Kajian yang dilakukan oleh Haryanto Tanuwijaya menyimpulkan bahwa Kecanggihan merupakan material inovatif yang diaplikasikan pada benda yang sulit dimanipulasi dan digunakan. Sesuai dengan apa yang diungkapkan Tjhai (2003:8), Tornatzky, dkk. (1982) menyatakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa inovasi dilakukan dengan tingkat keuntungan yang lebih cepat. Jika hal ini dapat diterapkan dalam konteks inovatif, mungkin ada korelasi negatif antara kompleksitas dan penggunaan teknologi informasi.[1] Namun hal tersebut tidak sejalan dengan pernyataan Wifka Rahma Syauki dan Diyah Ayu Amalia Avina yang menyatakan bahwa konsumen yang menggunakan produk penghambat kulit mayoritas adalah perempuan. Hal ini mengakibatkan kualitas produk sangat buruk karena proses pembuatan yang buruk. Niat membeli merupakan suatu proses transaksi yang dipilih oleh pelanggan. Partisipan melakukan klaim mengenai persuasif produk yang ditawarkan. Pada akhirnya pengamatan tersebut di atas menjadi preferensi konsumen terhadap produk berkualitas. Argumen persuasif banyak digunakan untuk mendukung berbagai poin perdebatan terkait lingkungan hidup, komposisi produk, kepentingan nasional, dan pelanggaran HAM.[2]
 Fuzzy System Digital Keberhasilan transfer dana dan jangka waktu investasi sebelumnya dibahas dalam joint venture antara Anthonius dan Ferdiansyah. Selama beberapa jam, karyawan perusahaan telah mengelola investasi dan mengembangkan portofolio investasi global. Beberapa hasil tolok ukur menggambarkan bagaimana elastisitas pasar berkontribusi terhadap perubahan perekonomian global secara keseluruhan.[3] Menurut Fungsionalitas Produk, Ade Setiadi Aulia, Djoko, W. Karmiadji, dan Susanto Sudiro, komponen, spesifikasi, bahan, dan desain suatu produk yang bermanfaat; Produk yang dihasilkan dari kemajuan teknologi terdiri dari tiga komponen utama yaitu technoware, infoware, dan organisasire, yang mempunyai hubungan tertentu dengan representasi proses yang relevan.[4]
 Menurut teori Fabian Cliff Manajang dan Yohanes, efektivitas operasional suatu organisasi berkaitan langsung dengan volume transaksi bisnis yang terjadi. Hal ini dapat terjadi karena transaksi valuta asing, jumlah karyawan dan aset yang dimiliki suatu perusahaan, atau jenis kegiatan usaha apa pun yang dilakukan di luar negeri.[5] Berdasarkan jurnal Farida Efisiensi operasional suatu bisnis dapat berdampak buruk terhadap loyalitas pelanggan, kuantitas dan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan, serta faktor lainnya, menurut Nur Soleh Widiasari, Yuli Chomsatu Samrotun, dan Suhendro. Hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan seorang auditor menyelesaikan tugas kerja dan prosedur audit tepat waktu apabila tidak memenuhi jumlah jam kerja yang dipersyaratkan. Jika suatu entitas mempunyai bisnis, maka kebijakan internal entitas tersebut perlu diutamakan. Menurut logika ini, jika sebuah bisnis menghasilkan keuntungan, maka ia harus membatasi pengeluarannya, seperti membatasi suatu transaksi (cek). Meskipun demikian, ada risiko yang terkait dengan proses audit dan dokumentasi[6]Â
 Dalam konteks hubungan konsumen-organisasi, Agus Sholikhan Yulianto dan Imam Abu Hanifah menjelaskan bahwa kualitas produk adalah faktor yang paling penting. Banyak faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produktivitas, termasuk peningkatan spesifikasi produk, struktur produksi, perilaku konsumen, kualitas produk, desain produk yang efisien, dan koordinasi eksternal.[7] Pada semester II, selain kegiatan promosi, Sartika Djamaluddin dan Sirma Oktaviani menjelaskan, faktor lain yang mungkin berdampak pada produktivitas adalah intensitas tugas dalam pekerjaan. Salah satu prinsip krusial yang perlu dipahami adalah berbagai jenis bahan baku harus digunakan untuk menghasilkan barang yang diinginkan. Jelas bahwa peningkatan kompleksitas manufaktur dibandingkan dengan sistem manufaktur akan mengakibatkan biaya produksi lebih tinggi. Akibatnya, meningkatnya kompleksitas produksi produk, manajemen inventaris, dan distribusi berdampak negatif pada faktor-faktor yang disebutkan di atas, menjadikan kompleksitas produksi produk sebagai prediktor penting produktivitas bisnis. [8]
