SNBP -- Seleksi Nasib Buang Peluang
Mengapa Kuliah Tidak Bisa Lebih Mudah?
Ketika kesalahan orang lain menentukan masa depanmu, apakah itu adil?
Setiap tahun, ribuan siswa di Indonesia berjuang untuk mendapatkan kursi di perguruan tinggi melalui berbagai jalur seleksi. Salah satu jalur yang paling dinantikan adalah Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), karena memberi kesempatan bagi siswa berprestasi untuk masuk kampus impian tanpa harus mengikuti ujian tertulis. Namun, di SNBP 2025, ratusan siswa justru gagal ikut seleksi bukan karena nilai yang kurang, melainkan akibat kelalaian administrasi sekolah dalam finalisasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
Kejadian ini bukan hanya sekadar kesalahan teknis, tetapi juga mencerminkan permasalahan yang lebih besar dalam sistem pendidikan kita: ketergantungan penuh siswa pada pihak sekolah dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi. Sistem yang seharusnya membuka akses pendidikan tinggi bagi siswa berprestasi justru menjadi penghalang bagi mereka yang tidak beruntung menghadapi kendala administratif.
SNBP dan Administrasi yang Rumit: Mengapa Kuliah Tidak Bisa Lebih Mudah?
SNBP merupakan jalur masuk perguruan tinggi yang menggunakan nilai rapor dan prestasi akademik sebagai basis seleksi. Namun, agar bisa mendaftar, sekolah terlebih dahulu harus melakukan finalisasi PDSS, yang berisi data akademik siswa yang akan mengikuti SNBP. Sayangnya, jika sekolah lalai atau melewatkan deadline finalisasi, siswa secara otomatis kehilangan hak mereka untuk mengikuti SNBP, tanpa ada opsi perbaikan.
Bayangkan seorang siswa yang telah berusaha keras selama bertahun-tahun, membangun nilai akademik dan prestasi, hanya untuk menemukan bahwa ia tidak bisa mendaftar SNBP karena kesalahan administratif yang bahkan bukan kesalahannya sendiri. Bagi sebagian besar siswa, SNBP bukan hanya sekadar jalur seleksi, tetapi juga harapan untuk bisa melanjutkan pendidikan tinggi dengan lebih mudah.
Ironisnya, sistem ini tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk memeriksa atau mengonfirmasi sendiri data mereka. Semuanya sepenuhnya bergantung pada sekolah. Mengapa nasib pendidikan siswa harus ditentukan oleh kesalahan administratif yang bisa dihindari?
Sistem Pendaftaran Kuliah yang Terlalu Kaku