Mohon tunggu...
Nice Luis Inneke
Nice Luis Inneke Mohon Tunggu... Freelancer - Always Nice :))

Mon maap baru mulai nulis :) Enjoyy :))

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Awas!!! Adiksi Sosial Media, Generasi Z Jangan Baca

27 Oktober 2020   12:40 Diperbarui: 27 Oktober 2020   23:17 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dewasa kini perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa banyak perubahan terhadap aktivitas kehidupan manusia. Ditandai dengan munculnya internet hingga smartphone yang menjadi pemicu berkembangnya media sosial secara cepat. Berbagai jenis media sosial bermunculan dimulai dari Friendster, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube hingga TikTok yang saat ini menjadi wadah bagi semua kalangan untuk mengekspresikan diri. Media sosial sendiri merupakan kumpulan saluran komunikasi online yang didedikasikan untuk berbagai konten, interaksi dan kolaborasi berbasis komunitas. Tempat untuk berbagi foto, aktivitas, pendapat, bisnis, hingga peristiwa yang sedang terjadi, dapat dengan mudah kita akses melaui media sosial yang kita yakini bermanfaat sebagai sarana sumber informasi.

Penggunaan media sosial secara rutin sah-sah saja, baik dilakukan jika tetap pada batasnya. Karena pada dasarnya penggunaan media sosial dengan bijaksana dapat memperoleh banyak manfaat dari aktivitasnya dalam bermedia sosial. Hal tersebut didukung oleh hasil survey dari Wearesosial Hootsuite yang rilis pada Januari 2019, tercatat 45% pengguna aktif media sosial di seluruh dunia dan 56% pengguna aktif media sosial di Indonesia, dan yang terbaru rilis pada Januari 2020 tercatat 49% pengguna aktif media sosial di seluruh dunia dan 59% pengguna aktif media sosial di Indonesia. (Riyanto Andi 2020). Dari presentase tersebut dalam kurun waktu 12 bulan pengguna aktif media sosial mengalami kenaikan hingga mencapai kurang lebih 5% dalam satu tahunnya. Presentase diatas juga menunjukkan bahwa pengguna memanfaatkan media sosial untuk tujuan pekerjaan, dan sisa lainnya untuk keperluan pribadi. Artinya, sudah ada pengguna media sosial yang dapat menjadikan media sosial sebagai sarana menunjang produktivitasnya, meskipun sebagian besar masih ada yang menggunakan media sosial untuk keperluan lainnya.

Penggunaan media sosial dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu penggunaan sosial media secara normal dan penggunaan sosial media secara adiksi atau biasa disebut dengan kecanduan. Adiksi media sosial disini bukan yang dimaksud dengan adiksi medis yang harus ditangani oleh spesialis adiksi, melainkan adiksi non-medis yang tidak disebabkan oleh narkotika atau zat-zat adiktif lainnya namun disebabkan oleh kemajuan teknologi seperti internet, smartphone, games dan lainnya. Adiksi media sosial diklasifikasikan menjadi 5 jenis adiksi internet yaitu, computer addiction, information overload, net compulsions, cybersexual addiction dan relationship addiction.  Adiksi media sosial merupakan bentuk dari jenis cyber-relationship addiction, yaitu keterlibatan berlebih dalam hubungan dengan orang lain secara online (Young & de Abreu, 2011).

Sesuatu yang berlebihan pasti menimbulkan dampak yang tidak baik, begitupun dengan penggunaan sosial media. Seringnya kita dihadapkan dengan situasi dan kondisi dimana kita dituntut untuk mampu menyeimbangi kemajuan teknologi yang ada seperti sekarang ini, namun terkadang kita juga malah justru terjerumus dengan pemikiran kita yang awalnya hanya ingin mengikuti arus dan berusaha seimbang, malah menjadi kecanduan. Seseorang yang telah terpapar oleh adiksi terhadap media sosial seringnya akan lebiih banyak menghabiskan waktu secara online di media sosial dan menyediakan waktu yang lebih sedikit untuk hubungan tatap muka di dunia nyata. Pada saat seseorang benar-benar terpapar oleh adiksi media sosial yang lebih cenderung menampilkan figur ideal di dunia maya, bisa membuat seseorang melihat ke cermin yang tidak lagi menggambarkan dirinya secara nyata dan berdampak tidak percaya diri sendiri sebagaimana adanya.

Kecanduan media sosial pada tahap awal dampaknya memang belum akan terasa signifikan. Namun jika sudah akut dalam jangka panjang, kecanduan ini hanya akan membawa banyak masalah dalam kehidupan kita, bahkan bisa sampai mengganggu pekerjaan kita dan hal-hal buruk lainnya. Sangat disayangkan jika mengingat media sosial yang mulanya sebagai wadah interaksi yang positif, justru membuat masalah serius bagi penggunanya. Paparan adiksi terhadap media sosial kini tidak hanya menyerang kaum milenials saja, kecanduan terhadap media sosial juga sudah menyerang kelompok usia 35-44 tahun hingga usia 55 tahun keatas. Hal tersebut dapat dilihat melalui data survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Survey tersebut menerangkan bahwa jumlah pengguna internet Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 171,17 juta jiwa atau 64,8% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 264,16 juta jiwa pada tahun 2018 (APJII 2018). Hingga saat ini data terbaru mengenai penggunaan internet di Indonesia belum terperbaharui. Deskripsi penggunaan terbanyak dalam bermedia sosial ditempati oleh penggunaan Facebook sebesar 50,7%, lalu disusul oleh media sosial Instagram dengan jumlah pengguna sebesar 17,8%, dan diposisi ketiga yaitu penggunaan sosial media YouTube sebesar 15,1% dan sisanya adalah pengguna Twitter dan Linkedin (APJII 2018). Rata-rata masyarakat Indonesia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengakses internet. Kebutuhan internet pada masyarakat Indonesia saat ini layaknya kebutuhan primer yang harus menjadi kewajiban tiap individunya.

Kecanduan sosial media harus segera diatasi dengan cepat dan cara yang tepat demi menghindari masalah dan dampak yang ditimbulkan akibat adiksi sosial media secara akut dan serius. Memang tidak semudah langsung berubah drastis seperti berhenti total, kita bisa lakukan secara perlahan dan bertahap dimulai dari keinginan diri sendiri untuk membatasi waktu online, meluangkan waktu dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, sering-sering bertemu dan berkumpul dengan orang-orang terdekat secara bertatap muka dan menemukan hobi yang baru yang tidak harus menggunakan alat yang berbasis teknologi.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun