Mohon tunggu...
Nat
Nat Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa STAI Brebes

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengintip Wajah Kurikulum Merdeka di Brebes: Catatan Perjalanan Mahasiswa STAI Brebes

30 Juni 2025   15:43 Diperbarui: 30 Juni 2025   15:43 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen saat mahasiswa STAI Brebes berdiskusi langsung dengan guru-guru di SDN 02 Luwungragi. 

Brebes – Implementasi Kurikulum Merdeka semakin terasa gaungnya di berbagai sekolah di Indonesia, tak terkecuali di wilayah Brebes, Jawa Tengah.  Dalam sebuah perjalanan edukatif yang penuh makna, sekelompok mahasiswa semester 6 prodi Pendidikan Agama Islam dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Brebes berkesempatan melakukan sharing dan observasi langsung di beberapa sekolah yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Tiga sekolah di Brebes yang menjadi titik kunjungan — SDN 02 Luwungragi, SMPN 02 Brebes, dan SMAN 01 Bulakamba — menyuguhkan berbagai cerita dan praktik menarik yang layak dibagikan ke publik.  

1. SDN 02 Luwungragi: Kurikulum yang Dibentuk Bersama, Dijalankan Bersama

Di SDN 02 Luwungragi, nuansa kolaboratif sangat terasa. Penerapan Kurikulum Merdeka tidak hanya jadi dokumen formal, tapi benar-benar disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pihak sekolah aktif menyusun kurikulum secara kontekstual, dengan memperhatikan kekuatan dan tantangan lokal.

Menariknya, guru-guru di sekolah dasar ini dituntut serba bisa. Mereka harus menguasai berbagai mata pelajaran sekaligus memiliki kualifikasi linear. Namun mereka tidak dibatasi hanya satu cara mengajar — metode mereka beragam dan kreatif, mengikuti dinamika siswa dan isi modul ajar.

Yang paling menarik, kepala sekolah bukan hanya simbol manajerial. Ia aktif setiap hari memantau proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan siap melakukan evaluasi langsung jika ada yang kurang. Penanganan hasil belajar siswa pun sistematis: jika di bawah KKM, ada remidial; jika melebihi KKM, siswa diberi pengayaan. Semua berjalan seperti simfoni pembelajaran yang harmonis.


2. SMPN 02 Brebes: Kolaborasi Nilai dan Prestasi

Di tingkat SMP, implementasi Kurikulum Merdeka tampak semakin matang dan fleksibel. SMPN 02 Brebes tetap merujuk pada Kurikulum Nasional, tapi mengembangkan pendekatan khasnya — seperti kelas khusus olahraga (KKO), dan kegiatan rutin keagamaan seperti shalat dhuha dan dzuhur berjamaah. Harmoni antara nilai religius dan semangat belajar sangat terasa di sekolah ini.

Para guru menerapkan model pembelajaran yang tidak monoton. Setiap kegiatan pembelajaran harus terdokumentasi, menjadi bukti bahwa proses belajar berlangsung aktif. Untuk siswa yang nilainya belum sesuai, program remidial tidak hanya dilakukan sekali, bahkan bisa dua kali, dengan pendekatan personal yang lebih mendalam.

Dan yang paling keren, ketika ada siswa yang mengalami kesulitan memahami materi, guru tidak menyerah. Mereka menggunakan strategi kreatif seperti tutor sebaya, coaching, atau pendekatan lain yang lebih menyentuh sisi emosional dan psikologis siswa. Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tapi juga perhatian dan pemahaman.

Foto bersama guru dari SMPN 02 Brebes
Foto bersama guru dari SMPN 02 Brebes

3. SMAN 01 Bulakamba: Inovasi Pembelajaran di Panggung Nyata

Di jenjang SMA, Kurikulum Merdeka sudah tidak asing lagi. Di SMAN 01 Bulakamba, kurikulum dirancang mengikuti standar pemerintah namun tetap fleksibel untuk dimodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik. Setiap awal tahun ajaran, kurikulum dievaluasi ulang. Sebuah langkah adaptif yang patut diapresiasi.

Metode pembelajaran di sini sangat variatif. Tidak jarang guru mencampurkan metode seperti game edukatif atau diskusi kelompok, agar suasana kelas tidak terlalu tegang dan siswa tetap semangat. Bahkan untuk penanganan siswa yang belum mencapai KKM, sekolah ini punya pendekatan berbeda: bukan remidial, tapi penugasan tambahan yang bermakna. Tujuannya? Bukan hanya menambah nilai, tapi mengasah tanggung jawab.

Foto bersama Kepala Sekolah, Waka Kurikulum dan Guru PAI SMA N 01 Bulakamba
Foto bersama Kepala Sekolah, Waka Kurikulum dan Guru PAI SMA N 01 Bulakamba


Akhir kata, hasil sharing ini menjadi refleksi bahwa Kurikulum Merdeka bukan hanya wacana. Ia telah menjelma menjadi praktik nyata yang berjalan di banyak sekolah, tentu dengan warna dan cara masing-masing.

Sebagai mahasiswa calon pendidik, kunjungan ini membuka mata kami bahwa pendidikan adalah ruang yang hidup, dinamis, dan perlu terus dievaluasi. Apa yang kami temukan di Brebes menjadi bahan bakar semangat untuk menjadi guru yang tak hanya mengajar, tapi juga menginspirasi.

Karena sejatinya, pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang mampu tumbuh bersama kebutuhan dan potensi anak didik. Dan dari Brebes, kami belajar: perubahan bisa dimulai dari kelas-kelas kecil, oleh guru-guru yang besar hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun