Mohon tunggu...
Nia Islamiah
Nia Islamiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan UNESA

A Happy Woman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Model Kepemimpinan Pendidikan yang Relevan di Masa Pandemi? Tinjauan Kritis

9 Mei 2022   16:06 Diperbarui: 9 Mei 2022   16:11 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konflik dalam suatu organisasi menjadi salah satu situasi yang tidak dapat dihindari oleh anggotanya. Beragam konflik yang timbul akan menjadikan organisasi tumbuh tidak sehat.

Sebagaimana kondisi pandemi saat ini yang menjadikan guru sebagai front of the liner penyelenggaraan pembelajaran mengalami konflik di sekolah maupun konflik yang muncul dari dalam dirinya. Hal itu disebabkan oleh transisi yang luar biasa terjadi dalam proses pembelajaran sehingga menjadikan guru mengalami burnout dan ingin berhenti dari pekerjaannya. Guru sebagai fasilitator utama pembelajaran harus memiliki komitmen yang tinggi dalam kondisi apapun. Sebab peningkatan atau penurunan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh guru. Sehingga dengan demikian dibutuhkan pemimpin yang tepat untuk mampu mengelola sumber daya sekolah termasuk membangun komitmen guru dan membantu mengatasi permasalahan yang dialaminya.

Kepemimpinan transformasional dipandang sebagai salah satu model kepemimpinan yang mampu membangun komitmen para anggotanya untuk mewujudkan organisasi yang berkualitas. Artikel 10 tahun terakhir yang mengulas kepemimpinan transformasional menunjukkan hasil bahwa kepemimpinan transformasional mampu mewujudkan lingkungan yang positif. Lingkungan positif tersebut dipandang mencakup kemampuan dalam mengelola konflik sehingga dapat membangun energi, komitmen yang terwujud dalam disiplin kerja, motivasi kerja yang tinggi. Hasil tersebut berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan.

Konflik dalam organisasi merupakan merupakan situasi yang tidak dapat dihindarkan dalam organisasi manapun (Tumengkol, 2016). Pada organisasi pendidikan, konflik biasanya ditimbulkan oleh berbagai permasalahan seperti komunikasi, hubungan pribadi, maupun struktur organisasi (Sulistyorini, 2017). Konflik yang timbul dalam organisasi menjadikan organisasi tumbuh tidak sehat dan berpotensi menimbulkan stress. World Health Organization menyebutkan bahwa sekitar 450 juta pekerja di dunia mengalami stress yang diakibatkan oleh pekerjaan (Perwitasari et al., 2016).

Di dunia pendidikan stress yang dialami guru juga tidak dapat dihindari khususnya pada masa pandemi Covid-19. Guru sebagai front of the liner dalam pendidikan di masa Pandemi Covid-19 mengalami konflik peran yang diakibatkan karena tuntutan berperan ganda dalam menangani anak di rumah dan di sekolah sehingga menimbulkan terjadinya stres (Purwanto et al., 2020). UNESCO menyatakan bahwa 63 juta guru di seluruh dunia dihadapkan proses penyelenggaraan pembelajaran yang sangat berbeda dengan kondisi sebelum pandemi, guru dihadapkan pada ketidakseimbangan dan ketidaksiapan antara tuntutan dan kemampuan untuk mengatasi perubahan yang terjadi sehingga guru harus bekerja secara ekstra sehingga proses pembelajaran dapat tetap berjalan efektif  (UNESCO, 2020). Ketidakcocokan kegiatan yang dirasakan guru menjadi faktor timbulnya konflik (Lawrence, 2014).

Konflik yang terjadi dalam satuan pendidikan pada akhirnya menimbulkan rasa tidak nyaman dan stres yang dialami guru. Sebagaimana hasil survey yang dilakukan The State Teachers Union yang menyebutkan bahwa 29% guru berfikir untuk berhenti bekerja diakibatkan burnout yang mereka alami (Verges, 2020). Yale Center for Emotional Intelligent dan Collaborative for Social Emotional and Academic Learning  juga melaksanakan survey yang hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 5.000 guru di Amerika Serikat mengalami stress kerja dalam menjalankan proses pembelajaran pada masa Pandemi Covid-19 (Edsurge Newsletter, 2020). Kondisi yang demikian tentu sulit bagi satuan pendidikan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu.

Sebagaimana hasil penelitian (Dewi & Khotimah, 2020) yang menyatakan bahwa 78,5% profesionalisme guru dan 83,5% disiplin kerja guru mempengaruhi mutu pendidikan dan secara bersama-sama antara profesionalisme dan disiplin kerja guru berkontribusi positif dan berpengaruh sangat kuat terhadap peningkatan mutu pendidikan. Upaya mewujudkan guru yang disiplin kerja dan profesional membutuhkan kondisi dimana guru merasa sejahtera. Upaya mewujudkan kesejahteraan guru tentu tidak dapat terwujud tanpa adanya pengelolaan sistem yang tepat di sekolah. Pengelolaan sistem yang efektif membutuhkan kepemimpinan yang mampu membangkitkan motivasi guru dan meningkatkan kinerja mereka.

Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu memberikan dorongan motivasi dam mengembangkan moralitas para bawahannya sehingga terbangun semangat kinerja yang melebihi harapan (Northouse, 2017). Sumber daya manusia di sekolah yang memiliki kinerja yang tinggi menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi input mutu pendidikan (Komariah & Triatna, 2016). Kepemimpinan tersebut adalah kepemimpinan transformasional. 

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R., & Khotimah, S. H. (2020). Pengaruh Profesionalisme dan Disiplin Kerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Elementary Islamic Teacher Journal, 8, 279--294. http://journal.iainkudus.ac.id/index.php/elementary

Edsurge Newsletter. (2020). Teachers Are Anxious and Overhelmed: They Need SEL Now More Than Ever. Education in The Face of Unprecedented Challenges. https://www.edsurge.com/news/2020%0A

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun