Mohon tunggu...
GoDok Indonesia
GoDok Indonesia Mohon Tunggu... Editor -

Aplikasi kesehatan yang menyajikan layanan Tanya Dokter Gratis dan Ragam Artikel seputar kesehatan, gaya hidup, keluarga hingga ragam penyakit

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masokisme, Berbahayakah?

30 April 2018   14:23 Diperbarui: 30 April 2018   14:31 1635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Go Dok -- Dalam dunia psikologi, masokisme merupakan pencarian kesenangan atau kenikmatan melalui rasa sakit yang dialaminya. Namun, akhir-akhir ini masokisme sendiri lebih dikenal dalam konteks seksual dibandingkan dengan konteks lainnya sehingga ketika kata masokis atau masokisme diucapkan, orientasi kebanyakan orang langsung merujuk kepada aktivitas seks.

Di Indonesia, istilah masokis mungkin masih terdengar asing di kalangan masyarakat umum; berbeda dengan istilah phone sex yang mungkin sudah tidak asing. Namun, di dunia barat, kata ini sudah cukup familiar di kalangan remaja dan dewasa. Pasalnya, sebuah survey di tahun 2014 menunjukkan bahwa setengah dari 391 koresponden mengaku bahwa mereka setidaknya pernah satu kali melakukan tindakan sadis saat berhubungan seks, lho. Selain itu, lebih dari separuh koresponden yang akrab dengan masokisme tersebut memiliki masa kecil yang memprihatinkan. Sayangnya, bahaya masokis seksual sendiri masih belum menjadi perhatian dari kalangan masokis. 

Masokis sendiri artinya berkenaan dengan sifat menyakiti pasangan saat melakukan hubungan intim. Definisi dari sumber-sumber yang lain menyebutkan bahwa masokisme ialah kelainan seksual di mana seseorang memperoleh kenikmatan saat dirinya mendapatkan atau memberi rasa sakit kepada pasangannya. Bahaya masokisme seksual, pada tingkatan tertentu, bisa bervariasi tergantung dari aksi masokis itu sendiri.

Memang, seberapa besar, sih, bahaya masokisme seksual? Apa saja, sih, gejala bagi mereka yang mengidap masokisme seksual? Pasti ingin tahu lebih dalam lagi, kan? Yuk, simak penjelasannya!

Bahaya masokisme seksual

Apa saja bahaya masokisme seksual? Secara umum, aksi masokisme seksual memang berbahaya bagi kesehatan dan bahayanya sangat bervariasi. Pada kasus ringan, masokis biasanya hanya merasakan nyeri atau perih pada permukaan kulit akibat dari tamparan atau pukulan dari pasangan seksnya. Namun pada kasus yang lebih berat, masokis bisa kehilangan kesadaran.

Salah satu kasus pada tingkatan yang lebih berat  terjadi di Amerika Serikat, di mana pria 67 tahun dilarikan ke rumah sakit setelah kehilangan kesadaran di sebuah klub striptis. Hilangnya kesadaran pria ini terjadi saat dirinya sedang disalib dan disiksa oleh para pasangan seksnya. Aksi kekerasan yang dilakukan cukup parah hingga butuh beberapa waktu bagi si pria untuk mengembalikan kesadarannya.

Pada kasus yang paling berat, masokisme bisa berujung pada kematian, lho. Anda mungkin masih mengingat kasus Eno pada Mei 2016 silam yang tewas mengenaskan dengan gagang cangkul yang masuk ke dalam vagina hingga merusak hati dan jantungnya. Hal ini bisa disebut dengan tindakan masokis dengan tingkat yang sangat memprihatinkan.

Gejala masokisme seksual

Berdasarkan pendapat dan pengamatan para ahli, para masokis terlihat bergairah saat dirinya dipukul, diikat, dipermalukan, dan aktivitas lainnya yang menimbulkan sakit secara psikis maupun psikologis. Kesenangan yang diperoleh dari tindakan kekerasan ini tidak hanya didapatkan melalui aksi nyata, namun bisa juga cukup dengan membayangkannya. Jika seseorang dengan keadaan ini berlangsung lebih dari enam bulan, bisa dikaitkan dengan aspek personal, sosial atau profesional yang tidak seimbang, dia bisa disebut sebagai masokis.

Penanganan masokisme seksual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun