Mohon tunggu...
Neta ShofiyaMaharani
Neta ShofiyaMaharani Mohon Tunggu... Novelis - mahasiswa

penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Surat Kabar Berbentuk Media Cetak hingga ke Media Online

22 Juli 2022   03:10 Diperbarui: 22 Juli 2022   03:27 1784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERJALAN SURAT KABAR BERBENTUK MEDIA CETAK HINGGA KE MEDIA ONLINE

Surat kabar di Indonesia sudah jarang di temukan di sekitar kita apalagi dengan adanya smart digital yang semakin canggih. Hal itu membuat surat kabar yang berbentuk cetakan kertas sudah jarang kita temukan dan sudah beralih menjadi surat kabar elektronik, yang mana sekarang sudah sangat mudah untuk diakses pada media sosial di smart phone masing-masing. 

Sejatinya surat kabar yang berbentuk cetak kertas maupun surat kabar elektronik itu sama-sama berisikan informasi tetapi mengapa yang sering di gunakan adalah media elektronik.

Masuk pada tahun 1960-1970 di Amerika, berita pertama di dapat dari televisi dan radio yang mengambil dari headline surat kabar. Akan tetapi berita yang di buat di surat kabar sendiri tidak ada di televise atau di ardio, seperti berita terkait analisis atau komentar.  

Namun seiring berkembangnya zaman media cetak dan media elektronik sangatlah bertabrakan apalagi dengan munculnnya internet membuat media elektronik lebih unggul di banding media cetak. Menurunnya media cetak dikarenakan mudahnya penggunaan media eektronik, dalam pencarian berita hanya mengeklik salah satu kata maka muncul banyak referensi atau berita yang diinginkan.

Hal ini terbukti dengan ada beberapa bisnis media cetak yang bangkrut atau mati tidak berproduksi lagi. Sampai percetakan majalah ternama yaitu Newsweek di AS yang berdiri selama 80 tahun dan berhenti pada 31 Desember 2012. Hal ini menjadikan media cetak yang lain menunggu untuk di tutup, tetapi Newsweek menyatakan bahwa akan beralih ke media online.

Koran di AS sekelas The Washington Post ini dibagikan secara geratis di sejumlah tempat atau di pusat-pusat keramain. Di Indonesia saja sudah banyak beberapa percetakan yang menutup perusahaannya karna banyaknya model bisnis media cetak yang tidak mungkin lagi bertahan oprasi. 

Hal ini tidak hanya di sebabkan oleh kemajuan internet tetapi juga perkembangan ekonomi yang semakin naik dan juga butuh banyak karyawan dalam memproduksi yang mengakibatkan semakin banyak dan mahalnya biaya produksi ketimbang media online.

Di Indonesia perusahaan media cetak banyak menambah jumlah percetakan tetapi dari segi pembaca telah mengalami penurunan yang sangat signifikan dari 2006-2012 terjadi penurunan dengan jumlah persen yaitu 23,0% menjadi 17% hal ini dapat menimbulkan perusahaan percetakan akan mengalami kebangkrutan.

Lalu pada tahun 2005-2014 media online mengalami kenaikan yang sangat pesat dari jumlah persen 3.34% menjadi 35,64% hal ini akan menimbulkan kontribusi yang sangat maju untuk kedepannya. Tetapi menjadi ancaman bagi perusahaan percetakan yang dilihat dari kurfa yang sangat menurun di banding kurfa media online yang semakin tinggi.

Selain kita mengetahui bagaimana perjalanan dan perkembangan surat kabar dari masa ke masa, perlu kita cari tahu apa keunggulan masing masing dari media cetak ataupun media online. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun