Mohon tunggu...
Nicholas Neptuno P.S
Nicholas Neptuno P.S Mohon Tunggu... Pelajar SMA Kanisius

You'll never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejenak Mendalami Keberagaman - Belajar Bertoleransi

19 November 2024   01:12 Diperbarui: 19 November 2024   01:46 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi telah datang semua siap hadapi dunia
Pagi yang datang haruskan kita untuk berpikir
Pikirkan burukmu, pikirkan sifatmu, pikirkan sekitarmu
Baru kau mulai langkahmu
Lihat ke depan
Perlu sedikit senyuman
Walau tak seindah dulu
Yang kau lihat kini
(Sepotong lirik lagu Nosstress berjudul Mengawali Hari, 2011)

Belajar di Luar Sekolah (Ekskursi)
Kegiatan Ekskursi 2024 diadakan oleh Kolese Kanisius sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berkarya di jenjang SMP & SMA. Kegiatan ini diperuntukkan untuk siswa kelas 12 dengan membawa tema "Embrace, Share, and Celebrate our faith." atau yang berarti "Merangkul, Berbagi, dan Merayakan iman kita."

Proses formasi pendidikan ini memiliki tujuan, yaitu untuk dapat memberikan pengalaman penuh bagi para Kanisian agar dapat menumbuhkan rasa ingin mengenal, belajar, dan persatuan dalam menyikapi keberagaman yang menjadi identitas masyarakat kita, Indonesia. Makna kata "Ekskursi" ini adalah belajar di luar sekolah, yang berarti tidak hanya sekedar mencerna pemaparan materi di kelas yang berkaitan dengan penekanan sikap toleransi di lingkungan masyarakat, tetapi lebih kepada kemampuan dalam mengimplementasikannya.

Angkatan kelas 12 disebar untuk belajar ke beberapa Pondok Pesantren di sekitar daerah Banten dan Jawa Barat. Baru kali pertama ini, saya bisa belajar akan menghargai keberagaman dengan mendatangi sebuah pondok pesantren yang selama ini pandangan saya itu masih berdasarkan dari hal-hal yang lewat di sosial media.

Belajar dengan terjun langsung menjadi penting sehingga dapat memperoleh pengalaman yang autentik dan nyata. Dalam kegiatan ini, saya dan 28 Kanisian lainnya beserta dengan dua Guru pendamping mendapat kesempatan untuk belajar di Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Ciwidey, Bandung.

Menginjakkan kaki di tempat yang masih asing bagi diri, membuat jiwa ini tidak merasa tertekan. Akan tetapi, membawa rasa damai melalui udara pegunungan yang sejuk, masuk seakan terbawa ke dalam memori di kampung halaman. Bermain di sawah tanpa merasa lelah, seperti menghirup udara yang sama. Berbeda dari kondisi lingkungan di kota, yang selalu bergantung pada alat untuk tetap bernapas dengan nyaman akibat polusi udara.

Sesampainya disana, kami semua disambut dengan penuh kesungguhan dan keramahan oleh para pengurus Pondok Pesantren dan para santri/santriwati. Kebersamaan dalam keberagaman ini, membuat diri saya secara pribadi merasa luluh karena dalam kondisi baru pertama kali bertemu, langsung tertanam rasa damai dan juga tentunya nyaman.

Dalam pertemuan pembuka kegiatan tersebut, ada pengenalan akan sejarah berdirinya Pondok Pesantren ini beserta dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Ada satu poin yang membuat saya sangat terkesan, bahwa awalnya saya mengira Pondok Pesantren hanya mengutamakan pendalaman pendidikan agama Islam. Akan tetapi di tempat ini ternyata agak berbeda yang mana selain diajarkan tentang iman, ada juga pelatihan kemampuan (skill) di sektor-sektor seperti: perkebunan, pertanian, peternakan, dan tata boga.

Produk yang mereka kelola bahkan bisa sampai dijual di supermarket ternama seperti Lotte, Superindo, dan di berbagai pasar tradisional lainnya. Di sini saya belajar bahwa para santri/santriwati dididik untuk memiliki dedikasi yang tinggi agar dapat mengimbangi ilmu keagamaan sekaligus juga dengan pengembangan skill yang nantinya bisa berguna di dalam komunitas masyarakat.

Dokumentasi Kelompok Ekskursi
Dokumentasi Kelompok Ekskursi
Habitus (Gaya Hidup)
Setelah pertemuan awal yang begitu hangat, berdinamika bersama dalam kelompok-kelompok kecil membantu kami untuk dapat berbaur satu sama lain dan mengesampingkan rasa canggung terutama dengan para santri dan santriwati. Salah satunya kami diajak untuk melihat berbagai lahan perkebunan dan peternakan serta dipaparkan berbagai informasi mengenai bagaimana cara menanam suatu jenis tanaman dan cara merawat kambing dan sapi. Kemudian, di beberapa bidang tersebut ternyata juga dibagi kelompok yang memiliki tanggung jawab untuk mengurusi isi dan hasilnya.

Asrama dari para santri dan santriwati terletak di daerah yang berbeda dengan posisi santri terletak lebih dekat dengan masjid Pondok Pesantren. Ada sebutan unik yang diperkenalkan oleh para santri untuk menyebutkan ruang tempat tinggal mereka yaitu sebagai "kobong." Biasanya ditinggali oleh lebih dari 6 orang santri dan kebetulan pada saat kami ikut melihat, mereka sedang menyapu dan merapikan kobong mereka. Solidaritas teman-teman santri terlihat dari suasana yang ramai dan aksi saling membantu satu dengan yang lain.

Lebih daripada itu, para santri dan santriwati juga menempuh pendidikan formal di tingkat SMP dan SMA dengan mengikuti pembelajaran seperti Matematika dan Sejarah Perkembangan Agama Islam yang pada saat itu sempat kami kunjungi dan ikuti dinamika belajarnya dalam ruang-ruang kelas. Antusiasme yang mereka tunjukkan dalam mendengarkan materi sambil mencatat dalam buku masing-masing mendorong diri untuk berjuang lebih dalam menempuh pendidikan di sekolah.

Hal yang tidak kalah indah dan menarik dari proses belajar kami di Pondok Pesantren adalah mengikuti dinamika acara di masjid yang mana pada saat itu sedang dilakukan pembagian hadiah bagi pemenang lomba Hari Santri Nasional. Beberapa teman Kanisian juga dipersilahkan untuk menampilkan lagu sambil bermain gitar untuk teman-teman santri dan santriwati.

Pada momen tersebut, kami bernyanyi bersama dan tentunya merasakan kebersamaan yang tentunya menyentuh hati. Momen itu juga pertama kalinya saya bisa masuk ke dalam masjid dan saya sangat kagum akan arsitektur bangunan beserta dengan kondisi masjid yang bersih dan nyaman untuk umat muslim dapat beribadah.

Tentu ada perbedaan yang sangat terasa antara aktivitas kami dengan para santri dan santriwati. Biasanya kami pergi ke sekolah dan pulang, hari sudah sore. Belum lagi jika ada les pelajaran tambahan atau tugas-tugas yang harus dikumpulkan di esok hari. Jadinya, seharian itu betul-betul hanya berkutat pada hal-hal akademik.

Di Pondok Pesantren berbeda, pada jam subuh, santri dan santriwati sudah bangun dan mulai beribadah di masjid kemudian dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan mengaji. Lalu, dilanjutkan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah sampai dengan mengelola sektor pangan yang tadi sudah disebutkan. Santri dan santriwati rajin dalam mengikuti sholat lima waktu dan dalam dinamika mengaji juga, adik-adik yang di tingkat SMP, di beberapa kesempatan diuji pelafalannya oleh kakak kelasnya dalam membaca ayat-ayat suci.

Dokumentasi Kelompok Ekskursi
Dokumentasi Kelompok Ekskursi
Selain mendalami rutinitas sehari-hari mereka, kami juga saling mengenal sambil berjalan sejauh tiga sampai empat kilometer (jalan menanjak) menuju sebuah curug yang terkenal di sekitar daerah Pondok Pesantren tersebut. Selama perjalanan kami bercanda tawa akibat jalan yang tidak ada habis-habisnya karena kondisi tubuh yang sudah terlanjur lelah, tetapi air curug belum mengalir di tubuh. Akhirnya kata-kata "5 centimeter lagi sampai" pun muncul dan itulah yang memotivasi kami untuk terus maju karena tinggal 5 centimeter lagi. Sungguh memotivasi.
Setelah melepaskan lelah di curug, kegiatan pun ditutup dengan makan siang liwetan. Di atas daun pisang yang membentang panjang, sambil mendekatkan diri ke dalam alam itu sendiri dan mempererat kebersamaan kami dengan para santri dan santriwati. Melalui liwetan ini, saya belajar bahwa rasa bahagia itu tidak harus selalu datang dari hal-hal yang mewah dan megah. Akan tetapi, bisa muncul dari sebuah kesederhanaan dan tentunya bersama dengan orang-orang yang kita kasihi, kita sudah bisa merasakan hal yang sama.

Berkembang Bersama
Semua pengalaman yang telah menjadi memori yang tidak terlupakan seumur hidup, akan menjadi bekal kami kedepannya sebagai seorang pelajar, penerus bangsa, dan agen perubahan untuk dapat membawa hal-hal positif ke dalam lingkungan masyarakat. Dari kegiatan ini kami telah merangkum dan merefleksikan berbagai kebudayaan di Indonesia menjadi suatu hal yang patut kita apresiasi dan rayakan. Terkait keberagaman, Indonesia dibanding negara-negara lain pastinya lebih unggul, tetapi sekarang yang menjadi fokus utamanya adalah bagaimana kita bisa menerima kenyataan itu dengan rasa saling menghormati dan tentunya toleransi.

Kerendahan hati menjadi salah satu aspek penting yang saya ambil dalam proses belajar di Pondok Pesantren. Dengan demikian, rasa penasaran saya terus muncul sehingga komunikasi itu akan selalu terjalin dan terbentuk di antara kita. Ketika di lingkungan sekolah sendiri, saya memang sudah terbiasa berinteraksi teman yang mayoritas agamanya Katolik, tetapi ketika mengenal dan sharing satu sama lain dengan para santri dan santriwati, saya merasa tidak ada sebuah perbedaan yang menghambat interaksi saya dengan mereka. Justru, dengan perbedaan itu, topik pembicaraan menjadi semakin luas karena muncul rasa ingin tahu tentang kebiasaan satu sama lain.

Dokumentasi Kelompok Ekskursi
Dokumentasi Kelompok Ekskursi
Akhir kata, saya beserta dengan teman-teman semua sebagai seorang pelajar, momen ini merupakan pengalaman yang autentik dan sangat berarti untuk tidak hanya sekedar mendengar atau mengatakan kata "toleransi", tetapi kita juga sudah memiliki pengalaman yang sungguh terjadi sehingga kata itu benar-benar bisa kita maknai dalam masa-masa yang akan datang.
Begitupun, bagi para pengurus Pondok Pesantren Al-Ittifaq beserta dengan para santri/santriwati yang telah juga bersedia, antusias, dan terbuka menerima kami sebagai pelajar untuk dapat menambah wawasan serta mempererat relasi yang tentunya dalam konteks keberagaman.

Banyak nilai-nilai kehidupan yang saya terima dari dinamika selama di Pondok Pesantren dan saya akhirnya begitu merasakan senang ketika bisa mengalami bertoleransi satu sama lain ditengah kesibukan kami di minggu-minggu tersebut.
Tentunya pesan yang paling penting dari Om Dandan dan Teh Silvi sebagai pengurus Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah tetap mempertahankan tali silaturahmi antara kami dengan mereka. Apabila berkesempatan untuk datang di lain waktu akan sangat disambut baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun