada tahun 1958 masyarakat bertahan hidup dan mengais rezeki dengan cara mengandalkan ternak dan memanfaatkan kotoran hewan ternak mereka sebagai pupuk dan juga mengolah tanaman lamtoro sebagai pupuk, untuk transaksi jaman 1958 ternyata masyarakat sudah menyediakan pasar kebo yaitu pasar hewan di daerah Banjarejo selain ternak hewan darat ternyata pada masa 1958 masyarakat bojonegoro sudah memelihara ikat didalam tambak maupun rawa-rawa. Meskipun tanah di Bojonegoro terbilang tidak subur sebagian besar tanah hitam dan tanah berbatu kapur, namun dalam segi ekonomi mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah petani.

 Yang dimana terbagi menjadi 2 kategori petani yang menggerjakan lahan garapannya sendiri dan petani yang menggerjakan lahan garapan tegal oranglain dengan waktu puluhan tahun yang cukup lama perlahan Bojonegoro menjadi kota maju yang unggul di bidang Ekonomi Kreatif maupun Pariwisatanya dapat dilihat selama 7 tahun terakhir ini tidak ada hentinya pembangunan disekitar area kota maupun di daerah-daerah pedesaan perlahan namun pasti bojonegoro memperbaiki sektor pendidikannya, lalu di susul dengan pembangunan infrastruktur pemerintahan dan akses transportasi beserta jalanannya, dan disusul dengan aksen-aksen penunjang seperti jembatan, Ruang terbuka Hijau, Trotoar maupun Halte. 

Dengan slogannya di era baru yaitu "Bojonegoro Produktif" nyata adanya pembangunan daerah, disusul dengan kebangkitan ekonomi kreatif yang perlahan muncul kompak yaitu assosiasi UMKM daerah perlahan-lahan menciptakan Sumber daya manusia yang berdaya saing dan produk-produk olahan yang dihasilkan dengan memanfaatkan Sumber daya alam yang ada di Bojonegoro menjadi suatu hal yang khas yang mampu bersaing dengan ekonomi kreatif lainnya.

adapun pembangunan Pasar Budaya yang baru saja diresmikan pasar ini bertujuan untuk mewadahi UMKM daerah serta mewadahi hasil karya dapat menghasilkan nilai ekonomi pasar ini khusus menjual aneka produk maupun olahan hasil kerajinan dari masyarakat kreatif Bojonegoro. Impact yang dihasilkan sangat memuaskan membuat makmur masyarakat daerah selain itu menarik investor untuk berdatangan menanamkan modal nya di Bojonegoro selain itu ditunjang dengan adanya Kilang tambang minyak terbesar yang ada di Bojonegoro, 

sebenarnya kilang minyak ini sudah ada sejak 1958 namun kurang dimanfaatkan karna adanya mafia mafia minyak pada zaman dahulu selain itu teknik pengeboran yang masih sangat tradisional dan memiliki resiko cukup besar membuat sumber daya alam satu ini sangat kurang diminati oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian, namun berbeda dengan tahun 2015 mulai adanya investor perminyakan yang bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun proyek migas mulai saat inilah perlahan berdatangan warga negara asing maupun adanya perpindahan penduduk dari daerah lain memasuki daerah Bojonegoro. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun