Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dover, Meninggalkan Tanah Kelahiran demi Rumah untuk Menetap

25 Juli 2021   01:24 Diperbarui: 25 Juli 2021   01:33 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dover adalah buku yang berkisah tentang perjalanan orang-orang yang meninggalkan tanah kelahiran entah karena konflik horizontal ataupun demi hidup yang lebih layak.

Karya Gustaf Peek (2008) ini diterjemahkan oleh Gabriella Felicia, Maria Leisa Adelia, Meggy Soedjatmiko, Miranda Sapardan, Sri Zuliati, Tyas DM, Vini Widianingsih, Widjajanti Dharmowijono, Zahroh Nuriah. Setebal 256 halaman, Dover diterbitkan pertama kali oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2015.

***

Marlon, karena kerusuhan 1998, meninggalkan rumahnya, keluarganya dan kehidupannya di Indonesia demi menyelamatkan diri. Ketika tiket pesawat tujuan Amerika dan Inggris menjadi pilihan, Marlon (hanya) dengan berbekal paspor, baju di badan dan buku-buku tebal baru beli di bandara memilih Rotterdam sebagai kota tujuan. 

Hidup sebagai Tony yang bekerja di salah satu restoran makanan Cina milik Mr. Chow, Marlon menjalani hidupnya dengan sangat sederhana dan hubungan pertemanan yang minimalis sambil menikmati hobi menonton film yang dimilikinya sejak kanak-kanak.

Georges Sidibe meninggalkan salah satu kota di Afrika setelah membunuh seseorang. Bermimpi menjalani hidup di Paris, menabung upahnya sebagai loper koran di Rotterdam dan hidup sebagai pria gelisah bernama Bas. Bas tinggal di sebuah kamar kecil apartemen dengan para penghuni hanya saling bertegur sapa sesekali. Bas dan Tony menikmati teh bersama dengan minim percakapan.

Bernard, seorang pengacara bagi para pencari suaka, menemukan Aylin, seorang perempuan muda dalam keadaan mengandung yang meninggalkan rumahnya demi mencari kekasihnya. Aylin sudah jauh meninggalkan kotanya di Eropa Timur, ketika menyadari kekasih meninggalkannya. Aylin ditemukan orang-orang yang terlibat jaringan prostitusi lintas Negara.

Tony bertemu Bernard dan Aylin untuk pertama kalinya ketika Mr. Chow memintanya menjadi supir untuk beberapa orang yang hendak diselamatkan Bernard. Tony menyadari bahwa Mr. Chow memiliki jaringan yang bisa memasukkan dan atau mengeluarkan seseorang dari dan ke Rotterdam dengan perongkosan yang sangat menggiurkan. Suatu hari, Tony mendapatkan tawaran dari Mr. Chow untuk membuka cabang restoran makanan Cina miliknya di Inggris.

Juni 2000, ketika datang kesempatan untuk mendapatkan kebebasan di negeri yang baru, sebanyak 60 orang nekad masuk peti kemas yang akan ikut berlayar dari Rotterdam ke Dover, Inggris. Setelah berjam-jam perjalanan, hanya 2 yang selamat!

Apakah Tony tiba dengan selamat di Dover, Inggris? Bagaimana nasib Bernard dan Aylin? Apakah Bas berhasil mewujudkan mimpinya untuk tinggal dan hidup di Paris?

***

Gustav Peek mempersatukan kisah hidup beberapa orang -baik secara paralel maupun secara bersilangan mempertemukan mereka- yang hidupnya saling melintasi namun dengan akhir kehidupan saling menjauh. 

Penulis menggambarkan terbangunnya beberapa hubungan yang dimulai dari berpandang-pandangan dalam waktu yang panjang dan lama sampai ke hubungan yang saling menjaga karena menjadi (telah) orang asing di negeri yang asing pula. 

Peek juga menggunakan frasa-frasa singkat yang mampu memberikan efek yang luar biasa pada keadaan yang hendak dijelaskan pada pembaca, seperti: Ia minum. Kebanggaan getir. Lalulintas padat. Ia bebas. Sebuah kafe. Bersulang. Tiba. Selamat datang. Aplaus singkat. Dunia putih. Cinta. Ia sendirian. Ia berpakaian. Udarapanas. Rumah.

Frasa-frasa pendek dan singkat ini makin mempertegas perasaan yang hendak disampaikan penulis pada para pembaca. Tentang keresahan tidak diterima di rumah sendiri, tentang kekhawatiran tidak bisa melihat hari esok disebabkan konflik berdarah perang saudara, tentang mimpi adanya damai dan sejahtera di negeri sendiri.  

Faktanya, sampai sekarang masih banyak Negara yang mengusir penduduknya sendiri dengan beragam konflik dan ketidaksejahteraan dalam negeri. 

Ada begitu banyak pencari suaka yang menempuh perjalanan jauh, yang kadang abai dengan keselamatan nyawa sendiri, meninggalkan negeri mereka demi aman di negeri yang baru. Masih banyak. (RS)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun