Mohon tunggu...
Bbgnn  bnnhghc
Bbgnn bnnhghc Mohon Tunggu... Bngn bbgn jjh

Hgbgnn hhncbvf bgggdb bngnnbv nnvbgj

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Geng Motor: Identitas di Ujung Senjata, Nyawa di Bawah Bayangan Malaikat Maut

7 Februari 2025   19:00 Diperbarui: 7 Februari 2025   17:42 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Malaikat Maut dan Pelaku Kejahatan sama-sama mencari gara-gara demi "legalitas dan identitas" (Sumber: Pinterest, by Smita Sonti) 

Fenomena geng motor bukan sekadar aksi liar di jalanan, tetapi cerminan dari krisis identitas, ketidakadilan sosial, dan eksploitasi yang lebih besar. Mengapa remaja memilih jalan ini? Dan Siapa yang diuntungkan memanfaatkan mereka? 

Di tengah malam yang lengang, deru knalpot memecah keheningan. Sekelompok remaja berkonvoi, sebagian membawa senjata tajam, sebagian lainnya menantang takdir dengan kecepatan tinggi. Mereka bukan hanya sekadar anak muda yang mencari sensasi di jalanan—mereka adalah bagian dari geng motor yang telah menjelma menjadi momok bagi masyarakat.

Tetapi lebih dari sekadar tindakan kriminal, fenomena ini adalah gejala sosial yang lebih dalam. Mengapa anak-anak muda ini memilih jalan yang berbahaya? Identitas apa yang mereka cari? Dan apakah geng motor murni aksi liar, atau ada pihak yang diuntungkan dari keberadaan mereka?

Artikel ini akan mengupas geng motor dari berbagai sudut: pemberontakan terhadap sistem, ritual keras dalam geng, peran media sosial, eksploitasi oleh pihak tertentu, serta mengapa solusi yang ada saat ini masih jauh dari cukup.

1. Pemberontakan terhadap Sistem: Ketidakadilan yang Menciptakan Amarah

Bagi banyak anggota geng motor, bergabung bukan hanya soal kebut-kebutan atau tawuran. Ada perasaan tidak diakui oleh sistem—baik itu sekolah, keluarga, atau masyarakat.

Sekolah yang Tidak Adaptif: Banyak remaja merasa bahwa sistem pendidikan terlalu kaku, hanya menghargai mereka yang pintar dalam akademik, sementara yang tidak cocok dengan sistem ini dianggap gagal.

Ketimpangan Ekonomi: Geng motor sering tumbuh di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi, di mana anak-anak muda merasa tidak punya masa depan. Ketika mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak, geng motor menawarkan rasa kebersamaan dan "jalan keluar" dari keterpurukan, meskipun dalam bentuk yang salah.

Ketidakadilan Sosial: Banyak remaja melihat ketimpangan di sekitar mereka—yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin sulit hidup. Geng motor, bagi sebagian dari mereka, adalah bentuk perlawanan terhadap realitas yang tidak adil.

Singkatnya, geng motor bukan hanya sekadar aksi anak nakal. Ia adalah gejala dari sistem yang gagal memberikan ruang bagi mereka untuk tumbuh dan merasa berharga.

2. Ritual Keras: Identitas yang Ditegaskan dengan Kekerasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun