Mohon tunggu...
Newsantara
Newsantara Mohon Tunggu... -

Portal Informasi Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Budaya Barter dan Esensi Dibaliknya  

24 Januari 2016   00:52 Diperbarui: 24 Januari 2016   01:10 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Newsantara - Barter adalah sistem perdagangan tradisional yang menggambarkan transaksi tukar menukar barang yang dilakukan manusia sebelum mengenal uang sebagai alat pembayaran. Umumnya, manusia pada saat itu menukarkan komoditi yang berasal dari hasil tanam maupun hasil buruan mereka.

Munculnya uang sebagai alat pembayaran serta beragamnya kebutuhan manusia saat ini menjadikan sistem barter kini tidak lagi dipertahankan. Sulitnya menentukan nilai suatu komoditi yang akan ditukar menjadi alasan populer tersingkirnya budaya barter ini.

Namun, tidak disangka di era modern ini masih ada daerah di Tanah Air yang masih membudayakan barter, seperti Pasar Wulandoni yang terletak di Kabupaten Lembata, berjarak tempuh 47 km dari Kota Lewoleba, Nusa Tenggara Timur.

Sepintas pasar ini seolah seperti pasar tradisional lainnya. Pemandangan ramai ibu-ibu yang sedang memikul beragam komoditi seperti ubi, pisang, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan dan tuak, dengan berjalan kaki menuju Pasar Wulandoni yang dulu dikenal dengan Nualela.

Umumnya, hasil bumi masyarakat daerah pegunungan sekitar, seperti Puor, Imulolong, Posiwatu, Udak, Lewuka, Ataili dan desa-desa lainnya menukarkan hasil buminya dengan ikan, garam, krepe (keripik ubi kayu) khas masyarakat pesisir di Labala atau Wulandoro, Pantai Baru, Atekera, Leworaja, dan Lamalera.

Wulandoni adalah wilayah yang letaknya sangat strategis karena mampu mempertemukan kedua tipelogi masyarakat gunung dan pantai. Sehingga, pasar Wulandoni berfungsi lebih dari sekedar keperluan ekonomi.

Pasar ini juga menjadi tempat pertukaran sosial dan budaya dua tipelogi masyarakat. Di bawah pohon asam nan teduh dan sejuk, terlihat mereka selalu berusaha saling menyapa saat bertemu, sehingga suasana kekeluargaan dan kekerabatan, saling menghargai dan membutuhkan satu sama lain dengan tata krama, sopan santun khas masyakat adat Lamaholot dapat dirasakan bagi siapapun yang sedang berada di sana.

Peran Pemerintah Desa

Menurut Yoseph Kiwan Igon, Kaur Pembangunan Desa Wulandoni, upaya yang akan dilakukan pemerintah desa adalah membuat rencana pembangunan dengan membagi Pasar Wulandoni menjadi dua kawasan.

Kawasan timur, berdekatan dengan jalan besar sepanjang pinggiran pantai dibangun kios pasar modern untuk disewakan kepada para pedagang sembako, pakaian, sandal, barang-barang non lokal, warung makan, tuak dan ikan panggang khas Wulandoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun