Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Publik di Kota Yogyakarta,Tantangan dan Harapannya

30 September 2015   11:41 Diperbarui: 30 September 2015   12:13 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Yogyakarta adalah kota sejuta pesona yang hingga kini masih menjadi magnet bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia baik sekedar untuk berwisata maupun menuntut ilmu.Sebagai satu satunya daerah istimewa,sebagaimana kota kota lainnya di Indonesia yang terbentuk pada masa kolonial, Yogyakarta juga mempunyai ciri khasnya yaitu dengan keberadaan alun alun utara dan selatan,masjid agung,pasar dan keraton.Keberadaan keempat ruang publik tersebut mengingatkan kenangan terhadap rancangan kota kota di Eropa dan telah menjadi ikon wisata kota tersebut.

Di alun-alun utara inilah segala kegiatan yang melibatkan warga diselenggarakan,baik yang sifatnya rutinitas hajatan keraton seperti perayaan pasar malam sekaten,perayaan grebeg syawal serta grebeg mulud,maupun yang dilakukan oleh instansi serta komunitas masyarakat seperti kegiatan sepeda gembira (funbike),jalan sehat,senam bersama maupun pertunjukan kesenian.Sementara itu di alun alun selatan,suasana lebih ramai dan semarak di waktu petang hingga malam hari.Pengunjung bisa mengelilingi alun alun selatan tersebut dengan sepeda hias yang banyak disewakan di tempat tersebut. Harga sewanya pun terjangkau dan masih bisa ditawar.Lelah mengayuh sepeda hiasnya,di pinggir alun alun sudah menanti berbagai warung angkringan dengan segala macam menu masakannya.Di kedua alun alun tersebut,setiap warga bebas berinteraksi dengan siapapun, berdiskusi,berolahraga atau sekadar menghabiskan waktu dikala senggang tanpa perlu membayar tiket masuk.Lokasinya yang strategis, karena terletak di pusat kota serta telah tersedianya transportasi publik yang murah,bis Trans Jogja membuat kedua alun alun ini mudah dijangkau oleh siapapun.

Suasana Pasar Malam Sekaten di Alun Alun Utara Yogyakarta (dok.nfkaafi)

Bergeser ke arah utara,terdapat kawasan ruang publik lainnya yang tidak kalah terkenal yaitu kawasan Jogja Nol Kilometer.Kawasan ini sangat strategis,selain dekat dengan Keraton dan Malioboro,tempat ini juga menjadi pusat dari aktivitas masyarakat Yogyakarta dengan kantor pos besar dan beberapa bank termasuk kantor bank Indonesia.Disisi barat laut tedapat Gedung Agung,saksi bisu pusat pemerintahan RI ketika pindah ke Yogyakarta,sedangkan di timur laut terdapat benteng Vredeburg dimana dibagian tenggaranya terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret,sebuah kisah heroik perlawanan rakyat Yogyakarta melawan penjajah Belanda.Setiap malam,kawasan Jogja Nol Kilometer ini selalu dipenuhi dengan aktivitas kaum muda, dari sekedar nongkrong,cuci mata hingga mengadakan event /kegiatan pertunjukan seni tradisi seperti tari,performance art,konser musik hingga pertunjukan musik internasional.Apalagi ketika momen pergantian tahun,di kawasan ini selalu penuh sesak warga yang ingin melihat pesta kembang api.Suasana ramai juga terlihat ketika Gedung Agung mengadakan upacara bendera Peringatan HUT Kemerdekaan RI.Suasana bertambah nyaman dengan disediakannya bangku bangku taman serta rindangnya pepohonan.Meskipun berada di area publik,tempat ini terkenal sangat aman sehingga semua orang bebas menikmati suasana dan tidak perlu membayar tiket.

Ruang Publik di kawasan Jogja Nol Kilometer,Yogyakarta (dok.dari berbagai sumber)

Bila kawasan Jogja Nol Kilometer tersebut diperuntukkan bagi kalangan remaja hingga dewasa,200 meter kesebelah timur terdapat ruang publik yang diperuntukkan bagi anak anak usia balita hingga usia SMP.Taman Pintar namanya.Begitu memasuki pintu gerbang, kita langsung disambut oleh area yang disebut Playground Arena yang menyediakan berbagai permainan menarik dan mendidik dengan nama yang unik serta gratis lagi.Ada Koridor Air,Parabola Berbisik,Dinding Berdendang,Pipa Bercerita, Cakram Spektrum Warna,Air Menari,Forum batu,Tapak pintar,Desaku Permai,Sistem Katrol,Rumah Pohon,Jembatan Goyang,Jungkat-jungkit dan Istana Pasir.Berbagai Permainan tersebut dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan minat anak terhadap sains.Tak lupa terdapat juga pohon pohon rindang yang dapat digunakan untuk berteduh serta taman rerumputan yang hijau.Di Playground Arena ini anak anak bebas memilih berbagai wahana permainan yang disediakan.

Tidak jauh dari lokasi Taman Pintar,kearah barat terdapat pasar Beringharjo yang terkenal sebagai pasar terbesar di Yogyakarta,dengan produk andalannya kain serta baju batik serta beraneka ragam hasil bumi warga Yogyakarta.Keberadaan beberapa ruang publik di lokasi yang berdekatan tersebut selaras dengan filosofi inti kota,catur gatra tunggal yaitu menyatukan unsur kraton,alun alun dan pasar.Contoh diatas adalah ruang-ruang publik kota yang diadakan,dikelola dan dikembangkan untuk kepentingan publik semua lapisan di kota Yogyakarta.

Tantangan Ruang Publik yang dihadapi

Pengertian ruang publik sendiri secara spasial dapat didefinisikan sebagai tempat dimana setiap orang memiliki hak untuk memasukinya tanpa harus membayar tiket masuk atau sejenisnya.Ruang publik dapat berupa jalan (termasuk pedestrian),tanah perkerasan (pavement), public squares dan taman. Sedangkan menurut Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,ruang publik dapat berupa Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) atau Ruang Terbuka Non Hijau Publik (RTNHP) yang secara institusional harus disediakan oleh pemerintah di dalam peruntukan lahan di kota-kota di Indonesia.Khusus di D.I Yogyakarta,sesuai dengan UU no 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat lima ranah yang dapat diatur secara otonom,salah satunya penataan ruang.Sehingga diharapkan penataan ruang di kota Yogyakarta lebih mengedepankan kearifan lokal berpijak pada nilai nilai sejarah dan budaya.

Kota Yogyakarta yang memiliki slogan 'Yogyakarta Berhati Nyaman' artinya Yogyakarta kota yang bersih,sehat,asri dan nyaman.Nah,salah satu ikon wisata Kota Yogyakarta yang sangat terkenal bahkan sampai ke luar negeri adalah kawasan Malioboro.Siapa yang tidak mengenal kawasan itu,kawasan yang selalu ramai dan tidak pernah sepi dari pengunjung.Dibalik ketenarannya tersebut,Malioboro menyimpan banyak permasalahan.Salah satunya adalah ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik yang merupakan salah satu indikator untuk menngejawantahkan slogan tersebut diatas.Mari kita lihat bagaimana kondisi RTHP disana.

Ketersediaan RTHP menjadi kebutuhan yang sangat penting sementara persebaran RTHP di Malioboro kurang merata karena lebih dominan dibagian selatan.Sedangkan bagian utara didominasi oleh pertokoan sehingga lahan yang dapat dijadikan RTHP pun lebih terbatas.Pada tahun 2011,tepi jalan di sisi utara Malioboro masih dapat dijumpai berbagai macam vegetasi.Seiring semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang berkunjung ke Malioboro,sementara lahan parkir yang ada sudah tidak mampu menampung akhirnya 'rumah' vegetasi tersebut harus menngalah.Berubah menjadi jalur pejalan kaki (pedestrian ways).Permasalahan parkir di Malioboro ini memang pelik,sampai saat ini belum ketemu obat mujarabnya.Jalan pintasnya, merubah lahan RTHP menjadi jalur pedestrian. Padahal RTHP di Malioboro memiliki peran yang sangat besar dalam membuat kawasan tersebut tampak lebih nyaman.Para pengunjung memfungsikan ruang terbuka hijau sebagai tempat beristirahat serta berteduh pada siang hari. Untuk mengatasi hal tersebut,Pemkot Yogyakarta telah menganjurkan setiap toko wajib memasang kanopi vegetasi (pergola) di depan bangunan mereka,bahkan memasukkannya sebagai prasyarat pengajuan IMBB bangunan baru.Tetapi dalam implemetasinya hanya beberapa toko saja yang telah memasang pergola.Ada sebagian toko yang telah memasang pergola,tapi kurang terawat sehingga vegetasinya menjadi layu,bahkan ada yang sampai hilang sama sekali.

Beberapa vegetasi yang ada di Malioboro pada tahun 2011 (dok.STTNas Yogyakarta)

 

Permasalahan lainnya yang dihadapi Pemerintah Yogyakarta adalah pertambahan jumlah penduduk di kota Yogyakarta yang terus meningkat setiap tahunnya sementara lahan yang tersedia tidak bertambah sehingga menyebabkan munculnya perkampungan padat di tengah perkotaan.Pemukiman yang padat bangunan yang minim infrastruktur menyebabkan warga kesulitan mengakses kebutuhan dasar.Dengan kondisi demikian,Pemerintah tetap harus menyediakan ruang ruang yang nyaman bagi penduduk lokal maupun pendatang yang menetap di Yogyakarta.

Dengan keterbatasan lahan dan cekaknya dana APBD karena minimnya sumber daya alam,solusi untuk menyediakan RTH publik sesuai dengan ketentuan Perda No 2 tahun 2010,Pemkot Yogyakarta membuat kebijakan dengan membuat RTH publik berbasis perkampungan di setiap kelurahan yang ada.Berdasarkan pada Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2012-2017 ditargetkan setiap kampung terdapat 1 RTHP.Sementara selama tahun 2014 kemarin telah menyelesaikan 35 RTH publik yang tersebar 14 kecamatan.

Metode RTHP berbasis kampung ini adalah Pemkot akan membeli lahan masyarakat yang akan dijadikan RTHP serta harganya telah di nilai oleh tim appraisal dan disepakati bersama.Setelah lahan tersebut menjadi aset Pemkot,lantas dibangun berbagai fasilitas sesuai kebutuhan warga.Jika warga setempat yang diakomodir oleh LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) menghendaki dibangun ruang pertemuan,taman bermain bai anak anak ataupun tempat olahraga,maka Pemkot akan menfasilitasinya.Selain itu juga akan diberi jaringan internet gratis.Setelah fasilitas selesai dibangun dan siap dimanfaatkan,Pemkot langsung akan menyerahkan ke warga melalui LPMK.Batas maksimal bangunan pada RTH publik pun hanya 40% dari total lahan.Hal ini supaya sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka.Luas minimal RTH publik berbasis perkampungan yang dibeli Pemkot adalah 200 m2.Namun kenyataannya pembelian lahannya selalu diatas batas minimal dari yang sudah diatur dalam Perwal (Peraturan Walikota).Dengan adanya RTHP ini,tidak hanya berfungsi ekologis semata tapi masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai wahana interaksi sosial yang kian luntur di jaman serba cepat ini.

 

Harapan terhadap Ruang Publik di Yogyakarta

Semakin berkembangnya kota Yogyakarta yang mendapat predikat sebagai kota budaya,kota pelajar serta kota pariwisata bahkan belum lama ini menerima anugerah sebagai kota cerdas,kebutuhan akan ruang publik akan semakin besar.Apalagi sebentar lagi Yogyakarta akan mempunyai bandara internasional dengan daya tampung yang lebih besar dibanding bandara Adisucipto,wisatawan domestik dan mancanegara serta merta akan berduyun duyun berkunjung ke Yogyakarta.Imbas kedepannya pembangunan hotel dan mall akan semakin marak.Sayangnya saat ini masih banyak hotel dan mall di Yogyakarta yang sebagian bangunannya menggusur fasilitas publik seperti jalur pejalan kaki maupun jalur sepadan di pinggir sungai menandakan bahwa kontrol Pemerintah terhadap pengelolaan ruang masih belum berjalan dengan baik.

Agar publik bisa mengetahui dan mengontrol berbagai kebijakan pengelolaan ruang publik,Pemkot Yogyakarta ada baiknya membentuk suatu badan khusus yang mengurusi perencanaan tata ruang serta mengawasi implementasinya dilapangan.Badan khusus inilah yang nantinya mempresentasikan dan menggelar pameran berbagai model pengembangan kota dengan berbagai detail skenarionya yang terbuka untuk publik.Masyarakat Yogyakarta bisa memberikan penilaian seperti apakah kota Yogyakarta di masa yang akan datang.Model inilah yang pernah dilakukan Kota Paris serta Singapura. Sudah saatnya publik dilibatkan dalam mengambil keputusan bersama Pemerintah mengenai apa yang boleh dan tidak boleh didirikan di lahan mereka.Apabila sinergi ini berhasil,selaras dengan tema Hari Habitat Dunia 2015 yakni Ruang Publik Kota untuk Semua.Diharapkan kedepannya wajah ruang publik di Kota Yogyakarta tetap ramah,terbuka dan tetap berbudaya sesuai dengan nilai nilai keistimewan yang melekat di Yogyakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun