Mohon tunggu...
Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang anak desa yang ingin menulis sesuatu yang baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saran untuk Bung Anies Baswedan

10 Mei 2016   14:26 Diperbarui: 10 Mei 2016   15:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya moga moga aja tulisanku ini bisa di dengar atau di baca sendiri oleh beliau karena mungkin sangat sangat bermanfaat untuk pendidikan di Indonesia secara keseluruhan. Saya tinggal di desa yang cukup sepi tetapi sudah ada listrik tetapi masyarakatnya kebanyakan merantau ke Jakarta untuk berjualan buah-buahan, kalau sudah pukul 8 malam cukup sepi hanya satu dua orang saja yang terlihat di depan rumah.

Saya lumayan ngerti dunia pendidikan karena memang kedua orang tua saya dulunya pengajar semua (pns) dan sedikit banyak saya paham mendidik. Kalau saya tidak lupa saya masuk sd pertama kali ada pergantian kurikulum yang menyebabkan saya agak kehilangan waktu 6 bulan sehingga waktu itu banyak berpengaruh pada umur siswanya, bukan masalah kurikulum yang mau saya utarakan tetapi menurut hemat saya, ada pergantian kurikulum atau tidak selama saya sekolah,  guru mengajar sama saja dari SD sampai perguruan tinggi tidak ada perbedaan yang mendasar.

Ini perlu di cek ulang setahu saya ketika pemerintah menetapkan UN sebagai penentu kelulusan, hanya UN yang pertama dan kedua benar-benar tidak bocor dan semua siswa dan orang tua mulai ketakutan untuk mencari cara supaya lulus walau bagaimana caranya. Dan terjadilah penawaran dari suatu lembaga les privat "P" yang berani menanggung pada semua siswanya kalau misal nggak lulus uang akan di kembalikan 100%. Dan mulai sejak itu soal UN selalu bocor walau sudah di buat modelnya 20 model soal beda tetapi tetap boncor sampai saat ini 2016.

Bung Anies Baswedan saya sangat senang ketika Bapak Presiden Jokowi memutuskan nilai UN tidak lagi dipakai untuk penentuan kelulusan siswa dan saya yakin semua bawahannya mendukung hal ini dan pastinya mencari model lain yang lebih pas. Karena kelulusan siswa tidak bisa di tentukan hanya 3 hari saja dan tidak bisa kelulusan ditentukan oleh mata pelajaran tertentu saja.

Perlu masyarakat pahami juga semua soal UN di buat dengan tingkat penalaran atau logika sedang sampai sulit dan itu yang bisa menjawab hanya anak-anak yang mempunyai tingkat IQ A atau B dan anak IQ tingkat C atau D, akan selalu mendapatkan nilai UN 1 sampai 3 saja. Walau anak-anak ini didik oleh profesor dari Amerika pun kalau memang soal UN tingkat kesulitannya seperti itu sudah pasti tak akan bisa menjawabnya, kecuali di driil secara hafalan itu saja hanya menaikkan nilai antara 0.5 sampai 1 saja.

Bisa kita lihat bersama anak-anak IS atau IPS bisa mendapat nilai sedikit tinggi hanya di mata pelajaran Sosiologi dan Geografi saja kenapa demikian ? karena soal UN di pelajaran Sosiologi dan Geografi masih ada sedikit hafalan dan penalarannya masih tingkat sedang. 

Saya sangat tidak setuju kalau kelulusan itu hanya di tentukan tingkat IQ dan hanya beberapa mata pelajaran saja. Karena pendidikan itu harus meliputi berbagai aspek, yaitu aspek Kognitif atau pengetahuan, Psikomotorik atau praktik lapangan dan Apektif atau tingkah laku, meliputi moral dan aklak siswa.

Dan yang paling tahu ketiga hal ini adalah pertama bapak ibu pengajar mata pelajaran dan kedua adalah wali kelas serta ketiga adalah BK dan Pegawai Pendidikan serta Kepala Sekolah. Jadi sebenarnya kelulusan seorang siswa di tentukan oleh banyak aspek. Dulu banayk sekali anak yang pintar main musik sampai tingkat nasional tapi tidak lulus UN, pemain bola Nasional tidak lulus UN, pemenang OSN tingkat Dunia tidak lulus UN.

Dari uraian uraian di atas perkenankan saya yang notabene orang desa, memberi saran pada Bung Anies Baswedan untuk tidak melanjutkan lagi tes UN secara online atau pun tes UN offline, kalau memang UN tak lagi menentukan kelulusan mbok yoo tidak usah lagi di adakan saja kan membuang-buang uang negara yang nggak sedikit, saya yakin pemikiran pak Presiden yang krempeng tapi top markotop pasti seperti rakyatnya ini. Kalau UN sebagai dalih pemetaan sekolah-sekolah di Indonesia kan sudah ada Akreditasi sekolah yang di ulang lagi setiap 5 tahun. Dari sini saja sudah bisa melihat kualitas suatu sekolah apakah sekolah itu berpredikat A, B atau C.

Biar saja masyarakat sendiri yang akan menentukan sekolah itu kualitasnya baik atau tidak, bukan lagi pemerintah yang menentukan penilaian, pasti ujung-ujungnya tidak baik karena memang karakter dan moral lagi-lagi yang menentukan kebaikan bangsa ini.

Bung Anies Baswedan yang saya cintai sebenarnya yang menentukan kecerdasan anak adalah karakter dan moralnya, biasanya yang saya tahu........anak-anak yang karakternya baik dan moralnya baik pasti tingkat kecerdasan dan penalarannya lumayan, tetapi kalau anak itu karakternya dan moralnya sudah tidak baik pasti hasil atau ouputnya pasti tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun