Moral Rakyat Rusak, Negeri Binasa: Hukum Tuhan yang Tak Bisa Ditawar. Sejarah membuktikan, ketika rakyat mengabaikan moral dan ilmu, kehancuran hanyalah soal waktu. Kezaliman penguasa adalah cerminan dari moralitas masyarakat, serta bagaimana kebangkitan bangsa harus dimulai dari perbaikan rakyatnya sendiri.
Dalam diskusi tentang kezaliman penguasa, sering kali kita menuding para pemimpin sebagai biang keladi kehancuran suatu negeri. Padahal, jika kita telaah lebih dalam, pemimpin adalah cerminan dari rakyatnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, kondisi pemimpin suatu negeri sangat berkaitan erat dengan kondisi moral rakyatnya. Jika rakyat berbuat zalim, maka pemimpin mereka pun akan berlaku demikian.
Rakyat yang Jahil, Lahir Pemimpin yang Zalim
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. Al-Isra': 16)
Ayat ini menunjukkan bahwa kehancuran suatu negeri bukanlah akibat dari pemimpin semata, tetapi karena rakyat yang lalai, fasiq, dan tidak peduli terhadap kebenaran. Dalam sejarah, kita melihat banyak bangsa yang jatuh bukan hanya karena kezaliman pemimpinnya, tetapi karena rakyat yang tidak peduli terhadap keadilan dan moralitas.
Imam Al-Ghazali juga menegaskan bahwa kebobrokan penguasa tidak terlepas dari rusaknya rakyat dan para ulama Su' (ulama palsu yang mementingkan duniawi). Ketika ulama Su' lebih mementingkan ego duniawi, menggadaikan agama demi kekuasaan, menjual agama demi uang, berani menipu dengan berdusta atas nama Nabi, tidak beramal dengan ilmu agama, dan ia selalu mengikuti hawa nafsunya.dan hanya mengejar kepentingan pribadi, maka rakyat kehilangan pedoman, larut dalam kebodohan dan kesesatan akibat bertaklid buta kepada ulama Su'.Â
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:
"Renungkanlah hikmah Allah yang menetapkan bahwa para raja, penguasa, dan pemimpin suatu umat dipilih sesuai dengan kondisi rakyatnya. Seolah-olah, perilaku rakyat tercermin dalam sikap dan kebijakan pemimpin mereka. Jika rakyat istiqamah dan berjalan di atas kebenaran, maka pemimpin mereka pun akan lurus. Jika rakyat berlaku adil, maka penguasa mereka juga akan menegakkan keadilan. Namun, jika rakyat berbuat zalim, maka penguasanya pun akan bertindak zalim. Jika kecurangan dan penipuan merajalela di tengah masyarakat, maka pemimpin mereka pun akan melakukan hal yang sama. Jika rakyat bakhil dan tidak menunaikan hak-hak Allah, maka pemimpin mereka pun akan berlaku kikir serta lalai dalam memenuhi hak-hak rakyatnya. Jika rakyat terbiasa mengambil hak orang-orang lemah dengan cara yang tidak benar, maka pemimpin mereka pun akan menindas rakyatnya dengan beban yang berat. Segala bentuk kezaliman yang dilakukan rakyat terhadap sesama, pada akhirnya akan berbalik menjadi kezaliman yang mereka rasakan dari penguasanya. Maka, sifat dan perilaku seorang pemimpin tidak lain adalah cerminan dari rakyat yang dipimpinnya."
Mengapa Kebodohan Rakyat Lebih Berbahaya?